Pengaruh Human Relation Pada Perusahaan PDF

Title Pengaruh Human Relation Pada Perusahaan
Pages 16
File Size 224.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 108
Total Views 621

Summary

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang meng...


Description

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Perusahaan dalam Industri berperan sebagai perantara untuk mempertemukan

sumber faktor produksi dengan konsumen sehingga kegiatan dunia usaha sangat membantu usaha-usaha yang dilakukan perusahaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen yang meliputi semua aspek kegiatan untuk menyalurkan barang dari bahan mentah sampai menjual barang jadi dan bermanfaat. Di dalam menjalankan perusahaan terdapat komunikasi antara pihak produsen kepada pihak konsumen dan perantara. Komunikasi di tersebut sering kita dengar dengan sebutan Human Relation. Human relations sendiri dapat diartikan komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan atau dalam suatu kegiatan dengan tujuan untuk menggugah, menggairahkan, atau membangkitkan semangat kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati. Dalam semua jenis Industri, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan, target ataupun Visi dan Misi yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk Sumber Daya Manusia yang mampu bekerja secara bersama-sama dan saling berkesinambungan di dalam penyampaian informasi terbaru (Human Relation yang baik) dari berbagai pihak. Pihakpihak yang dimaksud adalah para manager atau pimpinan organisasi dan para staff ataupun karyawan/ti. Dengan demikian perusahaan harus mampu menciptakan suasana yang sinkron dan kondusif, dimana pimpinan perusahaan mampu bekerjasama dengan karyawan serta mengarahkan tujuan organisasi secara efektif sehingga para karyawan merasakan bahwa tujuan tersebut merupakan tujuan mereka atau tujuan bersama.

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 1

Dan dengan semakin ketatnya persaingan dalam Industri dan perubahan yang begitu cepat terjadi, menuntut para pengusaha untuk melakukan upaya-upaya terobosan atau improvement secara proaktif dengan mengkonsolidasikan diri dalam rangka penguatan keunggulan persaingan. Untuk dapat unggul dalam persaingan dan tetap bertahan, maka perusahaan harus adaptif dan lebih fleksibel. Hal ini seringkali menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan dalam perusahaan itu sendiri. Perubahan tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya niat baik untuk menciptakan Hubungan antar manusia ( human relation ) dari orang-orang yang ada didalam perusahaan, baik itu pada tingkat manajer maupun para karyawan. Dari Uraian di atas kami melihat bagaimana Human Relation sangat mempengaruhi dan dibutuhkan kegiatan prindustrian. Maka kami tertarik untuk membuat makalah berjudul “Peranan Human Relation dalam kegiatan di Perusahaan”. Maksudnya adalah Bagaimana Human Relation itu diterapkan dalam suatu kegiatan di Perusahaan, dan Bagaimana Faktor komparasi antar perusahaan yang menerapkan Human Relation dan Tidak menjalankannya dalam kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.

1.2.

Perumusan Masalah Dari penjelasan di atas, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut 1. Apa itu Human Relation in Industry ? 2. Bagaimana Penerapan Human Relation dalam Perusahaan? 3. Apa Manfaat – Manfaat dari Penerapaan Human Relation dalam Perusahaan ? 4. Faktor Penghambat Penerapan Human Relation ?

1.3.

Tujuan Penulisan Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk Mengetahui Penerapan Human Relations dalam kegiatan perindustrian sekaligus teknik – teknik penerapannya, serta mengetahui apa saja faktor komparasi antar Perusahaan yang menerapkan Human Relation dan Tidak menerapkannya dalam menjalankan Perusahaan. Dan makalah ini juga bertujuan untuk menyelesaikan tugas Pengantar Teknologi Inudstri.

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Human Relation Apa yang dimaksud dengan Human Relation? Effendy (1993) mengatakan Human

Relation dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka, dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization), dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerja sama yang produktif serta perasaan bahagia dan puas hati. Sementara itu Praktito (1983) mengemukakan bahwa suatu hubungan baru bisa disebut sebagai Human Relation apabila hubungan itu adalah suatu interaksi sosial, ada terjadi proses saling mempengaruhi dan usaha saling mengubah sikap maupun tingkah laku, untuk kemudian berakhir dengan saling merasakan adanya kepuasan hati. Hubungan ini bisa terjadi pada semua bidang kehidupan sosial di setiap saat dan tidak terikat ruang dan waktu. Sementara itu Susanto (1982) berpendapat bahwa Human Relation dalam arti sempit mencakup semua persoalan yang dialami manusia dalam hubungan atasan dengan bawahan, baik dalam organisasi besar maupun kecil. Dari berbagai definisi Human Relation menurut para ahli tersebut, bisa dikatakan bahwa Human Relation adalah suatu hubungan yang unik. Mengapa? Karena pada tiap hubungan antarmanusia belum tentu terjadi Human Relation. Ciri hakiki Human Relation (human relations) bukan „human‟ dalam pengertian wujud manusia (human being), melainkan dalam makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan aspek-aspek kejiwaan lainnya yang terdapat pada diri manusia (Effendy, 1993). Human Relation hanya akan terjadi jika seseorang, dalam konteks organisasi kekaryaan, mempengaruhi orang lain dengan bujukan, ajakan, atau imbauan emosional untuk melakukan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, dan kedua belah pihak sama-sama mengalami kepuasan batiniah. Human Relation berorientasi pada kegiatan (action-oriented) yang berupa upaya mempengaruhi, bersifat psikologis, dan kedua belah pihak sama-sama merasa puas. Effendy (1993) mengatakan bahwa dengan Human Relation dapat diusahakan untuk menghilangkan

rintangan-rintangan

komunikasi,

mencegah

salah

pengertian,

dan

mengembangkan segi konstruktif sifat tabeat manusia. Hiseradt (dalam Susanto, 1982)

berpendapat bahwa Human Relation dalam arti

sempit membahas segi-segi sebagai berikut: HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 3

1. memperoleh kesediaan kerjasama orang-orang dengan siapa orang bekerja, 2. memungkinkan orang berproduksi dan berprestasi tinggi, dan 3. memungkinkan orang bekerjasama dengan memperoleh kepuasan dari hasilhasilnya. Senada dengan pendapat Hiseradt, Susanto (1982) mengatakan bahwa persoalanpersoalan yang dibahas oleh Human Relation adalah bagaimana faktor-faktor manusia dalam organisasi/kelompok dapat diserasikan dengan keanggotaan yang sangat luas dan diikat oleh disiplin kerja, serta bagaimana dalam suatu suasana di mana ada paksaan (yang merupakan kenyataan kerja), individu dapat bekerja dengan teman sekerja maupun atasan dan tetap merasa senang. Dari pendapat Susanto di atas, terlihat bahwa Susanto ingin menempatkan unsur manusia serta Human Relation menjadi faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah proses produksi berjalan. Hal ini berarti bahwa manusia di dalam suatu organisasi tidak boleh diperlakukan sama dengan unsur-unsur produksi, seperti modal, mesin, alat-alat perlengkapan, dan sebagainya, karena manusia adalah mahluk yang sangat unik dengan latar belakang sifat dan perangai yang sangat bervariasi. Sementara itu, Rachmadi (1996) mengatakan bahwa Human Relation merupakan salah satu unsur penting bagi keberhasilan komunikasi, baik dalam komunikasi antarpersonal maupun komunikasi kelompok dan dalam hubungan masyarakat (public relations). Dalam ruang lingkup industri Human Relations merupakan Tindakan atau Komunikasi Persuasif yang dilakukan atasan untuk menggugah gairah kerja. Dengan demikian human relation in industry merupakan proses atau tahapan komunikasi secara persuasif yang dilakukan dari satu pihak terhadap pihak lain atau untuk menjalin kerjasama dan komunaksi secara berkala untuk semangat yang produktif untuk mencapai tujuan bersama.

2.2 Penerapan dan Manfaat Human Relation dalam perusahaan I. Human Relation dalam Meningkatkan motivasi kerja Kunci aktivitas human relations adalah memotivasi. Dengan demikian, dalam kegiatan human relationss orang-orang yang berinteraksi di dalamnya harus mampu memotivasi agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan, dengan cara berkomunikasi yang bersifat manusiawi yang pada akhirya mereka mau bekerja,

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 4

bergerak, atau melakukan seuatu sehingga menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak. Jadi, sebuah komunikasi yang terjadi baru bisa dikatakan sebagai sebuah Human relations apabila dalam komunikasi tersebut kedua belah pihak saling berinteraksi, berkomunikasi, dan memberikan kepuasan batin serta kebahagiaan bagi kedua belah pihak tersebut. Dalam hubungannya dengan manajemen sumber daya manusia, komunikasi yang dalam hal ini human relations bukan hanya sekedar berarti pengiriman dan penerimaan pesan, tetapi lebih jauh dari itu. Human relations juga bertujuan mengembangkan potensi sumber daya manusia. Sesuai dengan tujuan tersebut, pengembangan potensi pegawai dalam suatu perusahaan tidak akan terlepas dari upaya peningkatan motivasi dan prestasi kerja seorang pegawai melalui human relation. Seorang pegawai yang termotivasi baik, akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keefektifan organisasinya. Jika seorang pegawai termotivasi dengan baik, maka akan menunjukkan suatu perusahaan yang berjalan efektif dan hal ini merupakan kunci sukses bagi seorang atasan dalam membina perusahaan yang dipimpinnya. Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam kaitan human relations terhadap peningkatan motivasi kerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi, kelima hal tersebut antara lain : 1. Tersedianya umpan balik dan proses mendengarkan yang efektif. 2. Adanya kesungguhan hati dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Dapat memahami kebutuhan-kebutuhan pegawai bawahan. 4. Penggunaan waktu secara tepat dan efektif. 5. Mempergunakan saluran komunikasi yang tepat Disadari atau tidak, human relations dapat memberi pengaruh-pengaruh positif dan negatif terhadap motivasi kerja seseorang. Teknik-teknik yang kurang tepat yang digunakan oleh seorang atasan dalam berkomunikasi dengan bawahannya (komunikasi vertikal) akan berakibat menurunnya motivasi kerja bawahannya. Hal ini dapat terjadi karena motivasi berhubungan erat dengan implikasi-implikasi yang diterima sebagai hasil suatu komunikasi. Adapun komunikasi horizontal dalam berkomunikasi yaitu berupa koordinasi tugas, penyelesaian masalah, pembagian informasi, dan resolusi konflik.

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 5

Dalam memberi motivasi memang tidak mudah. Pada umumnya pegawai-pegawai mempunyai latar belakang, pengalaman, harapan, keinginan, ambisi, dan lain-lain yang berbeda. Mereka melihat peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian dari berbagai sudut pandang yang berlainan, dan reaksi-reaksi mereka terhadap pekerjaan, terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap pekerjaan, terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap lingkungan mereka. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan adalah merupakan ujung tombak keberhasilan suatu organisasi, karena organisasi yang dipimpin oleh pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang mengetahui kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya baik itu kebutuhan manusia secara fisiologis atau secara psikologis, karena kepemimpinan merupakan salah satu alat (tool) dalam human relations bagaimana mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi, dan bagaimana orang bertingkah laku sehingga dengan kepemimpinan yang baik diharapkan akan meningkatkan motivasi kerja orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus selalu lebih mengetahui terhadap bawahannya sebab dalam kehidupan organisasi diperlukan adanya kerjasama atau saling ketergantungan antara anggota-anggota kelompok pemimpin perlu berorientasi kepada bawahan. Motivasi merupakan bagian dari human relations untuk bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang ada dalam diri seseorang, sehingga seseorang yang diberi motivasi dapat bekerja lebih keras, berusaha mencari tingkat tanggung jawab, bekerja tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, dan melakukan pekerjaannya dengan profesional. Dalam menilai motivasi kerja sesorang, maka para manajemen membuat tolak ukur dalam melakukan penilaiannya.Berikut adalah beberapa tolak ukur dalam menentukan motivasi : 1. Tinggi, motivasi kerja tinggi apabila bawahan memiliki disiplin kerja yang tinggi, mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan serta menghasilkan kualitas hasil pekerjaan yang sangat memuaskan bagi atasan. 2. Sedang, motivasi kerja sedang apabila bawahan kurang memiliki disiplin kerja, kurang mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan serta kualitas hasil pekerjaan yang kurang memuaskan bagi atasan. 3. Rendah, motivasi kerja rendah apabila bawahan tidak memiliki disiplin kerja, tidak memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan serta kualitas hasil pekerjaan yang tidak memuaskan bagi atasan.

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 6

Dengan demikian, seharusnya suatu perusahaan yang menerapkan Human Relations yang baik akan senantiasa memiliki pegawai yang memiliki motivasi Kerja yang Tinggi.

II.

Manfaat Human Relation dalam Mengatasi Konflik Setiap aktivitas di suatu Perusahaan, tentu tidak terlepas dari komunikasi. Arus komunikasi di tempat kerja yang dapat kita bedakan menjadi arus dari atasan kepada bawahan (top-down communications), arus dari bawahan kepada atasan (bottom-up communications) dan arus komunikasi antarkaryawan (cross-channel communications), hanya akan berjalan dengan lancar apabila semua komponen atau pihak yang terlibat dalam komunikasi memahami benar bagaimana berkomunikasi dengan baik. Lalu, bagaimanakah berkomunikasi yang baik? Untuk lebih jelas dalam memahami komunikasi yang baik, kita dapat menggunakan salah satu model proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler berdasarkan paradigma Shannon dan Weaver berikut ini.

SENDER

ENCODING

MESSAGE

DECODING

RECEIVER

NOISE FEEDBACK

RESPONSE

Sumber: Bachtiar Aly, Buku Materi Pokok Teknik Hubungan Masyarakat

Menurut Kotler, unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Sender

: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding

: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message

: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media

: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

5. Decoding

: Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 7

makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6. Receiver

: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response

: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

8. Feedback

: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikan.

9. Noise

: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik akan terjadi apabila komunikator mengetahui dengan baik khalayak sasaran dari pesan yang akan disampaikan dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyampaikan pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang tepat dalam mencapai sasarannya. Dalam proses komunikasi ini, komunikator juga harus mampu mengantisipasi terjadinya gangguan (noise) selama proses komunikasi berlangsung.

Dalam proses komunikasi pada suatu organisasi, setiap distorsi yang diakibatkan oleh noise pasti akan menimbulkan konflik, baik konflik antar karyawan, konflik antara atasan dan bawahan, antara kelompok dan kelompok ataupun antara seseorang dan kelompok. Tubbs dan Moss (1996) menyatakan bahwa para ahli teori cenderung menganggap konflik sebagai aspek alamiah hubungan manusia, yang tidak dengan sendirinya bersifat destruktif. Hocker dan Wilmot

(dalam Tubbs dan Moss, 1996)

berpendapat bahwa konflik adalah suatu proses alamiah yang melekat pada sifat semua hubungan yang penting dan dapat diatasi dengan pengelolaan konstruktif lewat komunikasi. Menurut Nitisemito (dalam Suminar, 1999), konflik perlu dipelajari karena konflik dapat terjadi pada setiap organisasi. Dengan jalan mempelajari masalah konflik, maka kita dapat mengetahui konflik yang mempunyai akibat positif dan akibat negatif. Dengan demikian kita dapat mencegah kemungkinan timbulnya konflik-konflik yang merugikan, mengarahkan konflik-konflik yang positif serta berusaha menghilangkan konflik-konflik yang dapat merugikan.

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 8

Suminar (1999) mengatakan untuk dapat mencegah konflik, maka pertama-tama kita harus mempelajari sebab-sebab timbulnya konflik. Ada banyak faktor penyebab timbulnya konflik. Salah satu penyebab timbulnya konflik menurut Suminar adalah terjadinya salah paham. Kesalahpahaman yang terjadi dalam kegiatan komunikasi di suatu organisasi mungkin sekali disebabkan oleh gangguan (noise) pada saat proses komunikasi berlangsung. Untuk lebih memahami penyebab timbulnya konflik, kita dapat memperhatikan bagan berikut.

Feedback Message (berupa instruksi kerja, dsb)

Noise

Melalui channel

Dari bagan di atas, konflik (kesalahpahaman) dapat terjadi pada saat atasan menyampaikan pesan (message) yang berupa penyampaian instruksi kerja melalui saluran tertentu (channel), seperti memo, surat tugas, telepon ataupun secara lisan, kepada bawahan. Pada saat bawahan menerima pesan, bisa saja kesalahpahaman terjadi, misalnya bawahan merasa beban kerja yang diberikan atasan terlalu berlebihan atau di luar kemampuan yang bersangkutan. Padahal bisa saja atasan memberi pekerjaan tersebut karena percaya pada kemampuan bawahannya. Demikian juga dengan umpan balik (feedback) yang diberikan bawahan atas instruksi kerja yang diberikan atasan. Bila instruksi kerja yang diberikan atasan telah sampai pada tenggat waktu (date-line) namun bawahan belum memberikan hasil kerjanya, barangkali atasan akan beranggapan bawahan tidak menunjukkan dedikasi kerja dan menganggap remeh instruksi yang diberikan. Padahal bisa saja bawahan belum menyelesaikan pekerjaannya karena menemui banyak kesulitan yang tidak dia komunikasikan kepada atasannya.

III.

Human Relation dalam Meningkatkan Loyalitas Peran lain dari Human Relation jika dijalankan dengan baik adalah Adanya loyalitas. Adanya loyalitas yang dimaksud disini adalah kesetiaan antara atasan dan bawahan. Hal Tersebut dapat dilakukan dengan cara :

HUMAN RELATION (PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI)

Page 9

-

Seorang atasan tidak menganggap remeh bawahan.

-

...


Similar Free PDFs