Pemetaan Situasi (Modul 5) PDF

Title Pemetaan Situasi (Modul 5)
Author Yoel Priatama
Pages 16
File Size 313.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 17
Total Views 388

Summary

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI DAN PEMETAAN PEMETAAN SITUASI Kelompok 2A Catharina Widyadayinta 1306404960 Humayri Sidqi 1306369440 Fransiskus Suniarmo 1306481083 Yoel Priatama 1306369421 Nama Asisten: Martha Destri Arsari Tanggal Praktikum: 18 April 2015 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUD...


Description

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI DAN PEMETAAN PEMETAAN SITUASI

Kelompok 2A

Catharina Widyadayinta

1306404960

Humayri Sidqi

1306369440

Fransiskus Suniarmo

1306481083

Yoel Priatama

1306369421

Nama Asisten: Martha Destri Arsari Tanggal Praktikum: 18 April 2015

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK APRIL 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR TABEL

iv

TUJUAN

5

PERALATAN

5

TEORI DASAR

5

CARA KERJA

7

HASIL PRAKTIKUM

7

PENGOLAHAN DATA

9

ANALISA

12

KESIMPULAN

14

REFERENSI

14

LAMPIRAN

15

ii

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Sketsa Percobaan di lapangan

7

Gambar 5.2 Panjang AB

10

Gambar 5.3 Panjang BC

10

Gambar 5.4 Panjang DC

10

Gambar 5.5 Panjang DA

10

Gamber 5.6 Sketsa Hasil Perhitungan

11

iii

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Data hasil percobaan

8

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan d optis, ∆H, dan kesalahan relative

9

Tabel 6.1 Hasil Perhitungan D optis

13

iv

Universitas Indonesia

MODUL 5 PEMETAAN SITUASI

1. Tujuan Praktikum Tujuan dari pemetaan situasi ini adalah agar praktikan dapat mencari luas suatu bangunan atau lahan tanpa melakukan pengukuran langsung.

2. Peralatan Theodolite 1 buah Rambu

2 buah

Patok

3 buah

Meteran

1 buah

Payung

1 buah

3. Teori Dasar Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestris, fotogrametrik, atau

metode

lainnya.

Pengukuran

terestris

adalah

pengukuran

dengan

menggunakan alat ukur theodolite berikut perlengkapannya. Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan titik dasar control hingga kepada pengukuran batas tanah. Pemetaan bangunan merupakan salah satu aplikasi dari penggunaan suatu peta kontur. Pemetaan ini dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kemiringan permukaan tanah dengan mengetahui perbedaan ketinggian antar garis kontur. Selain hal tersebut, dapat pula diketahui luas area yang dikehendaki seperti luas suatu bangunan. Hal ini dapat diketahui dengan menghitung perbedaan jarak antar titik tembak. Tampak sebuah potongan dari suatu peta

5

Universitas Indonesia

kontur memperlihatkan perbedaan ketinggian antara tingkat dasar suatu area dengan ketinggian permukaan tanah di sekitar area tersebut. Pemetaan situasi adalah gabungan dari poligon profil. Pemetaan situasi bisa diartikan sebagai penggambaran data-data geometris dipermukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu. Proses pengukuran situasi memerlukan kerangka dasar pengukuran berupa kerangka dasar mendatar dan kerangka dasar tinggi. Kerangka dasar mendatar dapat melalui beberapa cara antara lain mengikat ke muka, mengikat ke belakang, triangulasi, poligon, atau gabungan dari cara-cara tersebut. Sedangkan kerangka dasar tinggi dapat menggunakan sipat datar. Dari kerangka datar tersebut dapat dikumpulkan data-data geometris dari detail yang diukur. Ada banyak metode yang dapat dilakukan dalam penentuan luas. Bisa dengan menggunakan meteran, bisa juga dengan menggunakan data-data pada theodolit. Dari theodolit, kita dapat mengetahui jarak suatu titik dari theodolit dengan cara mengurangi benang atas (BA) titik tersebut dengan benang bawahnya (BB). Dalam praktikum pemetaan bangunan ini, untuk menentukan jarak titiktitik sudut Gedung GK FTUI terhadap titik acuan A, sama caranya dengan cara untuk waterpass memanjang, yaitu: D = (BA-BB) x 100 Dimana: D = jarak (cm) BA = benang atas BB = benang bawah Sedangkan untuk menetukan beda tinggi menggunakan rumus: ΔH = | TA – BT | Dimana : ΔT = Beda tinggi TA = Tinggi alat BT = Benang tengah

6

Universitas Indonesia

4. Cara Kerja 1. Menentukan bangunan yang akan dipetakan, yaitu bangunan di lapangan BP3 FTUI 2. Membuat sketsa dari bangunan yang akan dipetakan beserta titik-titik acuan pengukuran 3. Memasang theodolit pada titik A (sebagai bench mark) selanjutnya melakukan pengaturan terhadap gelembung nivo agar tepat berada di tengah-tengah lingkaran untuk memastikan alat tegak lurus terhadap permukaan tanah dan juga pengaturan VA agar tepat membentuk sudut 90º. Setelah itu, ukur tinggi alat di titik A 4. Membidik titik A1 kemudian melakukan pembacaan benang atas, tengah dan bawah serta besar sudut horizontalnya. Kemudian mengukur jarak antara titik A dengan titik A1 menggunakan pita ukur 5. Melakukan langkah yang sama seperti prosedur diatas untuk titik A2-A5 6. Memindahkan theodolit ke titik B, kemudian melakukan penembakan seperti prosedur diatas untuk titik B1-B5 7. Mengulangi langkah tersebut untuk theodolit di titik C dan D

5. Hasil Praktikum 5.1 Sketsa Grafis (AutoCAD)

Gambar 5.1 Sketsa Hasil Percobaan di Lapangan

7

Universitas Indonesia

5.2 Data Hasil Praktikum Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh sejumlah data dari hasil pembidikan tiap titik yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1 Data Hasil Praktikum BA

BT

BB

(dm)

(dm)

(dm)

1A

12,75

12,5

12,3

27º57’30”

3,9

1B

12,25

11,85

11,35

50º30’00”

9,4

1D

13,05

12,65

12,25

358º22’05”

7,9

2B

16,5

16,25

16

35º27’50”

5,3

2C

17,35

16,85

16,4

54º02’40”

9,8

2A

17,45

17,05

16,55

8º10’00”

10,2

3C

14,65

14,45

14,1

303º18’45”

5,14

3D

15,1

14,75

14,25

335º14’25”

9,74

3B

14,25

13,8

13,25

287º21’30”

9,75

4D

14,6

14,35

14,1

187º45’30”

4,6

4C

14,45

14

13,5

155º26’25”

9,47

4A

14,7

14,25

13,8

204º34’30”

9,15

Titik

8

HA

Dlap

TA

(m)

(m)

1,35

1,46

1,41

1,37

Universitas Indonesia

5.3 Pengolahan Data Perhitungan Doptis (cm) = 100 x (BA-BB) Beda Ketinggian (cm) = TA-BT Kesalahan Relatif =

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan d optis, ∆H, dan kesalahan relatif Dlap

Doptis

TA

∆H

KR

(cm)

(cm)

(cm)

(cm)

(%)

27º57’30”

390

450

10

13,33

50º30’00”

940

900

16,5

4,44

122,5 358º22’05”

790

800

8,5

1,25

160

35º27’50”

530

500

16,5

6

168,5

164

54º02’40”

980

950

22,5

3,16

174,5

170,5

165,5

8º10’00”

1020

900

24,5 13,33

3C

146,5

144,5

141

303º18’45”

514

550

3,5

6,55

3D

151

147,5

142,5 335º14’25”

974

850

6,5

14,59

3B

142,5

138

132,5 287º21’30”

975

1000

3

2,5

4D

146

143,5

141

187º45’30”

460

500

6,5

8

4C

144,5

140

135

155º26’25”

947

950

3

0,32

4A

147

142,5

138

204º34’30”

915

900

5,5

1,67

BA

BT

BB

(cm)

(cm)

(cm)

1A

127,5

125

123

1B

122,5

118,5

113,5

1D

130,5

126,5

2B

165

162,5

2C

173,5

2A

Titik

HA

9

135

146

141

137

Universitas Indonesia

 Mencari panjang AB

 Mencari panjang BC

Gambar 5.2 Panjang AB

 Mencari panjang DC

Gambar 5.3 Panjang BC

 Mencari panjang DA

Gambar 5.4 Panjang CD

Gambar 5.5 Panjang AD

10

Universitas Indonesia

Gambar 5.6 Sketsa hasil perhitungan

Luas Bangunan Hasil Pengukuran Dengan menggunakan autocad, didapat bahwa luas bangunan sebesar 29,81 m2 dan keliling sebesar 22,00 m2.

Luas Bangunan Asli 6 x 5 = 30 m2 .

11

Universitas Indonesia

6. Analisa 6.1 Analisa Praktikum Praktikum Pemetaan Situasi bertujuan untuk mencari luas suatu bangunan atau lahan tanpa melakukan pengukuran langsung. Praktikum Pemetaan bangunan ini dilaksanakan di lapangan BP3, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah membuat sketsa dari bangunan yang akan dipetakan beserta titik acuannya. Pada praktikum ini, bentuk bangunan yang di buat adalah bangunan berbentuk persegi panjang dengan panjang tiap sisinya 5m x 6m sehingga mempermudah pembidikan. Setelah membuat sketsa bangunannya, maka praktikan memasang patok di setiap ujung sisi bangunannya, yaitu sebanyak 4 patok. Kemudian setelah itu praktikan menentukan titik acuan pengukuran. Setelah itu theodolite dipasang pada titik 1 dan selanjutnya melakukan pengaturan terhadap gelembung nivo agar tepat berada ditengah-tengah lingkaran untuk memastikan alat tegak lurus terhadap permukaan tanah. Selain itu, Va juga diatur dengan sudut 90o . Setelah itu tinggi alat diukur. Setelah theodolite terpasang dengan benar, maka praktikan membidik titik 1A kemudian melakukan pembacaan benang atas, tengah dan bawah serta besar sudut horizontalnya. Kemudian mengukur jarak antara titik 1 dengan titik 1A menggunakan pita ukur. Setelah itu melakukan langkah yang sama seperti prosedur diatas untuk titik 1B-1D. kemudian praktikan memindahkan theodolite ke titik 2, 3, dan 4, dimana masing-masing titik dilakukan langkah yang sama seperti pada titik 1. Alat utama yang digunakan dalam praktikum pemetaan situasi ini adalah Theodolit. Theodolit merupakan alat untuk mengukur jarak dan sudut horizontal maupun vertikal yang memanfaatkan lensa optik untuk menentukan jarak dan sebuah indikator sudut digital yang akurat. Selain itu, digunakan juga pita ukur untuk mengukur jarak antar titik acuan dalam sketsa awal. Kedua alat ini berguna untuk mendapatkan data berupa pengukuran jarak theodolit (optik) dan pengukran manual menggunakan pita ukur. Data ketinggian titik – acuan ditentuka menggunakan rambu – rambu dan benang atas bawah yang terukur pada lensa.

12

Universitas Indonesia

6.2 Analisa Hasil Praktikum Pada praktikum pemetaan situasi ini, didapat data berupa jarak opti, jarak manual, dan data ketinggian untuk setiap titik acuan. Pada praktikum ini terdapat 12 kali pengukuran. Data optis dapat diperoleh dengan menggunakan theodolite. Secara teoritis dengan mendapatkan data Benang Atas (BA) dan Benang Bawah (BB), maka dapat jarak optis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Doptis (cm) = 100 x (BA-BB) Berikut hasil perhitungan D optis : Tabel 6.1 Hasil Perhitungan D optis Dlap

Doptis

TA

∆H

KR

(cm)

(cm)

(cm)

(cm)

(%)

27º57’30”

390

450

10

13,33

50º30’00”

940

900

16,5

4,44

122,5 358º22’05”

790

800

8,5

1,25

160

35º27’50”

530

500

16,5

6

168,5

164

54º02’40”

980

950

22,5

3,16

174,5

170,5

165,5

8º10’00”

1020

900

24,5 13,33

3C

146,5

144,5

141

303º18’45”

514

550

3,5

6,55

3D

151

147,5

142,5 335º14’25”

974

850

6,5

14,59

3B

142,5

138

132,5 287º21’30”

975

1000

3

2,5

4D

146

143,5

141

187º45’30”

460

500

6,5

8

4C

144,5

140

135

155º26’25”

947

950

3

0,32

4A

147

142,5

138

204º34’30”

915

900

5,5

1,67

BA

BT

BB

(cm)

(cm)

(cm)

1A

127,5

125

123

1B

122,5

118,5

113,5

1D

130,5

126,5

2B

165

162,5

2C

173,5

2A

Titik

HA

135

146

141

137

Kemudian setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan aplikasi AutiCAD, didapat bahwa luas bangunan sebesar 29,81 m2 dan keliling bangunan sebesart 22,00 m2. Sedangkan luas bangunan asli adalah 30 m2 dan kelilingnya 22 m2. Terlihat bahwa hasil pengukuran dengan theodolite tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran langsung. Perbedannya hanya sebesar 0,19 m2.

13

Universitas Indonesia

6.3 Analisa Kesalahan Setelah dilakukan peengolahan data, kesalahan relatif dari hasil praktikum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Kesalahan Relatif = Pada praktikum ini kesalahan relative terbesar adalah sebesar 14,59% yang terjadi pada pengukuran di titik 3D. Kesalahan yang terjadi dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain : 1. Praktikan melakukan pengukuran menggunakan meteran dengan tidak benar karena meteran terkadang miring, tidak lurus, terlalu regang, yang menyebabkan hasil yang didapat tidak akurat. 2. Dalam pemasangan theodolite, praktikan tidak melakukan kalibrasi dengan tepat, dimana nivo tidak tepat berada ditengah dan unting-unting tidak tegak lurus dengan patok. 3. Lensa thedolit yang kecil dan cahaya matahari yang silau membuat praktikan megalami kesulitan dalam membaca rambu yang terlihat dalam lensa theodolite. Selain itu praktikan yang memegang rambu tidak memegang rambu dengan tegak lurus, sehingga terjadi ketidak akuratan dalam pembacaan rambu pada theodolite.

7. Kesimpulan Praktikum pemetaan situasi bertujuan untuk mencari luas suatu bangunan atau lahan tanpa melakukan pengukuran langsung. Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, telah dapat dibuat gambaran dua dimensi pada suatu datara dengan menggunakan data-data hasil praktikum. Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat bahwa luas bangunan yang dicari adaah sebesar 29,81 m2.

8. Referensi Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Laboratorium Survei dan Pemetaan. Departemen Teknik Sipil Fakultas Universitas Indonesia.

14

Universitas Indonesia

9. Lampiran

Gambar 9.1 Pengukuran titik dengan menggunakan theodolit

15

Universitas Indonesia

16

Universitas Indonesia...


Similar Free PDFs