Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) PDF

Title Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Author P. Fkm Uinsu 2020
Pages 26
File Size 4.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 156
Total Views 657

Summary

Buku Saku Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) PBL-DR 28 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dosen Pembibing Lapangan: Yulia Khairina Ashar, SKM., MKM. Disusun Oleh: Tim Buku Saku PBL-DR 28 Sadina Nst Ade Irma Nasution Chairunnisa Nasution Diana Epiana Anggota PBL-DR...


Description

Buku Saku

Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) PBL-DR 28

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dosen Pembibing Lapangan: Yulia Khairina Ashar, SKM., MKM.

Disusun Oleh:

Tim Buku Saku PBL-DR 28 Sadina Nst Ade Irma Nasution Chairunnisa Nasution Diana Epiana

Anggota PBL-DR 28 Fenny Dwi Arini Muhammad Fiqih Julianda Nurul Fitriani Patimah Khoiriah Nasution Ridho Raisa Ritonga Tika Melati Sukma

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan  kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Buku Saku PBL-DR ini dengan judul Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).       Buku ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas PBLDR. Dalam buku ini mengulas tentang pengertian penyakit ISPA beserta pencegahannya. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan buku saku ini. Kami   juga berharap semoga buku saku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.               Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkandan memperbaiki pembuatan buku saku ini di waktu yang akan datang.

Medan, Agustus 2020 Penulis

III

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI

iv

PENDAHULUAN 1 Definisi Penyakit ISPA 2 Etiologi Penyakit ISPA 2 Tanda-tanda Epidemiologis ISPA Tanda dan Gejala Klinis ISPA

3

4

Faktor Risiko Lingkungan Yang Berpengaruh Pada Penyakit ISPA

6

Cara Pencegahan Penyakit ISPA

9

Cara Pengendalian Penyakit ISPA

13

DAFTAR PUSTAKA 19

IV

PENDAHULUAN ISPA

adalah

mortalitas

penyebab

penyakit

menular

utama di

morbiditas

dunia.

Hampir

dan

empat

juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%nya

disebabkan

bawah.

Tingkat

oleh

infeksi

mortalitas

saluran

sangat

tinggi

pernapasan pada

bayi,

anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama dinegaranegara

dengan

pendapatan

per

kapita

rendah

dan

menengah (WHO, 2007).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) ISPA merupakan penyakit yang bisa menyerang semua kalangan tanpa melihat umur dan wilayah. Di Indonesia, penyakit ISPA menjadi salah satu penyakit yang

berbahaya

Prevalensi diagnosa

ISPA

diantaranya tahun

tenaga

2018

kesehatan

adalah di

pneumonia.

Indonesia

(dokter,

menurut

bidan

atau

perawat) dan gejala yang dialami sebesar 9,3 persen. Penyakit ini merupakan infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala demam, batuk kurang dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat dan/atau sakit tenggorokan.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala dan cara penanganan penyakit ISPA merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian akibat ISPA

(Hendra,

2016).

Jumlah

kasus

penderita

ISPA

meningkat setiap tahunnya, untuk itu ada baiknya kita perlu mengetahui apa itu ISPA dan bagaimana cara pencegahan dan pengendalaiannya.

1

DEFINISI PENYAKIT ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu.

ETIOLOGI PENYAKIT ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia . (Suhandayani, 2007). Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, Adnovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus Streptococcus, Haemophylus, Stafilococcus, Pneumococcus, Bordetella, dan Corynebakterium. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergillus sp, Candidia albicans, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans.

2

TANDA-TANDA EPIDEMIOLOGIS ISPA

Baru melakukan perjalanan ke suatu daerah dimana terdapat pasien yang diketahui menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran.

Baru mengalami pajanan kerja, misalnya pajanan terhadap hewan yang mengalami gejala flu burung.

Baru kontak dengan pasien lain yang terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran.

3

Tanda Dan Gejala Klinis ISPA

SAKIT KEPALA

BERSIN

BATUK

DEMAM

PILEK

HIDUNG TERSUMBAT

4

SESAK NAPAS

MUDAH MERASA LELAH

NYERI TENGGOROKKAN

NYERI OTOT

5

FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT ISPA

Lingkungan Rumah Lingkungan fisik rumah merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA. Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Akibat yang ditimbulkan bila ventilasi rumah tidak memenuhi syarat kesehatan adalah menyebabkan kelembaban dalam ruangan tinggi sehingga dapat menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman patogen yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko kejadian ISPA. Untuk itu menjaga kesehatan lingkungan dengan menjaga kebersihan rumah, memiliki ventilasi dan membuka jendela setiap pagi.

Kepadatan Hunian Kepadatan hunian rumah akan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang kemudian akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut.

6

Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni rumah maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri yang dapat menggangu kesehatan. ISPA dengan cepat menular melalui udara. Untuk itu perlu membatasi jumlah  kamar  tidur  untuk masing-masing  anggota  keluarga  agar  tidak terjadi  padat  ruangan,  untuk  meminimalisir mudahnya  penyakit  menular  seperti  ISPA menyerang anggota keluarga lain.

Kebiasaan Merokok Secara statistik jika salah satu anggota keluarga seorang perokok ataupun sang ayah dari keluarga tersebut perokok, maka salah satu anggota keluarganya atau biasanya anaknya mempunyai resiko dua kali lipat terkena infeksi saluran pernapasan.

Kebiasaan merokok dapat dihentikan apabila kita dapat memanajemen diri kita sendiri. Manajemen diri merupakan suatu strategi dalam merubah perilaku melalui proses konseling sehingga dapat menghasilkan suatu kontrol pada individu yang berasal dari dalam diri.

7

Polusi Udara Tingkat pencemaran udara yang tinggi dapat memicu tingginya kejadian penyakit Penyakit yang dapat timbul akibat pencemaran udara adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) utamanya gas SO2.

Pencemaran udara bisa disebabkan dari tingkat polusi udara yang di sebabkan oleh asap kendaraan bermotor, kurangnya pohon-pohon, dan asap pabrik. Untuk mengurangi pencemaran udara kita dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, menanam dan memelihara lebih banyak tanaman, tidak membakar sampah.

8

CARA PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA Menjaga Keadaan gizi agar tetap baik Makan makanan yang seimbang, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

Imunisasi Lengkap Memberikan Imunisasi sangat diperlukan baik pada anak– anak maupun orang dewasa. imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

Menjaga Kebersihan Lingkungan Menjaga Kebersihan lingkungan dapat dilakukan dengan cara rutin membersihkan lingkungan rumah maupun sekitarnya setiap hari dan menjaga sirkulasi udara di dalam rumah harus tetap baik..

9

Mencuci Tangan

Cuci tangan  secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum. Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir.

Jangan Menyentuh Area Wajah Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata, untuk menghindari penularan virus dan bakteri.

Olahraga Teratur Olahraga membuat fisik menjadi lebih bugar. Manfaat dari olahraga adalah meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit Hasilnya tubuh lebih sehat dan kuat serta tak mudah terserang penyakit.

10

Mencegah anak berhubungan langsung dengan penderita ISPA. Jika orang dewasa menderita ISPA dalam keluarga hendaknya memakai penutup hidung dan mulut untuk mencegah penularan pada anak – anak dalam keluarga tersebut.

Pengobatan segera Orang yang menderita ISPA harus diobati segera dan dirawat dengan baik untuk mencegah penyakit menjadi bertambah buruk. Memeriksakan anak secara teratur ke puskesmas.

Ventilasi Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Lamsidi, 2003).

11

Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Suhandayani, 2007): 1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan. 2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara. 3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang. 4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan. 5. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal. 6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.

Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut (Mukono, 2000) : 1. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 % dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 % dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. 2. Ventilasi sering di buka untuk keluar masuk udara. 3. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik, knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. 4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.

12

CARA PENGENDALIAN PENYAKIT ISPA Pengendalian merupakan  suatu upaya pencegahan dan penanggulangan.Pengendalian dilakukan untuk mengurangi terjadinya risiko akibat dampak yang ditimbulkan. Berdasarkan buku pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan 2011, secara garis besar strategi pengendalian ISPA dapat dilakukan dengan delapan cara, yaitu:

Advokasi Advokasi dan sosialisasi. Advokasi dilakukan untuk membangun komitmen antar pengambil kebijakan di semua tingkat. Sementara sosialisasi, di dalamnya meliputi promosi dan penyuluhan kesehatan.

Penguatan jejaring internal dan eksternal. Penguatan jejaring internal dan eksternal. Hal ini dilakukan karena pengendalian ISPA membutuhkan kerja sama lintas program, lintas sektor, swasta, dan organisasi non pemerintah, baik nasional maupun internasional.

13

Penemuan kasus Penemuan kasus dilakukan secara aktif dan pasif sehingga lebih cepat terdeteksi dan ditangani.

Peningkatan mutu pelayanan Peningkatan mutu pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistik yang cukup.

Melibatkan peran masyarakat Melibatkan peran masyarakat dalam penemuan kasus. Dalam beberapa hasil penelitian disebutkan bahwa peran masyarakat sangat efektif dan mempercepat penemuan kasus.

14

Penguatan kesiapsiagaan Penguatan kesiapsiagaan melalui penguatan surveilans. Sistem surveilans yang dimaksud adalah surveilans pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan sinyal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

Pencatatan dan pelaporan .Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara rutin. Sistem pencatatan dan pelaporan tersebut sebaiknya dilakukan dengan sistem komputerisasi berbasis web sehingga lebih mudah untuk dimonitoring.

Monitoring dan evaluasi .Monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala. Monitoring atau pemantauan pengendalian ISPA dan kesiapsiagaan menghadapi pandemik.

15

Pengendalian lingkungan dan teknis

Pengendalian ini mencakup metode untuk mengurangi konsentrasi aerosol pernapasan infeksius (misalnya, droplet nuklei) di udara dan mengurangi keberadaan permukaan dan benda yang terkontaminasi sesuai dengan epidemiologi infeksi. Contoh pengendalian teknis primer untuk aerosol pernapasan infeksius adalah ventilasi lingkungan yang memadai (≥ 12 ACH) dan pemisahan tempat (>1m) antar pasien. Untuk agen infeksius yang menular lewat kontak, pembersihan dan disinfeksi permukaan dan benda yang terkontaminasi merupakan metode pengendalian lingkungan yang penting.

16

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

KACAMATA PELINDUNG

SARUNG TANGAN

MASKER BEDAH

Untuk lebih mengurangi risiko ISPA bagi petugas kesehatan dan orang lain yang berinteraksi dengan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan, APD harus digunakan bersama dengan strategi di atas dalam situasi tertentu yang menimbulkan risiko penularan patogen yang lebih besar. Penggunaan APD harus didefinisikan dengan kebijakan dan prosedur yang secara khusus ditujukan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi (misalnya, kewaspadaan isolasi).

17

Kewaspadaan Standar harus dilakukan secara rutin di semua fasilitas pelayanan kesehatan saat memberikan pelayanan kepada pasien. Unsur utama Kewaspadaan Standar : 1. Kebersihan tangan. 2. Penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien dan kulit yang tidak utuh; kebersihan pernapasan dan etika batuk; pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya. 3. Pengelolaan limbah. 4. Dan Pembersihan dan disinfeksi lingkungan dan peralatan.

18

DAFTAR PUSTAKA Agusta, M. (2013).  Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Yang Berkunjung Ke Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013. (Doctoral dissertation, Universitas Teuku Umar Meulaboh). Ardhany, S. D., Puspitasari, Y., Meydawati, Y., & Novaryatiin, S. (2019). Jurnal Sains dan Kesehatan. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(2), 122–128. Ester, M. D. (2017). Modul Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Husin, A. (2014). Hubungan Berat Badan Lahir Dan Status Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta. Ikhsan, Muhammad. (2017). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Makassar: CV. Social Politic Genius (SIGn). Ilmiah, J., Kesehatan, M., Of, E., Control, D., Implementation, P., Acute, O. F., & Infection, R. (2017). 2 3 123. 2(7). Kementrian Kesehatan. (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Kemenkes.

19

Lilis, Z. (2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita Di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. UIN Syarif Hidayatulah: Jakarta. Marlina, M., Saputra, W., Mulyadi, B., Hayati, B., & Jaroji, J. (2017). Aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit ispa berbasis speech recognition menggunakan metode naive bayes classifier. Nurul, L. A. (2019).  Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi.   (Doctoral Dissertation, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun). Pedoman Interim WHO.  (2007). Pencegahan dan pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2019). Pencegahan dan Penanganan Dampak Kesehatan Akibat Asap Kebakaran Hutan. Jakarta: UI-Press. Putra, A. F., & Sulityorini, L. (2017). Kadar SO2 dan Kejadian ISPA di Kota Surabaya menurut Tingkat Pencemaran yang berasal dari Kendaraan Bermotor. IPTEK Journal of Proceedings Series, 3(5), 2013–2016. Riyanto, R., & Kusumawati, A. (2016). Pengaruh Asap Rokok Terhadap Frekuensi Terjadinya Penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas Kedung Banteng Banyumas. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 14(3), 15–23.

20

Septiana, L. (2016). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit ISPA Dengan Metode Certainty Factor Berbasis Android. Jurnal Techno Nusa Mandiri, 13(2), 89-96. Sukana, B., Lestary, H., Hananto M. (2013). Kajian Kasus ISPA Pada Lingkungan Pertambangan Batu Bara Di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan 12(3): 234-242. Umar, S. S. H., Sutriningsih, A., & Warsono, W. (2017). Hubungan Antara Paparan Abu Vulkanik Letusan Gunung Dukono Dengan Kejadian ISPA Pada Wanita (40-60 Tahun) Di Desa Popilo Kecamatan Tobelo Halmahera Utara. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3). Wardhani, E., Pharmawati, K., Sururi, M. R., & Kurniati, N. (2010). Hubungan Faktor Lingkungan Sosial Ekonomi Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Cicadas Kota Bandung. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi II. Universitas Lampung. Widodo, YP., Dewi, RC., Saputri, LD. Hubungan Perilaku Keluarga Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada 7(2): 103-113. World Health Organization, (2005). WHO guidelines on hand hygiene in health care (advanced draft): A summary, World Alliance for Patient Safety.

21

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)...


Similar Free PDFs