Title | Morfologi bahasa Arab |
---|---|
Author | Faizur Rosyad |
Pages | 11 |
File Size | 503.7 KB |
File Type | |
Total Downloads | 241 |
Total Views | 985 |
a. Afiksasi Di dalam naskah Qat}r al-Ghais\ proses afiksasi ada empat bentuk, yakni: prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Proses afiksasi tersebut berimbas pada cara menerjemahkannya. Berdasarkan akibat pembentukannya, proses afiksasi ada dua macam, yakni: infleksi dan derivasi. Contoh Infleksi: Q...
Accelerat ing t he world's research.
Morfologi bahasa Arab Faizur Rosyad
Related papers
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers
makalah hirarki linguist ik Candra Devi Gaut ami Vardhana
KELOMPOK 1 MEMAHAMI T ERJEMAHAN BAHASA ARAB INDONESIA (Definisi, Terjemahan dalam Lint as… hilmi dzikri BAHASA YUNANI Joseph Christ Sant o
a. Afiksasi Di dalam naskah Qat}r al-Ghais\ proses afiksasi ada empat bentuk, yakni: prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Proses afiksasi tersebut berimbas pada cara menerjemahkannya. Berdasarkan akibat pembentukannya, proses afiksasi ada dua macam, yakni: infleksi dan derivasi. Contoh Infleksi:
Qa>l-a qi>l-a Arti: angendhika tinakonan Berkata ditanya Penjelasan: aktif pasif (perubahan kategori)
Contoh Derivasi: al-In-u a>man-tu Arti: iman angimanake ambah Penjelasan: Kata benda kata kerja (perubahan kelas kata) 1) Infleksi Infleksi adalah perubahan morfem yang tidak mengubah kelas kata, dari kata kerja ke kata benda, dari kata benda ke kata sifat, dari kata sifat ke kata kerja, atau sebaliknya. Oleh karena itu perubahan morfem tersebut hanya berkutat pada penunjukan: tunggal dan jamak, maskulin dan feminin, lampau dan akan datang, sifat dan superlatif. Misalnya: Tunggal Jamak
katab-tu katab-na/katab-u>
=
a-ktub na-ktub/ya-ktub-u>na
1
muslim-Ø muslim-u>na
Maskulin Feminin =
katab-a katab-at
ta-ktub-Ø ta-ktub-i>na
Lampau akan datang Sifat Superlatif
=
muslim-Ø muslim-ah =
katab-tu a-ktub
jami>l ajmal
Infleksi yang terjadi pada kata kerja disebut konjugasi, sedangkan infleksi yang terjadi pada kata benda disebut deklinasi. Proses deklinasi berdasarkan atas kasus ada 6 model, yakni nominatif, jenetif, datif, akusatif, vokatif dan ablatif. Nominatif
Jenetif Datif
Akusatif Vokatif Ablatif
=
muslim-un
=
khair-u muslim-in
=
khamsat-a ‘asyarat-i kita>b-an
=
ra’ai-tu Ahmad-a
=
ya> Ab-a> Bakr-in, ya> rajul-u
=
‘ala> al-maktab-i
Cara menerjemahkan proses deklinasi berdasarkan kasus yang terdapat dalam naskah Qat}r al-Ghais\ adalah sebagai berikut: a) Kasus Nominatif Ada beberapa keadaan yang membuat kata benda dalam kondisi nominatif. Berikut ini adalah keadaan yang
2
membuat kata benda dalam kondisi nominatif dan cara menerjemahkannya: -
Mubtada’/Subyek Nomina Kondisi mubtada’ diterjemahkan dengan kata “utawi” di awal kalimat. Kata “utawi” tidak ada padanannya di dalam bahasa Indonesia.
-
Khabar/Predikat Nomina Kondisi khabar diterjemahkan dengan kata “iku” di tengah kalimat. Kata “iku” tidak ada padanannya di dalam bahasa Indonesia. Kata “iku” hampir mirip dengan “adalah” dalam bahasa Indonesia tetapi memiliki fungsi dan kedudukan yang berbeda di dalam kalimat. Kata “iku” dalam Pegon berfungsi sebagai penunjuk “khabar” dan tidak memiliki kedudukan dalam kalimat, sedangkan “adalah” berfungsi sebagai penjelas subyek dan berkedudukan sebagai predikat nomina.
-
Ism Kana/Subyek Semi Verba Tidak ada kata khusus yang menunjukkan bahwa kata tersebut adalah ism ka>na.
-
Khabar Inna/Predikat Nomina
3
Kondisi khabar inna kadang-kadang diterjemahkan dengan kata “iku”, arti tersebut muncul ketika struktur kalimatnya berupa kalimat nominal. NP(def+indef) Ndef
Nindef
Alla>hu (Utawi Allah)
‘ali>mun (iku Kang Amiharsa)
NP N
Ndef Nindef Allah, ‘ali>mun
b) Kasus Jenetif Kondisi jenetif diterjemahkan dengan menambah morfem –ing dan –e di akhir kata yang pertama, sebelum jenetif. Misalnya: - Rabb-i al-‘a>lam-i>na diartikan Pengeran-ing alam kabeh - Abu> al-Lais\
diartikan bapan-e macan
NP(indef+def)
NP(indef+def)
Nindef
Ndef
Nindef
Ndef
Rabb (Pengèran-ing)
al-‘alamin (alam kabèh)
Abu (Bapa-ne)
al-Lais\ (macan)
NP N
Nindef Ndef Rabb, al-‘a>lamin
4
NP N
Nindef Ndef Abu>, al-Lais\
c) Kasus Datif dan Akusatif Dua kasus ini dijadikan satu karena metode terjemahnnya sama, hanya tandanya saja yang membedakan keduanya. Kondisi datif dan akusatif ditunjukkan oleh 3 keadaan, yakni: - Maf‘ul/Obyek Verba Ada 5 macam maf‘u>l di dalam bahasa Arab, yakni:
maf‘u>l bih, maf‘u>l liajlih, maf‘u>l ma’ah, dan maf‘u>l mutlaq. (i)
Kondisi maf‘u>l bih diterjemahkan dengan kata “ing”.
(ii)
Kondisi maf‘u>l fi>h diterjemahkan dengan kata “ing
dalem”. (iii) Kondisi maf‘u>l liajlih diterjemahkan dengan kata “kerono”. (iv) Kondisi
maf‘u>l
ma’ah
tidak
ditemukan
terjemahannya dalam manuskrip. (v)
Kondisi maf‘u>l mut}laq diterjemahkan dengan kata “kelawan”.
5
NP InfP inf
an (arepé)
Naku V
ya-ktub-a> (nunulis karoné)
NP InfP Inf V Naku
a’ma>l-a (ing amal)
InfP Naku Inf V an ya-ktub-a> a’ma>l-a
- Ism Inna/Subyek Nomina Tidak ada kata yang menunjukkan posisi ism inna di dalam bahasa Jawa.
- Khabar Ka>na/Predikat Semi Verba Khabar Ka>na ditunjukkan dengan kata “iku” sama seperti khabar inna meskipun kondisinya berbeda.
Khabar ka>na masuk dalam kondisi datif, sedangkan khabar inna masuk dalam kondisi nominatif. Hal ini karena mengacu pada posisi kata, yakni sebagai khabar. Untuk kasus ism inna dan ism ka>na, tidak perlu diterjemahkan dengan kata “utawi” karena sudah ada kata penggantinya, setuhune atau anapun.
6
d) Kasus Vokatif Tidak ada kata khusus yang digunakan untuk menerjemahkan kondisi vokatif.
e) Kasus Ablatif Kondisi ablatif diterjemahkan sesuai dengan huruf atau partikel yang mendahuluinya. Tidak ada kata khusus yang menggambarkan tentang kondisi ablatif. Misalnya: - Partikel min diterjemahkan saking dan setengah saking - Partikel ba>’ diterjemahkan ing dan kelawan PP Prep.
Pn Pn
min (setengah saking) bi (kelawan) PP Prep. Pn
Gen.marker
hum Ø (para Malaikat) him (para Malaikat)
Prep. min-, bi hum, him
Pn
Adapun infleksi yang terjadi pada kata kerja, atau yang disebut dengan konjugasi, berdasarkan kasus tidak ada katakata tertentu yang digunakan untuk menerjemahkan kondisi tersebut sebagaimana infleksi yang terjadi pada kata benda. 7
Infleksi berdasarkan jumlah tidak ada beda antara kata benda dengan kata kerja. Untuk kata tunggal tidak disebutkan kata terjemahannya. Untuk kata dua ditulis dengan kata “karone” dan “loro”. Misalnya: - Yaktub-a>
diterjemahkan
anunulis karoné
- Kita>b-a>ni
diterjemahkan
kitab loro
Kata jamak, untuk kata kerja ditulis dengan kata “kabeh” di akhir kata, sedangkan untuk kata benda ditulis dengan kata “sekehe” pada awal kata. Misalnya: - Yaktub-u>na
diterjemahkan
anunulis kabèh
- Rusul
diterjemahkan
sekehe rasul
2) Derivasi Di dalam naskah Qat}r al-Ghais\ tidak ada kata yang dibentuk melalui sistem derivasi dari akar kata yang sama. Hanya ada satu kata yang muncul, yakni: kataba, kita>b dan
ka>tib. Artinya adalah anunulis, tulisan dan kang anunulis. Sehingga bisa disimpulkan bahwa untuk membentuk kata sifat cukup diberi kata “kang” di awal kata. Sedangkan untuk membentuk kata benda diberi akhiran –an dan megubah sedikit pada bangunan kata.
8
b. Pergantian Bangunan Kata Fungsi pergantian bangunan kata ada tiga, yakni: mengubah kata aktif menjadi pasif, menentukan gender, dan menentukan jumlah subyek. Di dalam naskah Qat}r al-Ghais\ perubahan bangunan kata atau internal change terjadi untuk mengubah dari kata aktif menjadi pasif. Misalnya, kata yu’a>qibu diubah menjadi
yu’a>qabu yang artinya sinikso (disiksa). c. Reduplikasi Reduplikasi tidak ada dalam naskah Qat}r al-Ghais\, karena di dalam bahasa Arab tidak ada kaidah pengulangan kata. Pengulangan kata ini biasa kita jumpai pada bahasa Melayu, termasuk dalam terjemahan Pegon. Misalnya: mang-mang, sun-
sun dan asuku-suku. d. Zero Morfem zero hanya sedikit ditemukan dalam bahasa Arab, fungsinya adalah untuk membentuk kata jamak dan superlatif. Di dalam naskah Qat}r al-Ghais\ terdapat kata al-hamd yang diartikan jamak, sekehe puji (segala puji) meskipun bangunan katanya tunggal.
9
Nama : Dr. Achmad Faizur Rosyad, M.Ag. Kantor : Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya Telp. : 031-70060611 Email : [email protected]
10...