PENGANTAR PERJANJIAN BARU PDF

Title PENGANTAR PERJANJIAN BARU
Author Martin Suhartono
Pages 46
File Size 267.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 670
Total Views 937

Summary

PENGANTAR PERJANJIAN BARU (Catatan Kuliah) (Edited for Academia.Edu) Martin Suhartono, S.J. 1998 --------------------------------------------------------------------- Fakultas Teologi - Universitas Sanata Dharma - Yogyakarta Martin/PengPB/hal 2 DAFTAR ISI PENGANTAR h. 3 BAB 1: PEMBENTUKAN KITAB SUCI...


Description

PENGANTAR PERJANJIAN BARU (Catatan Kuliah) (Edited for Academia.Edu)

Martin Suhartono, S.J.

1998

--------------------------------------------------------------------Fakultas Teologi - Universitas Sanata Dharma - Yogyakarta

Martin/PengPB/hal 2 DAFTAR ISI

PENGANTAR

h. 3

BAB 1: PEMBENTUKAN KITAB SUCI

h. 4

A. Proses penulisan dalam terbentuknya KS B. Proses seleksi dalam terbentuknya KS C. Problematika terbentuknya KS BAB 2: PROSES KANONISASI KS PB A. Arti "kanonisasi" B. Kanon Kitab Suci Kristen C. Urutan dalam Kanon PB D. Proses menjadi kanon 27 tulisan PB BAB 3: FAHAM TENTANG INSPIRASI A. Teks yang diilhamkan oleh Allah B. Perkembangan refleksi iman dalam penulisan KS C. Kerangka teologis dalam susunan Injil D. Peranan ingatan dalam menuliskan pengalaman E. Yang illahi dan yang manusiawi dalam teks KS BAB 4: LATAR BELAKANG SOSIO-HISTORIS KITAB PB A. Antara Yahudi Palestina dan Yahudi Hellenis? B. Perbudakan dalam dunia Romawi-Yunani abad pertama BAB 5: PAULUS A. Pertobatan Paulus? B. Peristiwa Damsyik sebagai kunci tafsir Paulus C. Paulus dan Hukum Taurat BAB 6: INJIL A. Masalah Sinoptik B. Usaha-usaha pemecahan masalah Sinoptik C. Pendekatan naratif terhadap Injil PENUTUP

h. 4 h. 5 h. 5 h. 10 h. 10 h. 10 h. 12 h. 13 h. 19 h. 19 h. 23 h. 24 h. 25 h. 26 h. 27 h. 27 h. 28 h. 31 h. 31 h. 33 h. 36 h. 38 h. 38 h. 39 h. 42 h. 46

Martin/PengPB/hal 3 PENGANTAR

Yang ditulis di sini dimaksudkan sekedar sebagai kenangan akan uraian yang telah didapat di ruang kuliah. Selama kuliah, waktu banyak diberikan kepada diskusi kelompok dan pendalaman bersama. Pokok-pokok gagasan yang diuraikan di sini tergantung penuh pada dinamika proses belajar-mengajar yang berjalan. Dalam arti itu, pengetahuan yang diberikan sedikit banyak tergantung pada problem-problem konkret yang dihadapi oleh para mahasiswa/i. Dengan demikian kumpulan catatan kuliah ini tak dimaksudkan sebagai pengantar lengkap menyeluruh terhadap Kitab Suci Perjanjian Baru. Untuk melengkapi kuliah ini, para mahasiswa/i diwajibkan membaca buku-buku Rm. I. Suharyo, Pr., Mengenal Tulisan Perjanjian Baru. Sebagai buku pegangan mengenai latar belakang Teks PB dipakai buku karangan John Stambaugh & David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula. Terima kasih saya ucapkan kepada para mahasiswa/i yang turut aktif dalam proses belajar-mengajar ini maupun kepada mereka yang dengan penuh kesabaran telah mendengarkan uraian saya.

Yogyakarta, Desember 1998 Martin Suhartono, S.J.

Martin/PengPB/hal 4 BAB SATU PEMBENTUKAN KITAB SUCI

Bagaimanakah prosesnya sampai sebuah KS itu terbentuk, dibukukan dan diterima suatu umat beragama? Berapa lamakah proses itu berjalan? Apa sajakah yang mempengaruhi sampai proses itu mengkristal dalam bentuk "teks konkret" yang kita miliki sekarang ini? Inilah pertanyaan-pertanyaan dasariah yang ingin diulas dalam bab ini.

A. Proses penulisan dalam terbentuknya KS

Bila ditanya, "Bagaimanakah terbentuknya KS Kristen?", orang umumnya spontan menjawab, "Wah, lama sekali prosesnya!" Orang segera terpikir akan tiga periode sehubungan dengan terbentuknya KS Perjanjian Baru, yaitu: 1) Masa hidup Yesus: Yesus berkarya dan bersabda (th. 0 - 30an M). 2) Masa hidup awal jemaat Kristen: setelah Yesus wafat dan bangkit (30an-70an): umat Kristen hidup bersama (koinonia) dan berkumpul, merayakan (leiturgia), mewartakan (kerygma), mengajar (katekhein) misteri iman yang mereka terima dari Yesus. Pada umumnya segala bentuk pengajaran itu disampaikan secara lisan. Tapi sudah beredar pula surat-surat Paulus dan kemungkinan besar juga kumpulan sabda Yesus (Q: Quelle, bhs. Jerman, artinya “sumber”, disebut juga “logia”, kata-kata) yang dianggap merupakan sumber bagi Mt dan Lk. 3) Masa penulisan/redaksi Injil-injil (70an-100an): Yaitu berturut-turut Injil Mk (asal: Roma? waktu: thn. 70?), Mt (Syria-Palestina? 80-90?), Lk (Antiokhia? 80-90?), Yoh (Asia Kecil? 95-100?). Jadi ada kurun waktu sekitar tujuhpuluh tahun sejak Yesus wafat sampai akhir periode penulisan Injil terakhir (Yoh, thn. 100an). Ada pula proses ratusan tahun yang membentuk KS Perjanjian Lama. Ada tradisi yang umum diterima umat Islam bahwa KS mereka diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam kurun waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari; mengenai proses terjadinya Al-Quran sampai menjadi satu kitab silahkan baca dalam Encyclopaedia of Islam, pokok bahasan “Al-Kur’an”. Proses terbentuknya suatu teks tertulis KS memakan waktu cukup lama, yaitu sampai segala macam bentuk tradisi lisan dibakukan dalam tulisan dan dikumpulkan dalam suatu kitab.

Martin/PengPB/hal 5 B. Proses seleksi dalam terbentuknya KS

Bila terbentuknya KS tertulis itu membutuhkan proses waktu cukup lama, orang mungkin terpikir untuk bertanya mengenai otentisitas KS yang terbentuk itu. Apakah yang dimaksudkan dengan "otentik" di sini? Masalah otentisitas itu muncul bila orang, di satu pihak, menghadapi adanya macammacam manuskrip dan kumpulan kitab (Kodeks) yang memuat tulisan-tulisan KS Yahudi/Kristen, dan di lain pihak kita sekarang hanya memiliki satu teks tunggal yang diterima umum baik di kalangan umat Katolik maupun umat Kristen Protestan.

C. Problematika terbentuknya KS

Bisa diduga, muncullah banyak masalah yang berkaitan dengan terbentuknya suatu teks KS. Misalnya, macam-macam "variant" untuk ayat yang sama, atau macam-macam "versi" untuk kisah/peristiwa yang sama dalam KS.

1. Berbagai variant untuk ayat-ayat yang sama dalam KS Sehubungan dengan adanya macam-macam manuskrip (naskah tulisan tangan) dan kodeks KS Kristen, maka ada ayat-ayat yang di satu manuskrip dirumuskan berbeda dari ayat-ayat yang sama di manuskrip lain. Rumusan-rumusan yang berbeda itu disebut variant. Dalam teks KS edisi ilmiah (PL dalam bhs. Ibrani dan PB dalam bhs. Yunani) disertakan macam-macam variant itu; kadang adanya macam-macam variant disebutkan juga dalam catatan kaki terjemahan KS. Perlu diketahui bahwa tak ditemukan lagi "teks asli" yang ditulis langsung oleh pengarang-pengarang KS. Manuskrip-manuskrip dan kodeks yang ditemukan adalah salinan dari salinan. Di zaman itu belum ada percetakan (baru mulai abad ke-15 M), sehingga kalau suatu tulisan mau disebarkan di banyak tempat tentu saja perlu disalin berulangkali. Yang asli sudah hilang entah kemana. Tentu saja hal ini bisa dipahami, karena bahan dasar teks KS itu pun (daun papirus) pun cepat rusak, tak tahan iklim panas. Jadi pada mulanya, teks-teks itu belum terkumpul menjadi satu kumpulan kitab. Ditemukan banyak sekali manuskrip, mis. Papirus Bodmer II (tahun 200 M) yang berisi 14 bab Yoh. Ada juga yang ditulis pada kulit binatang. Ada yang berupa gulungan, ada yang berupa kodeks (lembaran-lembaran dijahit bersama, mirip buku pada zaman modern).

Martin/PengPB/hal 6 Manuskrip lengkap PB paling tua yang kita miliki berasal dari abad ke-4. Ditemukan beberapa kodeks lengkap PB. Ada kodeks yang ditemukan di Sinai (disebut Codex Sinaiticus), ada Codex Vaticanus (disimpan di Museum Vatican), Codex Alexandrinus (diduga berasal dari Aleksandria, Mesir). Tapi jangan dikira ada banyak perbedaan fundamental antar kodeks-kodeks itu, secara umum sama saja. Hanya kadang ada ayat-ayat tertentu yang punya rumusan berbeda (variant), entah disebabkan karena si penyalin melamun, atau matanya lamur, tangannya pegal, atau karena salah dengar (saat didiktekan oleh rekan kerjanya), salah baca, atau bisa juga karena alasan teologis tertentu. Berhadapan dengan macam-macam variant, ilmu kritik teks mencoba memperkirakan manakah variant yang paling mungkin diduga mendekati rumusan asli. Jangan dikira keadaan semacam itu hanya berlaku untuk KS saja. Untuk sebagian besar karangan kuno sudah tak ditemukan aslinya lagi. Salinan manuskrip Plato, misalnya, paling tua berasal dari 13 abad setelah Plato. Keadaan PB jauh lebih menguntungkan karena ditemukan ribuan manuskrip, dan beberapa teks di antaranya amat kuno. Contoh variant terkenal adalah Yoh 1:13. Terjemahan bhs. Indonesia mengambil variant jamak (“orang-orang yang diperanakkan”), padahal sebenarnya ada variant tunggal (“orang yang diperanakkan”). Dalam bhs. Yunani perbedaan itu hanya terletak dalam beberapa huruf, yaitu versi tunggal egennêthê (diperanakkan) dan yang jamak egennêthêsan. Dari kedua variant ini, manakah yang lebih "asli", dalam arti terdapat dalam teks asli Yoh? Berhadapan dengan dua variant Yoh 1:13 itu, ada pakar kritik tekstual KS yang bilang bahwa yang jamak lebih asli, alasannya: seandainya yang tunggallah yang asli (artinya: mengacu pada keputraan illahi Yesus), penyalin mana yang berani mengubah rumusan itu? Jadi diduga demikian: ada rumusan tentang keputraan ilahi semua orang yang percaya dalam nama Yesus. Kemudian keputraan ilahi itu dipersempit hanya untuk Yesus saja, jadi diartikan: 'orang-orang yang percaya dalam nama dia, yaitu nama orang yang bukan dilahirkan dari ...., melainkan dari Allah" Tapi ada juga pakar lain yang berpendapat bahwa rumusan yang tunggallah yang lebih asli, alasannya: seandainya yang jamaklah yang asli (bahwa semua orang itu putra-putri Allah), mengapa penyalin teks Yoh perlu menegaskan keunikan keputraan ilahi Yesus? Bukankah lebih masuk akal menjabarkan keputraan/keputrian illahi orang banyak dari keputraan illahi Yesus daripada sebaliknya? Manakah dari kedua pendapat itu yang benar? Sulit ditentukan! Maklumlah, "pakar" itu kan artinya "apa-apa dibuat sukar"! Namun dapat diduga bahwa adanya dua variant tentang keputraan ilahi itu merupakan sisa-sisa adanya perdebatan tentang keilahian Yesus.

Martin/PengPB/hal 7 Tapi bukan hanya itu. Adanya kedua variant itu bisa diterima sebagai kesaksian akan iman mengenai dua aspek dari misteri yang satu: Yesus sebagai putra sulung Bapa, dan orangorang yang percaya kepada-Nya menjadi adik-adiknya (cf. rumusan Paulus dalam Rom 8:29), dan sekaligus juga keputraan ilahi Yesus itu tetap diyakini oleh Yoh sebagai unik, satu-satunya, berbeda dengan keputraan ilahi orang-orang yang percaya kepada-Nya (bdk. Yoh 1:14: "kemuliaan putra tunggal Bapa", 1:18 "yang unik, satu-satunya"). Nah, fakta bahwa meski dalam komunitas purba yang saling berkomunikasi (bdk. surat-surat Paulus) beredar manuskrip-manuskrip dengan variant berbeda, dan macammacam variant itu diterima begitu saja, mungkin merupakan tanda bahwa semua memiliki fungsinya masing-masing. Dalam Yoh 1:13 kata kerja “diperanakkan” dalam bentuk tunggal tetap dipertahankan karena dianggap mengacu pada kekhasan keputraan Illahi Yesus, yang bentuk jamak pun tak dihapuskan karena orang juga tetap ingin menekankan bahwa orang yang percaya kepada Yesus adalah juga putra-putri Allah. Kalau hanya satu variant yang berlaku, dan yang lain dimusnahkan, maka misteri iman kristiani menjadi tak utuh lagi. Tentu saja dalam kotbah di Gereja, tak perlulah pengkotbah mengupas masalah ada berapa variant dll., cukuplah bila dia menerima rumusan yang umum dipakai dalam terjemahan KS. Pada umumnya, terjemahan-terjemahan itu mengambil alih variant yang dianggap oleh mayoritas ahli kritik tekstual sebagai paling asli. Hirarkhi Gereja sendiri (kendati kerap campur tangan dalam banyak hal!) tak pernah campur tangan memutuskan manakah variant yang harus dianggap asli.

2. Berbagai versi tentang satu kisah/peristiwa yang sama dalam KS: Selain ditemukan adanya macam-macam variant untuk satu ayat yang sama dalam berbagai manuskrip, ditemukan pula adanya beberapa versi tentang kisah peristiwa yang sama. Contohnya, "pertobatan Paulus" diceritakan dalam tiga versi (Kis 9, 22, 26) yang kadang bahkan punya detail yang saling berbeda. Dalam Kis 9:7 dikatakan bahwa temanteman seperjalanan Paulus mendengar suara tapi tak melihat siapa pun, sedang dalam Kis 22:9 dikatakan mereka melihat cahaya tapi tak mendengar suara. Manakah versi yang benar? Harus dijawab, kedua-duanya benar. Jangan orang mengira sang pengarang Kis linglung atau salah tulis, atau malahan lupa dan tiga kali mengutip cerita dari tempat lain. Tentu ada maksud tertentu mengapa dia berkisah dengan detail yang berbeda. Intinya, pewahyuan Allah itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata maupun gambaran apa pun. Hanya Pauluslah yang sekaligus melihat dan mendengar (bdk. Kis 22:15). Penglihatan akan cahaya menekankan pengalaman terang

Martin/PengPB/hal 8 (pertobatan), sedangkan pendengaran akan sabda menekankan panggilan dan perutusan. Jadi masing-masing detail kisah itu punya pesan yang saling melengkapi. Jangan pula dianggap bahwa tadinya ada tiga versi kisah Pertobatan Paulus yang dimuat begitu saja dalam Kis atau ketiganya dikarang oleh orang yang berbeda, atau malahan Paulus berbohong dalam Kis 22 dan 26. Fakta bahwa ketiganya dimuat dalam Kis menunjukkan bahwa entah pengarang Kis entah editor terakhir Kis (kalau diandaikan ada proses editing/peredaksian) menerima ketiga-tiganya. Dari sudut kritik narasi, bisa diperhatikan bahwa narator Kis 9 adalah narator Kis, sedangkan narator Kis 22 dan 26 adalah tokoh cerita, yaitu Paulus. Audience ketiganya pun berbeda. Kis 9 ditujukan kepada pembaca Kis; Kis 22 ditujukan oleh tokoh cerita Paulus (tak identik dengan Paulus Historis) kepada orang-orang Yahudi (diandaikan juga untuk pembaca Kis); Kis 26 ditujukan oleh tokoh cerita Paulus kepada Agrippa (juga untuk pembaca Kis). Nah, jelaslah bahwa pada level pengisahan (tak identik dengan level historis lho ya!) tokoh kisah itu, Paulus, bisa menceritakan pengalamannya secara berbeda tergantung pada maksud penceritaan, yang disesuaikan dengan tokoh-tokoh pendengarnya. Contoh lain, misalnya kisah tentang penciptaan manusia menurut versi Kej 1 dan Kej 2. Masalahnya, apakah pria dan wanita itu diciptakan bersama-sama (versi Kej 1:27) ataukah berurutan pria dulu dan kemudian baru wanita (Kej 2:22)? Paulus dalam I Kor 11:7 menganut versi penciptaan dalam Kej 2, yaitu "wanita diciptakan dari laki-laki dan bukan sebaliknya". Kaum Feminis modern, sebaliknya, berpegang pada Kej 1:27 dan menolak Kej 2 dan menganggap itu sebagai tambahan di kemudian hari. Padahal menurut para ahli KS, kisah Kej 2 itu justru berasal dari tradisi yang lebih kuno (Yahwist) daripada kisah Kej 1 (Elohist atau/dan malahan Priest). Bila diamati lebih mendalam secara naratif, Kej 2 justru mau menekankan ajaran bahwa pria dan wanita adalah “partner yang sejajar” (istilah kisah itu: penolong yang sepadan). Karena itulah diambil tulang rusuk, bukan dari tulang jari kaki atau tulang tengkorak kepala. Mungkin karena itulah Paulus pun tidak meninggikan laki-laki di atas wanita. Dalam Gal 3:28 ia mengatakan bahwa tak ada perbedaan antara laki-laki atau perempuan, karena semua satu di dalam Yesus. Kej 2 menguraikan rumusan abstrak Kej 1:27 dalam suatu kisah konkret Kej 2. Dan Kej 2 berfungsi sebagai kerangka untuk Kej 3, yaitu kisah tentang awal mula penderitaan di dunia yang diakibatkan oleh dosa manusia sendiri. Contoh lain lagi misalnya dua versi perbanyakan roti dalam Mk 6:30-44 (lima ribu orang) dan Mk 8:1-10 (empat ribu orang). Jangan menganggap editor Mk lupa dan dua kali

Martin/PengPB/hal 9 mengutip kisah yang sama. Bila audience dan tempat mukjizat itu diamati maka akan jelas bahwa memang ada dua golongan orang yang berbeda. Dalam versi pertama, mukjizat ditujukan bagi orang-orang Yahudi. Sedangkan versi kedua, ditujukan bagi orang-orang non Yahudi ("di tengah-tengah Dekapolis", Mk 7:31). Maksud kedua kisah itu jelas: karya penyelamatan Allah dalam Yesus ditujukan baik bagi orang Yahudi maupun orang nonYahudi. Jadi perbedaan-perbedaan yang ada dalam detail KS, entah dalam rumusan variant atau pun versi kisah-kisah, tak perlu membuat orang bingung dalam menentukan mana yang asli. Bahwa macam-macam variant/versi itu ternyata dibiarkan saja oleh komunitas Kristen purba tentunya menunjukkan adanya keterbukaan dalam menerima macam-macam aspek suatu misteri iman. Perlu diingat bahwa KS Yahudi & Kristen tidak dituliskan oleh tangan satu orang saja; masing-masing Kitab ditulis oleh orang-orang/komunitas yang berbeda dan dalam kurun waktu yang berbeda-beda pula. Dan pada mulanya Kitab-kitab itu belum dikumpulkan menjadi satu Kitab seperti yang kita miliki sekarang ini. Mengenai terbentuknya menjadi satu kitab ini akan dibahas dalam bab berikut.

Buku-buku untuk pendalaman studi: Raymond E. Brown, 101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci (Yogya: Kanisius, 1994). Tom Jacobs, Permasalahan Sekitar Kitab Suci. Umat bertanya Tom Jacobs Menjawab (Yogya: Kanisius, 1993; dua jilid). Stefan Leks dan C. Groenen, Percakapan tentang Alkitab. Sesudah Konsili Vatikan II (wawancara) (Yogya: Kanisius, 1986).

Martin/PengPB/hal 10 BAB DUA PROSES KANONISASI KS PERJANJIAN BARU

Telah dibahas bagaimana proses terbentuknya KS itu memerlukan waktu yang relatif cukup lama dan melibatkan pula suatu proses seleksi sampai suatu teks diterima sebagai KS. Proses terbentuknya KS ini dalam agama Yahudi dan Kristen melibatkan pula perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyalinan teks-teks itu sehingga dikenal adanya variant dan versi berbeda untuk suatu ayat atau peristiwa yang sama. KS Yahudi dan Kristen merupakan suatu kumpulan Kitab-kitab yang berasal dari pengarang, komunitas, tempat, dan kurun waktu yang berbeda-beda. Uraian berikut ini berbicara mengenai proses terbentuknya kumpulan Kitab-kitab itu menjadi satu Kitab, khususnya yang berhubungan dengan KS Perjanjian Baru.

A. Arti "kanonisasi"

Istilah "kanonisasi" berasal dari kata Latin canon. Kata ini merupakan tranlisterasi istilah Yunani, kanôn, yang diambil dari kata bhs. Semit yang berarti "buluh" (Assyria, qanû; Ibrani, qaneh; Ugarit, qn). Kata ini aslinya menunjuk pada tongkat/alat pengukur yang dipakai oleh tukang batu atau tukang kayu. Secara kiasan "kanon" berarti "aturan", "norma", "standar", "patokan". Tapi kadang "kanon" juga berarti "daftar". Paulus memakainya dalam arti “batas” wilayah kerja bagi penginjil (2 Kor 10:13, 15, 16), dan juga “patokan” (Gal 6:16) hidup kristiani. Jadi kanon KS berarti suatu “daftar” kitab-kitab yang dianggap suci dan dijadikan “patokan”, dalam arti patokan bagi tulisan-tulisan lain (yang tak termasuk daftar ini tidak dianggap sebagai Kitab Suci) dan juga bagi iman dan tindakan. Selain "kanonisasi KS", umum dikenal juga istilah "kanonisasi orang kudus". Secara proses memang keduanya berbeda, tapi dalam kanonisasi orang kudus juga diartikan bahwa orang ybs. telah dimasukkan dalam suatu "daftar" dan menjadi “patokan”, atau "ukuran" atau "model" perilaku bagi orang kristen lain.

B. Kanon Kitab Suci Kristen

Kanon KS adalah daftar resmi kitab-kitab yang diakui sebagai hasil inspirasi ilahi dan bersama-sama disebut sebagai Kitab Suci. Daftar resmi dalam arti ini baru ditetapkan pada Konsili Trente (abad ke-16). Sebelum itu pun sudah beredar kitab-kitab yang diyakini oleh umat sebagai diilhamkan oleh Allah, namun ada juga yang kurang diyakini. Kitab-kitab yang

Martin/PengPB/hal 11 selalu diterima oleh semua pihak dalam Gereja sebagai diilhamkan oleh Allah disebut "protokanonika" (termasuk kanon "pertama" atau tak pernah diperdebatkan). Kitab-kitab yang tadinya diragukan atau diperdebatkan kanonisitasnya tapi kemudian diterima adalah kitab-kitab yang disebut "deuterokanonika" (bukan dalam arti kanon "yang kedua", tapi "yang kemudian" diterima). Yang "proto" dianggap lebih berbobot ilahi daripada yang "deutero". Bagi umat Katolik, kedua golongan kitab itu diterima sebagai memiliki nilai yang sejajar. Kanon KS PB adalah sama bagi semua orang Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Dalam hal KS PL, umat Protestan mengikuti daftar KS pada kanon Yahudi, yaitu kitab-kitab PL yang hanya terdapat dalam Kitab Suci Ibrani. Sedangkan umat Katolik, sebagai tambahan terhadap Kitab Ibrani itu, menerima juga tujuh kitab "deuterokanonika" PL, yang terdapat juga dalam Kitab Suci Yunani (Septuaginta/LXX): Tobit, Yudit, Kebijaksanaan, Sirach, Baruch, dan 1 & 2 Makkabe. Umat Protestan memasukkan kitabkitab Deuterokanonika ini dalam Apokrifa. Maka dalam edisi bahasa Inggris, KS yang dipakai umat Katolik biasa ditandai judul The Holy Bible. With the Apocrypha. Kitab Suci Ibrani adalah KS yang dipakai oleh orang-orang Yahudi di Palestina, sedangkan Kitab Suci Yunani (Septuaginta) a...


Similar Free PDFs