MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM by PAUD JATENG PDF

Title MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM by PAUD JATENG
Author Umi_ 94
Pages 29
File Size 315.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 628
Total Views 739

Summary

MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Kurikulum dengan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Alam KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG Oleh : http://paudjateng.xahzgs.com YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN KB PAUD JATENG SEMARANG 2015 ABSTRAKSI KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ...


Description

MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM

Kurikulum dengan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Alam

KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG

Oleh :

http://paudjateng.xahzgs.com

YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN KB PAUD JATENG SEMARANG 2015

ABSTRAKSI KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Salah satu yang sangat mendasar dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah terjadinya perubahan kewenangan dalam pengembangan kurikulum yaitu; dari sentralistik menjadi desentalistik yang berimplikasi pada sekolah, komite sekolah, madrasah dan komite madrasah diwajibkan untuk mengembangkan perangkat kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 Pasal 4 mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dan diskriminasi. Ini berdampak perlunya, model kurikulum Inovatif PAUD yang disusun berdasarkan kajian retrospektif dan reflektif, untuk membantu guru dan pengelola dalam pengembangan kurikulum. Pusat Kurikulum, sebagai salah satu unit yang berada pada Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 salah satu tugasnya adalah mengembangkan model-model yang diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan dari stakeholder. Kurikulum Inovatif PAUD disusun sebagai guideline bagi setiap praktisi dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini, terutama untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkan melalui penguasaan perencanaan yang di dasarkan pada filosofi tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Prosedur pengembangannya disusun sebagai panduan praksis kegiatan belajar seraya bermain pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan lingkup pengembangan model yang menjangkau ranah usia anak 0 tahun sampai usia 6 tahun. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Inovatif PAUD yaitu; fleksibel, kontinyu, adaptif, integratif, progresif, dan kontekstual. Kurikulum inovatif pendidikan anak usia dini dapat digunakan sebagai salah satu model yang dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru dan pengelola PAUD yang pada akhirnya dapat menjembatani pengalaman siswa belajar terutama pada sekolah dasar di kelas rendah 1 – 3. Temuan umum pada kegiatan uji coba yang dilaksanakan di 2 provinsi: Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta. Temuan dari hasil uji coba model masih menemukan beberapa kendala yaitu; belum lengkapnya informasi dari guru/tutor dan pengelola tentang stantar kompetensi maupun menu generik untuk PAUD. Sebahagian besar responden yang dijadikan sampel dalam uji coba model mengalami kesulitan dalam membaca, dan memahami isi konsep-konsep model kurikulum inovatif karena sebahagian besar guru/tutor tidak berlatar belakang PGTK. ii

DAFTAR ISI ABSTRAKSI................................................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. Rasional......................................................................................................................... 1 B. Tujuan............................................................................................................................ 1 C. Lingkup dan Batasan................................................................................................... 2 BAB II

KERANGKA FILOSOFIS

PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM................... 4

BAB III

PRINSIP-PRINSIP

PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.......................... 8

BAB IV

PENDEKATAN DAN METODE

PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...... 10

A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam.............................................................. 10 1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris.............................................. 11 2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered.................................. 12 3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)........... 12 4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil................................................. 13 5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak......................................... 13 6. Pendekatan Tematik........................................................................................... 13 B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam.......................................................... 17 BAB V

PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM19 A. LINGKUNGAN ALAM........................................................................................... 19 B. LINGKUNGAN FISIK........................................................................................... 19 C. LINGKUNGAN SOSIAL........................................................................................ 20

BAB VI

PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN

PAUD BERBASIS ALAM.... 21

A. PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN TEMA...................................................... 21 B. Pemilihan Indikator Perkembangan................................................................. 22 C. Pengorganisasian Anak...................................................................................... 23 D. Langkah-Langkah Pembelajaran...................................................................... 24 iii

BAB I PENDAHULUAN A. Rasional Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam kurikulum bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang dinamis dan progresif, terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada berbagai aspek, kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran. Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi perlunya pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidik anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan pendidikan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pengembangan model kurikulum inovatif PAUD diarahkan untuk membantu pendidik anak usia dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak. Melalui upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak usia dini untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan anak memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real learning), bermakna (meaningfull) dan konstruktif.

B. Tujuan Tujuan

pengembangan

model

kurikulum

inovatif

PAUD

dengan

model

pembelajaran berbasis alam disusun sebagai panduan praksis pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangannya.

1

Secara spesifik, panduan ini diarahkan untuk : 1. Memberikan guideline bagi pendidik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini khususnya dalam melaksanakan proses pembeljaran berbasis alam. 2. Memberikan panduan kepada guru dalam memahami konsep falsafah pendidikan yang menjadi dasar kerangka berpikir dan bertindak secara praksis dan profesional. 3. Membantu

pendidik

dalam

merancang

dan

mengembangkan

proses

pembelajaran pada anak usia dini yang memungkinkan tejadinya moving melalui sumber belajar yang berbasis alam. 4. Membantu guru menyesuaikan pratik pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan falsafah pendidikan yang mendasarinya.

C. Lingkup dan Batasan Pengembangan model kurikulum PAUD inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh model dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh dari suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman konsep filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kerangka model yang dijadikan acuan. Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan atau perubahan dengan ditandai adanya hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran cemerlang yang diharapkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan. Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan dan hasil yang dapat dipergunakan

untuk

memecahkan

berbagai

persoalan

yang

muncul

seperti

menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang).

2

Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya : 1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk hasil yang diharapkan 2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan 3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana 4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.

3

BAB II KERANGKA FILOSOFIS PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Lingkungan

alam

merupakan salah satu

komponen

terpenting dalam

pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain. Folosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk

model pendidikan yang dikenal

dengan “pengajaran barang

sesungguhnya”. Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis. 4

Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah pengajaran dilaksanakan. Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri. Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly (1897). Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa : 1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar. 2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak. 3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak. 4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis. Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi rumusan pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 5

Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia dini. Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan

masyarakat

luas.

(Dewey

dalam

Krogh,

1994).

Pandangan

ini

mempertegas bahwa sekolah (kurikulum : pembelajaran yang dilaksanakan) harus mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan bereksperimen. Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Auto

Activity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active learning (belajar secara aktif). Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran. Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill. Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real

learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan Ligtghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep 6

pendidikan seperti ini akan membantu anak mengembangkan proses berpikir komprehensif dalam situasi yang nyata tentang berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan alam. Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok. Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.

7

BAB III PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah : 1. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar yang utama. 2. Membangun kemandirian anak Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya. 3. Belajar dari lingkungan alam sekitar Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif. 4. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan. 8

5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan mengeluarkan biaya yang mahal. 6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan

memanipulasinya, menumbuhkan cara

berpikir yang

komprehensif. 7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan berpikir seper...


Similar Free PDFs