PEMERIKSAAN SUBSTANTIF TERHADAP PERPERSEDIAAN DOC

Title PEMERIKSAAN SUBSTANTIF TERHADAP PERPERSEDIAAN
Author Muhammad Fajri
Pages 1
File Size 1.5 MB
File Type DOC
Total Downloads 440
Total Views 748

Summary

PEMERIKSAAN SUBSTANTIF TERHADAP PERPERSEDIAAN DESKRIPSI PERPERSEDIAAN Perpersediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual. Kekayaan perusahaan yang tidak dimas...


Description

PEMERIKSAAN SUBSTANTIF TERHADAP PERPERSEDIAAN DESKRIPSI PERPERSEDIAAN Perpersediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual. Kekayaan perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok persediaan karena kekayaan tersebut tidak dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan adalah perpersediaan yang menunggu saat penjualan dan surat berharga yang disimpan untuk dijual di kemudian hari. Di dalam perusahaan dagang, perpersediaan terutama terdiri dari perpersediaan barang dagangan. Dalam perusahaan manufaktur, perpersediaan terdiri dari perpersediaan bahan baku dan bahan penolong, perpersediaan produk dalam proses, perpersediaan produk jadi, perpersediaan suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies). Perpersediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di dalam auditnya karena berbagai alasan berikut ini: 1. Umumnya perpersediaan merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup material dan merupakan objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan-kesalahan besar. 2. Penentuan besarnya nilai perpersediaan secara langsung mempengaruhi kos barang yang dijual (cost of good sold) sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan laba tahun yang bersangkutan. 3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai perpersediaan merupakan tugas yang lebih kompleks dan sulit dibanding dengan verifikasi sebagian besar unsur laporan keuangan yang lain. 4. Seringkali perpersediaan disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan pengawasan dan penghitungan fisiknya. 5. Adanya berbagai macam perpersediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam melaksanakan auditnya. Perkara McKesson & Robbins Pada tahun 1939, di U.S.A. terjadi peristiwa penipuan besar yang menyangkut persediaan. Sebuah perusahaan obat-obatan yang bernama McKesson &Robbins, Inc. menyajikan laporan keuangannya yang di antaranya berisi aktiva fiktif sebesar US$19,000,000, yang kirakira sama dengan 25% dari total aktivanya. Dari jumlah aktiva fiktif tersebut, termasuk di dalamnya persediaan fiktif sebesar US$10,000,000. Pada saat itu auditor independen yang melaksanakan audit memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, tanpa dapat menunjukkan adanya penggelapan tersebut. Standar auditing yang berlaku saat itu tidak mewajibkan auditor melaksanakan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan (inventory count observation). Setelah adanya perkara tersebut, profesi akuntan publik di U.S.A. kemudian menerapkan standar auditing baru yang mengharuskan auditor independen melakukan pengamatan (observation) terhadap penghitungan fisik perpersediaan yang dilakukan oleh kliennya. Standar tersebut berlaku sampai sekarang, dan profesi akuntan publik di Indonesia juga mengharuskan hal yang sama terhadap anggota profesinya. PRINSIP AKUNTANSI BERLAKU UMUM DALAM PENYAJIAN PERPERSEDIAAN DALAM NERACA Sebelum membahas pengujian substantif terhadap perpersediaan, perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi berlaku umum dalam penyajian perpersediaan di neraca berikut ini: 1. Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa persediaan dinilai dengan lower of cost or market dan harus menyebutkan metode yang digunakan dalam menentukan kos persediaan. 2. Jika persediaan dinyatakan pada kosnya, nilai pasarnya pada tanggal neraca harus dicantumkan dalam tanda kurung, dan jika persediaan diturunkan nilainya pada harga pasarnya, kosnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. Kos pengganti kini (current replacement cost) harus dicantumkan dalam laporan keuangan untuk persediaan yang kosnya ditentukan berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama. 3. Akibat perubahan metode penilaian persediaan terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit harus dijelaskan dalam laporan keuangan dan auditor harus menyatakan perkecualian mengenai konsistensi penerapan prinsip akuntansi berlaku umum dalam laporan audit. 4. Penjelasan yang lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan jika persediaan digadaikan sebagai jaminan utang yang ditarik oleh klien. 5. jika jumlahnya material, persediaan dalam perusahaan manufaktur harus dikelompokkan menurut kelompok utama berikut ini: persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, dan persediaan bahan baku. Penyajian kelompok persediaan tersebut dalam neraca berdasarkan urutan likuiditasnya. 6. Perjanjian pembelian harus dijelaskan dalam laporan keuangan, jika jumlahnya material atau bersifat luar biasa. 7. Cadangan untuk menghadapi kemungkinan turunnya harga persediaan setelah tanggal neraca harus dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba yang ditahan. Cadangan ini tidak boleh dikurangkan dari persediaan, namun harus disajikan sebagai pengurang akun Laba Ditahan. PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PERSEDIAAN Tujuan audit terhadap persediaan adalah:...


Similar Free PDFs