PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya PDF

Title PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya
Author puskesmas blega
Pages 22
File Size 2.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 7
Total Views 29

Summary

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014) PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya) Neni Jayanti [email protected] Titik Mildawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The...


Description

Accelerat ing t he world's research.

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera... puskesmas blega

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

JIJudul Persamaan Perbedaan Analisis Penent uan Tarif Kelas VIP Dan VVIP Ruang Pafiliun Ja… Affryzal Arganant a

SKRIPSI GABRYELA t risiaandi sabala Biaya kamar operasi rian kusindrat no

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya) Neni Jayanti [email protected] Titik Mildawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out how the determination of inpatient tariff has been done by using activity based costing at Wiyung Sejahtera Hospital Surabaya and to find out the great comparison of the inpatient tariff by using accounting based costing and traditional cost accounting. Qualitative method is used as the research method. The data which have been obtained from the hospital only include the 2012 data and the determination of inpatient tariff which is going to be studied is the general treatment type for room tariff only. The result of the research shows that inpatient service tariff which has been done by using activity based costing system has been performed through two stages. On the first stage, the cost is traced to the activities which generate costs and on the second stage the hospital charges activity costs to product. The calculation of inpatient service tariff which has been done by using ABC (Accounting Based Costing) has found the amount of room tariff for VVIP class is Rp 550,000; VIP class is Rp 500,000; 1st class is Rp 400,000; 2nd class is Rp 350,000; and 3rd class is Rp 325,000. Keywords:

Tariff, Inpatient, Activity Based Costing System ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan activity based costing pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dan mengetahui besarnya perbandingan tarif rawat inap dengan menggunakan akuntansi biaya tradisional dan activity based costing system. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data tahun 2012 dan penentuan tarif rawat inap yang akan diteliti adalah jenis perawatan umum untuk tarif kamarnya saja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya tarif untuk Kelas VVIP Rp 550.000,-, Kelas VIP Rp 500.000, kelas I Rp 400.000, Kelas II Rp 350.000 dan Kelas III Rp 325.000. Kata Kunci : tarif, rawat inap, activity based costing

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

2

PENDAHULUAN Pada organisasi yang berorientasi profit atau yang bertujuan mencari laba, penjualan adalah sumber utama yang menghasilkan laba. Organisasi seperti itu akan berusaha menekan jumlah biaya yang dikeluarkan. Begitu pula dengan organisasi yang berorientasi nonprofit juga tetap berusaha akan meningkatkan penjualan dengan tujuan menjaga kelangsungan operasional organisasi dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi yang berorientasi nonprofit. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan, salah satunya adalah jasa rawat inap, di mana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Berdasarkan kondisi diatas, maka rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli di bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan bidang transportasi yang dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi dan tenaga-tenaga ahli membuat biaya operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi besar yang akan berdampak pada tarif rawat inap yang tinggi. Untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat, khususnya metode penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya. Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga pokoknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori yang bersifat tidak langsung dan cenderung tetap. Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok telah diadaptasi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba. Dalam pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari pentingnya perhitungan harga pokok termasuk dalam sektor pelayanan kesehatan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan pada awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi biaya. Sistem akuntansi ini disebut Activity based costing (ABC). Dalam metode ABC, timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas 3 yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah Sakit Wiyung Sejahtera (RSWS) Surabaya adalah obyek yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Kranggan PDAM 1-3, Wiyung Surabaya. RSWS Surabaya menawarkan berbagai macam pelayanan, yaitu: Pelayanan ICU, Pelayanan Rawat Inap, IGD, Poliklinik Spesialis, Medical Check Up, Bedah Sentral, Kamar Bersalin, dan Ruang Isolasi. Untuk pelayanan rawat inap, RSWS Surabaya mempunyai tipe-tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang ada, yaitu: Kelas III, Kelas II, Kelas I, VIP, dan VVIP. Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar unit cost. Perhitungan unit cost dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

3

variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan tarif dengan menggunakan cara tersebut akan menghasilkan informasi yang kurang akurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini diberi judul “Penerapan Activity based costing pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya”. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sbb: (1) Bagaimana penentuan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan activity based costing ? (2) Berapa besarnya perbedaan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan activity based costing? TINJAUAN TEORETIS Mulyadi (2007: 10) menjelaskan bahwa definisi biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dihitung dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah cost atau biaya dapat dinyatakan sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau masa yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006: 40) mengatakan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Biaya juga dapat dikatakan sebagai pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa, dimana biaya tersebut dinyatakan dalam bentuk uang (Rangkuti, 2009: 56). Krismiaji (2011:17) menyatakan bahwa cost atau biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang ataupun yang akan datang. Biaya dapat digolongkan ke dalam beberapa macam kategori. Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas seluruh elemen yang ada kedalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi penting. Berikut ini akan diuraikan jenis biaya berdasarkan penggolongannya. Menurut Mulyadi (2010: 13) biaya dapat digolongkan menurut: Pertama Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran, Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari: (a) Biaya bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang digunakan dalam suatu proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam pengelompokkan bahan baku ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. (1) Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi, atau dengan kata lain merupakan komponen biaya yang jumlahnya relatif besar dalam menghasilkan output dan biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut. Biaya bahan baku langsung ini biasanya dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya yang bergerak secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Berdasarkan teori, biaya bahan baku langsung terdiri dari harga pokok pembelian bahan baku langsung ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menyiapkannya untuk memasuki proses produksi, misalnya biaya pengangkutan, biaya bongkar muat, biaya gudang dan biaya asuransi. Syarat jual beli dan potongan pembelian juga harus diperhatikan. (2) Bahan baku tidak langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku yang jumlahnya relatif kecil untuk menghasilkan produk. Penggunaan bahan ini relatif kecil tetapi merupakan bagian dari barang jadi. (b) Biaya tenaga kerja langsung, Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

4

penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari: (1) Gaji dan upah, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. (2) Insentif, yaitu yang yang dibayarkan kepada karyawan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih baik. Insentif dapat didasarkan pada waktu kerja, hasil yang diproduksi, atau kombinasi diantara keduanya. (3) Premi lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan. (c) Biaya overhead adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada departemen produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun yang termasuk biaya tidak langsung ialah : (1) Biaya bahan penolong bahan yang bersifat sebagai bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding biaya produksi. (2) Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya untuk tenaga kerja yang menangani produksi secara tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai. Biaya ini tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu. (3) Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk digunakan dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas, dan perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai. (4) Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap Biaya ini sering disebut juga dengan penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan. (5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada akhir periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi mesin dan biaya lain-lain. (1) Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya telepon. Secara umum biaya overhead dibedakan atas: (2) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume produksinya bervariasi. (3) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi.(4) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan: (a) Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (b) Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, dan biaya sampel. (c) Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, dan gaji personalia. Kedua Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya: (a)Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. (b) Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Ketiga Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas: (a) Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (b) Biaya semivariabel.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

5

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (c) Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d) Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Keempat Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya: (a) Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). (b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Costing) Perusahaan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). "Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi" (Hansen dan Mowen, 2006:142). Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Unit activity drivers ini membebankan biaya overhead melalui tarif keseluruhan perusahaan dan tarif departemen. Tarif keseluruhan perusahaan adalah tarif biaya overhead yang berlaku diseluruh perusahaan menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk membebankan biaya dari sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk tarif keseluruhan perusahaan adalah dengan mengakumulasikan biaya overhead pada satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan yang besar. Setelah biaya-biaya diakumulasikan ke dalam satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan kemudian tarif keseluruhan perusahaan dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya adalah jam kerja langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead sesuai dengan jam kerja langsung yang digunakan. Tarif departemen adalah metode tarif biaya overhead perdepartemen menggunakan penggerak berdasarkan volume yang terpisah-pisah untuk menentukan tarif biaya overhead pada setiap departemen. Untuk tarif departemen, biaya overhead ditransfer ke setiap departemen dengan menggunakan beberapa metode, yaitu: (a) Direct tracing, biaya dibebankan secara langsung ke aktivitas. (b) Driver tracing, biaya dibebankan ke aktivitas melalui resource driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya denganaktivitas. (c) Allocation, biaya dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang. Setelah biaya ditransfer ke tiap departemen dengan menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit seperti jam kerja langsung atau jam mesin. Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah membebankan biaya overhead pada hasil produksi dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah driver yang digunakan per departemen. Pengertian Activity Based Costing Garrison dan Norren (2000: 148) mendefenisikan “activity based costing adalah system perhitungan harga pokok produksi yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk pembuatan keputusan strategi dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Menurut Blocher (2005: 222) menyatakan bahwa activity based costing adalah Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek seperti

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

6

produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Menurut Hansen Mowen (2006:153) sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity based cost – ABC) Pertama tama menelusur biaya aktivitas dan kemudian produk asumsi yang mendasari adalah bahwa aktivitas aktivitas memakai sumber sumber daya dan produk sebagai gantinya memakai aktivitas akan tetapi dalam sistem biaya ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan hubungan sebab akibat). Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan dalam penerapan activity based costing (a) Prosedur tahap pertama. Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: (1) Penggolongan berbagai aktivitas. (2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas. (3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen, dan (4) Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses ...


Similar Free PDFs