Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu PDF

Title Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu
Author Wildan Maulana
Pages 22
File Size 117.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 362
Total Views 391

Summary

A. HAKIKAT AKSIOLOGI Aksiologi yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu aksiologi mempertanyakan untuk pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan ntara cara penggunaan itu dan kaidah moral? Bagaimana penentuan jek yang ditelaah berdasa...


Description

A.

HAKIKAT AKSIOLOGI Aksiologi yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai

landasan ilmu aksiologi mempertanyakan untuk pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan ntara cara penggunaan itu dan kaidah moral? Bagaimana penentuan jek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik, prosedural yang merupakan operasionaliaasi metode ilmiah dan norma-norma moral atau profesional? Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S. Suriasumantri (2010) mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan penggunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Francia Bacon dalam Jujun bahwa "pengetahuan adalah kekuasaan" apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang diaebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunaannya. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, layak, pantas, patut dan Logos yang berarti teori, pemikiran. Jadi Aksiologi adalah "teori tentang nilai". Aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan (seni/estetika). Ketiga, sosio political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik. Jadi, aksiologi yaitu teori tentang nilai-nilai ketiga aspek ini, yakni moral, keindahan, dan sosial politik. Lebih lanjut, menurut John Sinclair dalam Jujun S. Suriasumantri (2010), dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Adapun nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Aksilogi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, Aksiologi merupakan ilmu yang mempelaiari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfadtkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus diaesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana. Aksiologi bisa juga diaebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Menurut Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi merupakan kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Jadi, Aksiologi yaitu bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and objective). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsiaten untuk perilaku etis. Dewasa ini perkembangan ilmu sudah melenceng jauh dari hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, melainkan bahkan kemungkinan menciptitakan tujuan hidup itu sendiri. Di sinilah moral sangat berperan sebagai landasan normatif dalam penggunaan ilmu, serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan dengan kapasitas keilmuannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai. Nilai suatu ilmu berkaitan dengan kegunaan. Guna suatu ilmu bagi kehidupan manusia akan mengantarkan hidup semakin tahu tentang kehidupan. Kehidupan itu ada dan berproses yang membutuhkan tata aturan. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa ilmu itu digunakan. Ilmu tidak akan menjadi sia-sia jika kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula.

B.

KATEGORI DASAR AKSIOLOGI Menurut Susanto (2011) mengatakan, ada dua kategori dasar aksiologi: Pertama,

objectiviam, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai. Kedua, subjectiviam, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan). Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu teori nilai intuitif, teori nilai rasional, teori nilai alamiah, dan teori nilai emotif teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran objektivia, sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subjektivia.

1. Teori Nilai Intuitif (The Intuitive Theory of Value)

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

Menurut teori ini, sangat sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefimisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimana pun juga suatu perangkat nilai yang absolut itu eksia dalam tatanan yang bersifat objektif. Nilai ditemukan melalui intuisi, karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksia sebagai piranti objek atau menyatu dalam hubungan antar-objek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali mengakui dan menemukan seseorang nilai itu melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.

2. Teori Nilai Rasional (The Rational Theory of Value) Menurut teori ini, janganlah percaya pada nilai yang bersifat obiektif dan murni independen dari manusia. Nilai ini ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan sesuatu yang benar ketika ia tahu dengan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalat yang melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu Tuhan. Jadi, dengan nalar atau peran Tuhan nilai ultimo, objektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.

3. Teori Nilai Alamiah (The Naturaliatic Theory of Value) Menurut teori ini nilai, diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan dan hasrat yang dislaminya. Nilai yaitu produk biososial, artefak manusia yang diciptakan, dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalia mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolut tetapi bersifat relatif. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subjektif, bergantung pada kondisi manusia.

4. Teori Nilai Emotif (The Emotive Theory of Value) Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan 43 faktual melainkan hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverifikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.

C.

NILAI DAN KEGUNAAN ILMU (AKSIOLOGI ILMU) Erliana Hasan (2011) mengatakan, bahwa nilai (value) termasuk dalam pokok bahasan

penting dalam filsafat ilmu, diaamping itu digunakan juga untuk menunjuk kata benda yang

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

abstrak dan dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Menilai berarti menimbang, yakni suatu kegiatan menghubungkan sesuatu dengan yang lain yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan keputusan. Keputusan ini menyatakan apakah sesuatu itu bernilai positif atau sebaliknya. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia, yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaannya. Dengan demikian, nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bemanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku. Terdapat empat pengelompokan nilai, yaitu: (1) kenikmatan, (2) kehidupan, (3) kejiwaan, dan (4) kerohanian. sesuatu dikatakan material apabila sesuatu itu berguna bagi jasmani manusia. Demikian juga sesu'tu dikatakan bernilai vital ketika ia berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan, dan sesuatu bernilai kerohanian apabila ia berguna bagi rohani manusia. Dalam Encliclopedya of Philosophy dijelaskan, aksiologi value and valuation ada tiga bentuk: a. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik, dan bagus. Adapun dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata benda asli untuk seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain, dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi ialah bagian dari etika. Lewia menyebutkan sebagai alat untuk mencapai beberapa tujuan, sebagai nilai instrumental atau menjadi baik atau sesuatu menjadi menarik, sebagai nilai inheren atau kebaikan seperi estetis dari suatu karya seni, sebagai nilai intrinsik atau menjadi baik dalam dirinya sendiri, sebagai nilai kontributor atau nilai yang merupakan pengalaman yang memberikan kontribusi. b. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata suatu nilai atau nilai-nilai, ia sering kali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai. c. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal itu secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dia hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

Dari defimisi mengenai aksiologi yang dikemukakan, Amsal Bakhtiar (2011) menyimpulkan, bahwa permasalahan yang utama dalam aksiologi itu mengenai nilai. Nilai yang dimaksud yaitu sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang siapa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Selanjutnya. dikatakan Surajiyo (2010), pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang didalam dirinya memiliki karakteristik kritia, rasional, logis, objektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu, masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kuat yaitu masalah kegunaan ilmu telah membawa manusia. Memang tidak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi, dapatkah ilmu yang kukuh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia, bukan sebaliknya. Di sinilah letak tanggung jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak sangat diperlukan. Oleh karena itu, penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah. Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal sebagaimana dikemukakan Idzan Fautanu (2012), yaitu: 1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori filsafat ilmu. 2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya yaitu untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan. 3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, multi dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan sangat sederhana, maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas. Penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia. Adapun dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi dinamakan dengan value and valuation:

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik, dan bagus. Adapun dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian. 2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata suatu nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia. 3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, atau dinilai. Dari defimisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama yaitu mengenai nilai. Nilai yang dimaksud yaitu sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika. Pandangan Susanto (2011) mengatakan, filsafat ilmu menyelidiki dampak pengetahuan ilmiah pada hal-hal berikut: Pertama, persepsi manusia akan kenyataan. Kedua, pemahaman berbagai dinamika alam. Ketiga, saling keterkaitan antara logika dan matematika, dan antara logika dan antara matematika pada satu sisi dan kenyataan pada sisi lain. Keempat, berbagai keadaan

dari

keberadaan

teoretis.

Kelima,

berbagai

sumber

pengetahuan

dan

pertanggungjawabannya. Keenam, hakikat manusia, nilai-nilainya, tempat dan posisinya di tengah-tengah semua keberadaan lain, paling sedikit yang berada di lingkungan dekatnya. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika di mana makna etika memiliki dua arti, yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu, tetapi pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif apabila subjek berperan dalam memberi penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian, nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Namun apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan? Memang mempelajari teknologi seperti bom atom,

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan umat manusia, tetapi di pihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa mausia pada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai dipertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu harus digunakan. Selanjutnya dikatakan berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Seperti ungkapan "saya pernah belajar etika". Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan, atau manusia yang lain. Seperti ungkapan "ia bersifat etis atau seorang yang jujur atau pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila”. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat jika dikatakan bahwa objek formal etika yaitu norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Adapun estetika berkaitan dengan nilai pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Nilai itu objektif atau subjektifkah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisik. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan. Intelektualitas dan nilai hasil subjektif selalu mengarah pada sesuatu suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya seseorang melihat matahari terbenam di sore hari. Akibat yang dimunculkannya yaitu menimbulkan rasa senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakan nilai yang subjektif dari seseorang dengan orang lain akan memiliki kualitas yang berbeda. Nilai itu objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar realitas benar-benar ada. Misalnya kebenaran tidak bergantung pada pendapat individu, tetapi pada objektivitas fakta, kebenaran tidak diperkuat atau

Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

diperlemah oleh prosedur. Demikian juga dengan nilai orang yang berselera rendah tidak mengurangi keindahan suatu karya seni. Gagasan aksiologi dipelopori juga oleh Lotze Brentano, Husserl, Scheller, dan Nocolai Hatmann. Scheller mengontraskan dengan praeksologi, yaitu pengertian umum mengenai hakikat tindakan, secara khusus bersangkutan dengan dientologi, yaitu teori moralitas mengenai tindakan yang benar. Dalam penilaiannya terdapat dua bidang yang paling populer saat ini, yaitu yang bersangkutan dengan tingkah laku keadaan atau tampilan fisik. Dengan demikian, kita mengenai aksiologi alam dua jenis, yaitu etika dan estetika. Etika yaitu bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atas perbuatan manusia dari sudut baik atau jahat. Etika dalam bahasa Yunani ethos, yang artinya kebiasaan atau habit atau custom. Estetika merupakan bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atas sesuatu dari sudut indah dan jelek, secara umum estetika mengkaji mengenai apa yang membuat rasa senang. Dagobert Runes mengemukakan beberapa persoalan yang berkaitan dengan nilai yang menyangkut hakikat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, dan status metafisika nilai. Mengenai hakikat nilai banyak dikemukakan diantaranya teori valuntariame. Teori ini mengemukakan bahwa nilai yaitu suatu pemuasan terhadap suatu keinginan atau kemauan. Menurut kaum hedoniame menyata...


Similar Free PDFs