PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM PENGKAJIAN ISLAM PDF

Title PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM PENGKAJIAN ISLAM
Author Lailatul Qomariyah
Pages 20
File Size 134.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 32
Total Views 392

Summary

PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM PENGKAJIAN ISLAM Oleh: Miski (1520510026) Abstrak Tulisan ini bermaksud melakukan eksplorasi singkat tentang psikoanalisis Sigmund Freud dan relevasinya sebagai salah satu pendekatan dalam kajian keagamaan. Psikoanalisis merupakan studi fungsi, perilaku psikologis, mot...


Description

PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM PENGKAJIAN ISLAM Oleh: Miski (1520510026) Abstrak Tulisan ini bermaksud melakukan eksplorasi singkat tentang psikoanalisis Sigmund Freud dan relevasinya sebagai salah satu pendekatan dalam kajian keagamaan. Psikoanalisis merupakan studi fungsi, perilaku psikologis, motivasi dan konflik dinamis di dalam ketidaksadaran (unconsciousness) dalam jiwa manusia. Dalam psikoanalisis, struktur jiwa manusia disebut terdiri dari tiga sistem dasar, yaitu id, ego dan super ego dan memiliki tiga strata kesadaran, yaitu: kesadaran (consciousness), ambang sadar (preconsciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness). Id dan ketidaksadaran merupakan sistem yang paling mendominasi dalam jiwa manusia. Kaitannya psikoanalisis sebagai pendekatan dalam pengkajian Islam, jika ditarik pada kasus tertentu, wanita muslimah yang berjilbab –misanya- maka motivasi wanita muslimah mengenakan jilbab secara umum tidak atas kesadaran dan semata-mata pemenuhan terhadap kebutuhan id dalam jiwa mereka. Dengan kata lain, psikoanalisis menafikan adanya motivasi agama atau nilai-nilai spiritual, padahal motivasi ini diakui eksistensinya oleh pakar yang lain dan di satu sisi diakui keberadaannya oleh mereka yang memang mengenakannya. Kata kunci: Kajian Islam, Psikoanalisis, Sigmund Freud A. Pendahuluan Meurut penuturan Baharuddin, aspek1 psikis manusia terdiri dari tiga dimensi penting, yaitu dimensi yang memiliki sifat-sifat kebinatangan dengan prinsip kerja berusaha mengejar kenikmatan dan mengumbar dorongan-dorongan agresif dan seksual, dan di satu sisi menghindarkan diri dari sesuatu yang dapat mencelakakan. Dimensi lainnya adalah dimensi hati nurani (baca: al-qalb), sebuah dimensi yang bertolak belakang dengan dimensi sebelumnya. Jika dimensi sebelumnya cenderung dengan sifat-sifat kebinantangan, maka dimensi ini 1

Kata aspek memiliki banyak pengertian, yaitu: (1) cara seseorang terlihat, tampil atau tampak; (2) penampilan sesuatu seperti yang terlihat dari sudut pandang tertentu; (3) salah satu cara yang memungkinkan suatu ide, problem dan lain-lain, dapat dipandang atau dipertimbangkan semua aspeknya; (4) sisi yang terlihat secara langsung. Dengan demikian, dalam konteks diri manusia, maka aspek bermakna sisi tampilan yang ditampilkan oleh manusia itu sendiri, baik yang bersifat fisik, psikis maupun spritiual-transendental. Lihat Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam; Studi Tentang Elemen Psikologi dari Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. II, 2007), hlm. 159.

1

2

memberikan sifat kemanusiaan bagi psikis manusia. Ia akan menjadi penentu dalam kapasitas kebaikan dan keburukan seseorang. Dimensi lain yang terdapat dalam psikis manusia adalah dimensi akal dengan fungsi pikiran; ia memiliki peranan yang signifikan karena menjadi pewadah dan penengah sekaligus penghubung antara dua dimensi yang saling berbeda sebelumnya.2 Jika ditelusuri lebih jauh, terutama dalam konsepsi ilmu psikologi,3 pembahasan mengenai aspek psikis manusia selalu identik dengan pembahasan seputar psikoanalisis;4 sebuah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan pengikutnya dan merupakan studi fungsi dan prilaku psikologis manusia.5 Dengan bahasa yang lebih tegas dikatakan bahwa psikoanalisa disebut sebagai aliran psikologi yang paling terkenal dan unik, serta tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi. Tepatnya melalui pemikiran Sigmund Freud.6 Penemuan tentang teori inilah yang menjadikan Sigmund Freud terkenal bahkan menjadikan ia dinobatkan sebagai salah satu pemikir besar abad ke-20 yang turut menentukan cara pandang manusia tentang dunia dan dirinya sendiri. Tidak hanya itu, cara pandang dan cara bicara manusia tentang seksualitas – misalnya – tidak mungkin dapat dipisahkan dari pengaruh pandangan Frued.7 Psikoanalisis Freud menjadi dianggap sebagai salah satu ilmu baru tentang manusia dan memiliki pengaruh yang luar biasa. Namun demikian, tidak berarti bahwa teori psikoanalisis Freud ini tidak mendapatkan respon negatif dari tokoh lainnya. Sebagai contoh, H.J. Eysenck – seorang profesor psikologi di 2

Selengkapnya lihat Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 164-170. Psikologi merupakan dua kata yang berasal dari bahasa Yunani: psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari jiwa, baik menyangkut macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakangnya. Sedangkan secara terminologi, psikologi berarti sebuah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia yang berhubungan dengan lingkungannya. Lihat Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum (Surabaya: Bina Ilmu, t.th), hlm. 1-3. 4 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 173. 5 “Psikoanalisis,” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis. diakses pada 14 Oktober 2015, pukul: 20:54. 6 Hana Panggabean, “Psikoanalisis,” dalam http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/psikoanalisis-mainmenu-57#sthash.ysvWlHQS.dpuf, diakses pada 15 Oktober 2015, pukul: 21:26. 7 K. Bertens (ed. dan terj.), Psikoanalisis Sigmund Freud (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, t.th), hlm. 2-3. 3

3

London –menolak predikat ilmiah untuk teori psikoanalisis. Kritik terhadap teori psikoanalisis juga disampaikan oleh Karl Popper; menurutnya psikoanalisis tidak menyandang status ilmiah, melainkan hanya menyandang status misitis karena ia tidak dapat diuji dan tidak dapat dinyatakan salah berdasarkan salah satu fakta.8 Terlepas dari dua kritik tokoh di atas, yang jelas temuan Sigmund Freud mengenai psikoanalisis tetap dianggap sebagai kontribusi yang luar biasa dan memiliki pengaruh secara luas. Hal ini terbukti dengan lahirnya berbagai karya yang secara khusus membahas psikoanalisis Sigmud Freud, baik sebagai karya yang pro maupun sebagai karya yang kontra. Tulisan ini mencoba melakukan sedikit eksplorasi seputar teori psikoanalisis terutama soal relevansi, yakni jika diterapkan pada kasus tertentu yang berhubungan dengan perilaku keberagamaan serta analisa-kritis perspektif paradigma psikologi Islam dan sebagainya. Terdapat beberapa alasan sederhana mengapa penulis ingin menerapkan teori Psikoanalisis Sigmund Freud ini pada perilaku keberagamaan –yang dalam hal ini menyangkut motivasi melakukan ritual keagamaan oleh pemeluk agama khususnya Islam– salah satunya adalah ini dalam rangka mensinergikan, mengintegrasikan dan menginterkoneksikan seluruh cabang keilmuan menjadi satu hal yang saling terkait satu sama lain. Selain itu, hasil akhir pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud akan dianalisa menggunakan perspektif paradigma psikologi

Islam,

salah

satu

alasannya

adalah

untuk

mengembalikan

indenpendensi keilmuan Islam serta mengkonter teori yang tumbuh dan berkembang dengan tidak berasaskan dan bernafaskan unsur-unsur keagamaan, khususnya Islam. Ini merupakan titik balik dari konsepsi integrasi-interkoneksi di atas. Dengan kata lain, jika studi Islam –dalam hal ini pemeluknya– bisa dikaji menggunakan pendekatan psikoanalisis, maka titik baliknya adalah mengkaji psikoanalisis menggunakan kajian perspektif Islam.

8

K. Bertens (ed. dan terj.), Psikoanalisis Sigmund Freud, hlm. 4-5.

4

B. Pendekatan Psikoanalisis 1. Sigmund Freud dan Psikoanalisis a. Biografi Sigmund Freud Sigmund Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, sebuah kota kecil di daerah Moravia, di bawah kekaisaran Autria-Hongaria, sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko. Ia seorang Austria keturunan Yahudi. Ayahnya dikenal pedagang kain wool dan memiliki rasa humor yang tinggi namun berpikiran maju. Salah satu hal yang menarik, bahwa meski orang tua Freud berkebangsaan Yahudi, namun dalam persoalan agama, mereka terkesan acuh tak acuh, terutama menyangkut hukum makanan. Karena alasan ekonomi, keluarga Freud akhirnya memutuskan untuk pindah ke Wina, tepatnya saat usia Feud mencapai 4 atau 5 tahun.9 Sejak kecil, Freud dikenal sebagai anak yang cerdas, yang dibuktikan dengan selalu memperoleh nilai tertinggi di kelasnya. Setelah menamatkan sekolahnya, Freud melanjutkan jenjang perkuliahan pada jurusan kedokteran. Pada tahun 1881, setelah lulus dari sekolah kedokteran, ia bekerja di Vienna General Hospital. Di Wina ini juga dia membuka praktik nuerologi dan menjadi direktur sekolah taman kanak-kanak. Pada saat itu pula dia menikah dengan Martha Bernays.10 Minat utama Sigmund Freud adalah menangani gangguan nuerotik, khususnya histeria. Selama menangani beberapa pasien, Freud menemukan sebuah kenyataan bahwa mereka terkesan menutupi ingatan tentang kesedihan mereka. Freud menyebut fenomena ini dengan resistensi, sehingga dia merasa perlu menguak alasan resistensi tersebut. Temuan Freud lainnya selama menangani para pasien adalah bahwa traumatik para pasien terjadi 9

Mahfur Ahmad, “Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud,” dalam jurnal Religia, vol. 14, nomor 2, Oktober 2011, hlm. 281; Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 119-120; Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. III, 2011), hlm. 38. 10 Mahfur Ahmad, “Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud,” dalam jurnal Religia, hlm. 281.

5

pada masa kanak-kanak dan berhubungan dengan pengalaman seksual. Inilah kemudian yang melahirkan teori libido. Pada tahun 1900, kepakaran Sigmund Freud dalam bidang psikoanalisa mulai diakui bahkan pada gilirannya mendapatkan pengakuan secara internasional, setelah sebelumnya mendapatkan beragam kritik tajam, dihina dan dicacimaki. Beberapa karyanya yang mengantarkan dia sebagai sosok yang terkenal sebagai seorang psikoanalis adalah: 1)

The Interpretation of Dreams (Die Traumdeutung, 1899 [1900]);

2)

The Psychopathology of Everyday Life (Zur Psychopathologie des Alltagslebens, 1901); Three Essays on the Theory of Sexuality (Drei Abhandlungen zur

3)

Sexualtheorie, 1905); Jokes and their Relation to the Unconscious (Der Witz und seine

4)

Beziehung zum Unbewußten, 1905); 5)

On Narcissism (Zur Einführung des Narzißmus, 1914);

6)

Introduction into Psychoanalyze (Vorlesungen zur Einführung in die Psychoanalyse, 1917);

7)

Beyond the Pleasure Principle (Jenseits des Lustprinzips, 1920);

8)

The Ego and the Id (Das Ich und das Es, 1923);

9)

Civilization and Its Discontents (Das Unbehagen in der Kultur, 1930);

10)

An Outline of Psycho-Analysis (Abriß der Psychoanalyse, 1940);

11)

A Phylogenetic Fantasy: Overview of the Transference Neuroses translated by Axel Hoffer by Peter Hoffer, Harvard University Press;

12)

On Creativity and the Unconscious: The Psychology of Art, Literature, Love, and Religion, Publisher: Harper Perennial Modern Thought, 2009.11 Pada tahun 1930-an, di saat Adolf Hitler berkuasa, buku-buku dibakar

di Berlin. Freud sendiri waktu itu sudah dipindahkan ke Wina oleh temantemannya. Di saat Nazi melakukan invasi ke Austria pada tahun 1938, Freud memutuskan untuk pindah ke London, dalam kondisi sakit, terkena kanker “Sigmund Freud,” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud, diakses pada tanggal 15 Oktober 2015, pukul: 18:20. 11

6

mulut. Penyakit tersebut diderita oleh Freud meskipun sudah dioperasi sampai 30 kali. Satu tahun kemudian, di negara yang baru ditempati inilah Freud meninggal dunia, yakni pada tahun 1939.12 b. Psikoanalisis Sigmund Freud Teori psikoanalisis selalu identik dengan nama Sigmund Freud dan teori inilah yang menjadi nama Freud terkenal dan diakui kepakarannya dalam bidang psikoanalisis secara luas. Namun demikian, tidak berarti bahwa Sigmund Freud-lah orang pertama yang menggunakan teori itu. Hal ini sebagaimana tampak dari pengakuan Freud sendiri: Kalau Anda beranggapan bahwa orang yang pertama kali menemukan psikoanalisis patut dipuji, maka janganlah memberi pujian itu kepada saya. Pada awalnya, saya tidak ambil bagian. Saya masih mahasiswa dan mempersiapkan ujian terakhir... seorang dokter, Josep Breuer untuk pertama kali menggunakan merode ini dalam rangka mengobati seorang wanita muda penderita histeria.13 Dari penuturan Freud di atas, jelas bahwa keterkenalan Freud dengan teori psikoanalisisnya karena ia mampu mengembangkan teori psikoanalisis menjadi lebih dinamis; ia juga konsisten menyampaikan gagasan tersebut meskipun pada mulanya mnuai banyak kecamatan dari berbagai pihak.14 Dari

12

282.

13

Mahfur Ahmad, “Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud,” dalam jurnal Religia, hlm.

Sebagaimana dikutip oleh Mahfur Ahmad, “Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud,” dalam jurnal Religia, hlm. 282. 14 Mahfur Ahmad, “Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud,” dalam jurnal Religia, hlm. 282-283. Lynn Wilcox, menyebutkan – selain nama Sigmund Freud - dua nama penting yang tercatat sebagai para pendiri psikoanalisis, yaitu Carl Gustav Jung (1875- 1961) dan Alfred Adler (1870-1937); mereka adalah orang-orang yang sangat terlatih dalam bidang kedokteran pada masanya. (Lebih lanjut lihat Lynn Wilcox, Psikologi Kepribadian, terj. Kumalahadi P. [Yogyakarta: IRCiSoD, cet. II, 2013], hlm. 27). Namun dua nama tokoh di atas tidak sepopuler Sigmund Freud kaitannya dengan psikoanalisis. Tampaknya karena keduanya memang tidak segigih Freud dalam memperjuangkan psikoanalisis agar bisa diterima oleh masyarakat luas, sehingga tidak heran apabila kemudian teori psikoanalisis selalu identik dengan nama Sigmund Freud. Alasan lainnya adalah karena keduanya tidak lagi menggunakan istilah psikoanalisis untuk menyebut teori yang mereka kembangkan; sebagai contoh, Carl Gustav Jung menciptakan istilah psikologi analitis (analytical pcychology) sedangkan Alfred Adler menggunakan istilah psikologi individual (individual psychology). Lihat K. Bertens (ed. dan terj.), Psikoanalisis Sigmund Freud, hlm. 4.

7

penuturan Freud juga tampak bahwa teori psikoanalisis pada mulanya merupakan teori yang dikembangkan untuk menemukan penyebab penyakit jiwa. Selanjutnya teori ini berkembang menjadi teori kepribadian dan metode terapi.15 Dengan kata lain, teori psikoanalisis pada mulanya merupakan pemikiran Freud tentang psikologi abnormal (psikopatologi) yang kemudian dikembangkan menjadi teori psikoanalisis.16 Ada tiga definisi yang disampaikan oleh Freud terkait psikoanalisis yang dikembangkannya, pertama, istilah psikoanalisis ditujukan untuk suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis, seperti mimpi, yang sebelumnya tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah psikoanalisis ditujukan pada teknik pengobatan gangguan-gangguan psikis yang dialami oleh pasien neurosis. Ketiga, sebagai istilah yang ditujukan pada seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui teknis dan metode tertentu. Dari ketiga definisi ini, definisi yang terakhirlah yang mengacu pada satu ilmu yang –menurut Freud– benar-benar baru,17 yakni suatu teori yang mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan konsep motivasi dan konflik dinamis di dalam ketidaksadaran (unconsciousness) dalam jiwa manusia.18 Untuk mendapatkan gambaran yang lebih spesifik mengenai konsepsi psikoanalisis Sigmund Freud –sebagaimana ditunjukkan oleh definisi yang ketiga di atas,– berikut paparannya. 2. Konsep, Struktur Psikis dan Motivasi (Ber)perilaku Manusia Menurut Teori Psikoanalisis Dalam pandangan psikoanalisis, manusia disebut sebagai makhluk yang dikuasai oleh sistem ketidaksadaran (unconsciousness). Lebih jelasnya Sigmund Freud menegaskan bahwa struktur jiwa manusia terdiri dari tiga 15

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 9. Bandingkan dengan Mahfur Ahmad, “Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud,” dalam jurnal Religia, hlm. 283 dan K. Bertens (ed. dan terj.), Psikoanalisis Sigmund Freud, hlm. 3. 16 Lynn Wilcox, Psikologi Kepribadian, hlm. 25. 17 K. Bertens (ed. dan terj.), Psikoanalisis Sigmund Freud, hlm. 3-4. 18 Salvatore R. Maddi, sebagaimana dikutip oleh Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 331.

8

sistem dasar, yaitu id, ego dan super ego. Id berisikan dorongan-dorongan nafsu primitif, seperti dorongan seksual, dan pengalaman traumatis masa kanak-kanak. Ego merupakan kesadaran terhadap relaitas kehidupan. Sedangkan super ego merupakan kesadaran normatif.19 Dari ketiga sistem ini,

id merupakan sistem bawaan sekaligus yang paling berperan dalam tingkah laku manusia.20 Selain itu –menurut Freud– psikis manusia juga memiliki tiga strata

kesadaran,

yaitu:

kesadaran

(consciousness),

ambang

sadar

(preconsciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness). Dari ketiga psikis ini, psikis ketidaksadaran (unconsciousness) merupakan sistem yang paling besar dan mengendalikan seluruh sistem perilaku manusia. Dalam sistem ini pula, id bersemayam.21 Jadi dalam konsepsi psikoanalisis Sigmund Freud mengenai sistem atau dimensi jiwa manusia mengikuti pola vertikal ke bawah (top down); dimulai dari super ego, ego dan id. Demikian pula struktur psikis atau jiwa manusia; dimulai dari kesadaran (conscious), ambang sadar (preconscious) lalu ketidaksadaran (unconscious). Berikut ini tampilan skemanya: 1. Sadar (conscious) dan super ego 2. Ambang sadar (preconscious) dan ego 3. Tidak sadar (unconscious) dan id Berdasarkan skema di atas, dalam pandangan psikoanalisis, jiwa manusia diibaratkan sebagai gunung es di tengah samudera luas. Puncak 19

Salvatore R. Maddi, sebagaimana dikutip oleh Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 331. Bandingkan dengan Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian, hlm. 132-154; Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2009), hlm. 13-17. 20 Selengkapnya lihat Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 289; lihat juga Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian, hlm. 132-154; Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, hlm. 41-45; Alwisol, Psikologi Kepribadian, hlm. 13-17. 21 Lihat Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 288; lihat juga Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian, hlm. 132-154; Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, hlm. 41-45; Alwisol, Psikologi Kepribadian, hlm. 13-17.

9

gunung yang tampak di permukaan pada dasarnya hanya bagian kecil dalam jiwa manusia, dalam hal ini merupakan kadaran (consciousness). Sedangkan bagian terbesar dan terluas dari gunung es ini justru tenggelam. Inilah ketidaksadaran (unconsciousness) itu. Di antara keduanya ada wilayah yang terkadang tampak dan terkadang tidak tampak; seiring naik-turunnya gelombang lautan samudera terkait. Inilah yang disebut dengan ambang kesadaran (preconsciousness). Dari skema ini pula tampak bahwa id berada di wilayah ketidaksadaran (unconsciousness). Itu artinya meskipun id tidak tampak tetapi ia merupakan dimensi yang paling dominan dalam psikis manusia dibandingkan dengan dimensi ego yang berada dalam wilayah ambang kesadaran (preconsciousness) maupun dimensi super ego yang merupakan dimensi tertinggi dalam diri manusia dan berada dalam kesadaran (consciousness).22 Sedangkan mengenai motivasi (ber)perilaku manusia dalam perspektif psikoanalisis adalah untuk memuaskan dorongan-dorongan yang bersumber dari id yang berada dalam ketidaksadaran (unconsciousness). Id berisikan nafsu-nafsu primitf, libido seksual atau naluri seks, makan, minum dan seterusnsya. Dalam konteks ini peran ego adalah menyalurkan kebutuhan id sesuai dengan kenyataan yang ada; sedangkan peran super ego adalah untuk menyeleksi pemuasannya sesuai dengan norma-norma yang ada pada lingkungan terkait. Jadi, motivasi utama manusia dalam berperilaku adalah untuk memuaskan dorongan atau tuntutan yang bersumber dari dimensi id.23

22

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 296-299. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam..., hlm. 309-311; bandingkan dengan Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, hlm. ...


Similar Free PDFs