Title | PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL |
---|---|
Author | Rafzan Jani |
Pages | 23 |
File Size | 1.6 MB |
File Type | |
Total Downloads | 205 |
Total Views | 359 |
PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap) SUPRIYONO 0808105 ABSTRACT The study was based on the researcher’s concern on the phenomeno...
Accelerat ing t he world's research.
PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULT... rafzan jani
Related papers
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers
PENGARUH ST RAT EGI KNWS DALAM MEMAHAMI SOAL IPS DI KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 BLI… Teguh Surono
Buku Pol Pend 3 Rezim Zaky Farid Lut hfi Mau Kemana Moral Dan Karakt er Warga Negara Fat imah Fat imah, Sarbaini Sarbaini
PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap) SUPRIYONO 0808105
ABSTRACT The study was based on the researcher’s concern on the phenomenon of lack of appreciation towards ethnic and cultural differences in the association, which is feared widespread among high school students. In addition, the researcher alsos saw the reality of meaningless Civic Education learning because students have not been able to connect what they have learned with the realities of everyday life. Some of these factors raised in this study include concerns; substances, approaches and learning strategies that less support. These include; materials, learning activities, teaching and evaluating lessons of Civic Education, which are not optimal. Departing from the statement, the purpose of this research is to get a view of the influence of learning Civic Education in the socio-cultural perspectives on the development of multicultural values. The study was based on opinion (Lickona, 1992:6) that the concept and process of Civic Education is a deliberate process designed and conducted to develop the potential of individuals in interaction with the environment so as adults. Cultural diversity as something positive is good to be appreciated, accepted, and maintained in their community (Blum, 2001:20). This study uses a quasi experimental design with nonequivalent control-group design. The sampling technique used was purposive sampling. This technique was chosen because the information about the characteristics of ethnic and cultural diversity in the school is needed in researching multicultural. Data collection was conducted with pretest and posttest, questionnaire, observation and documentation. The results of this study indicate that the materials, learning and teaching activities, and evaluation of Civic Education lessons significantly influences the development of multicultural values. Effect of Civic Education learning materials for the development of multicultural values in terms of male students, r=0.61; women r=0.77 and parenting education, college students, r=0.925. Effect of teaching and learning of Civic Education on the development of multicultural values in terms of male students, r=0.63; women r=0.80 and parenting education, college students, r=0.988. Effect of evaluation of learning Civic Education reviewed the development of multicultural values of male students, r=0.50, women r=0.75 and female parent education college students, r=0.991.
Keywords: Civic Education, Social-Cultural, Multicultural.
Pendahuluan 1. Latar belakang masalah Sebagai mahluk sosial, fitrah manusia menghajatkan hidup rukun berdampingan tanpa adanya permusuhan yang terjalin dan terjamin dari rasa kekeluargaan, persahabatan, tenggang rasa hormat-menghormati satu sama lainnya. Sekarang ini gejolak ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian ganas melalui multi media elektronik berikut tuntutan materiilnya yang cukup tinggi melahirkan pola kehidupan (life style) yang pada akhirnya membawa kearah rasionalisme, sukulerisme, dan egoistik. Tidak adanya sikap solidaritas dan toleransi diantara sesama mengakibatkan perselisihan dalam pergaulan. Sebagai contoh terbentuknya kelompok-kelompok dalam pergaulan siswa di sekolah yang didasarkan pada kesamaan etnis-budaya dan agama mengakibatkan siswa yang tidak masuk dalam kelompok dikucilkan. Banyaknya penyimpangan perilaku siswa di sekolah maupun masyarakat disebabkan demi menjaga gengsi atau kehormatan masing-masing, maka persahabatan, toleran dan norma-norma menjadi sirna yang terjadi malah sebaliknya ingin menang sendiri dan pahamnyalah yang harus dianggap benar. Masing-masing kelompok dengan latar belakang suku, budaya dan agama yang sama berusaha melakukan indoktrinasi untuk memperkuat fanatik golongan. Berkurangnya
tokoh
teladan
di
sekolah
maupun
di
masyarakat
juga
mengakibatkan siswa kehilangan seorang figur teladan bagi hidupnya. Sekarang banyak guru yang bukan mendidik melainkan hanya sekedar mengajar. Sebagaimana diingatkan oleh pedagog klasik kenamaan Langeveld (Suparman, Wardani, Winataputra, 2002:18) mengatakan ”... men kan niet onderwijsen wan men will, men kan niet onderwijsen wnt men weet, men kan alleen onderwijsen wat men is”. Seseorang tidak bisa mendidik karena ia sekedar mau, juga orang tidak bisa mendidik karena ia sekedar tahu, tetapi seseorang hanya bisa mendidik dengan baik apabila ia mampu menampilkan dirinya secara utuh sebagai pendidik yang tahu dan mau dan berdedikasi secara nyata. Sikap saling menghargai dalam masyarakat multi etnik sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya konfik yang terjadi dalam pergaulan. Keanekaragaman etnik-budaya Indonesia hendaknya bukan faktor penentu pemecah belahan kerukunan antar sesama, melainkan diharapkan mampu menjadi ”bumbu kehidupan” bagi perekat dalam pergaulan di masyarakat untuk saling melengkapi. Bertolak dari suatu pengertian sederhana (Blum, 2001:16) mengemukakan bahwa pada hakekatnya multikultural merupakan ”.... pemahaman, penghargaan, dan penilaian atas budaya seseorang dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi penilaian terhadap kebudayaankebudayaan orang lain, bukan berarti menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan tersebut melainkan mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri”. Jika dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki basis multikultural setidaknya dapat mereduksi konflik-konflik sosial-budaya. Pada dasarnya program Pendidikan Kewarganegaraan
berupaya membina dan
menggali potensi siswa yang berhubungan dengan pengembangan sikap afektif. Menurut (Djahiri, 1995:27) dalam buku VCT mengatakan bahwa guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membina sikap efektif peserta didik. Oleh karena itu program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sangatlah tepat
mengarahkan siswa untuk membina dan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa. Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki visi dan misi serta struktur
keilmuan. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2003:3) visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang
berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (motion and character building) dan pemberdayaan warganegara. Sedangkan misinya adalah menjadikan warganegara yang baik yakni warganegara yang memiliki kesadaran politik dan kesadaran moral. Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka Pendidikan Kewarganegaraan tampil dengan paradigma baru struktur keilmuan mencakup dimensi pengetahuan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic
Skill) dan watak atau karakter kewarganegaraan (Civic Disposition). Cakupan dimensi dalam struktur keilmuan yang lain meliputi politik, hukum dan moral. 2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah
yang dapat penulis kemukakan
adalah ”Bagaimana pengaruh
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya terhadap pengembangan nilai multikultural”. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diidentifikasi beberapa permasalahan yang dijabarkan sebagai berikut: a.
Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ?
b.
Seberapa
besar
pengaruh
kegiatan
belajar
mengajar
Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ? c.
Seberapa
besar
pengaruh
evaluasi
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ? d.
Seberapa besar pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ?
e.
Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa terhadap pengembangan nilai multikultural ?
f.
Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa terhadap pengembangan nilai multikultural ?
g.
Seberapa
besar
pengaruh
kegiatan
belajar
mengajar
Pendidikan
Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa terhadap pengembangan nilai multikultural ? h.
Seberapa
besar
pengaruh
kegiatan
belajar
mengajar
Pendidikan
Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa terhadap pengembangan nilai multikultural ? i.
Seberapa
besar
pengaruh
evaluasi
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa terhadap pengembangan nilai multikultural ?
j.
Seberapa
besar
pengaruh
evaluasi
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa terhadap pengembangan nilai multikultural ?
3. Kerangka pemikiran PROSE S
INPUT
OUTP UT
Keragaman Etnik dan Budaya
Siswa lebih memahami Arti keanekaragama n etnik dan budaya
Pembinaan dan Pengembangan Nilai Multikultural Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Hambatan dalam Pengembangan Nilai Multikultural di Sekolah
Menghargai dan bangga dengan etnik dan budaya yang berbeda
Kurangnya Sikap Menghargai Perbedaan Etnik dan Budaya dalam Pergaulan Siswa
KESIMPULAN
REKOMENDAS I
Landasan Teori 1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran di sekolah meliputi seluruh bidang kehidupan, salah satunya adalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kaitan dengan hal tersebut (Djahiri, merupakan
2006:9)
mengemukakan
program
bahwa
pendidikan/pembelajaran
Pendidikan yang
Kewarganegaraan
secara
programatik-
prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing)
serta memberdayakan peserta didik/siswa (diri dan kehidupannya) supaya menjadi warganegara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan. Pendapat tersebut memposisikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pokok dalam membentuk warganegara Indonesia yang baik dan cerdas. Hal tersebut dapat terwujud apabila dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa dibekali pengetahuan untuk menjadi warganegara yang melek politik dan hukum serta dilatih untuk menciptakan suasana kehidupan yang teratur serta mencerminkan kehidupan warganegara Indonesia yang melek politik dan hukum sehingga dapat melaksanakan hak dan keawjibannya sebagai warganegara. Sekaitan dengan hal di atas, (Djahiri, 2006:10) mengemukakan tentang karakteristik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu secara pragmatik memuat bahan ajar yang kafah/utuh berupa bekal pengetahuan untuk melek politik dan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara prosedural target sasaran pembelajarannya ialah menyampaikan bahan ajar pilihan fungsional untuk membina, mengembangkan dan membentuk potensi diri secara kafah serta kehidupan siswa dan lingkungannya yang humanis dan fungsional. Dengan demikian bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang bertujuan membentuk warganegara yang bersikap dan berpikir cerdas, kritis serta serta berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negaranya. Fokus dan target utama dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembekalan pengetahuan dan membina sikap dan perilaku serta keterampilan sebagai warganegara demokratis, taat hukum dan taat asas dalam kehidupan masyarakat. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses belajar siswa yang direkayasa oleh seluruh komponen belajar yang meliputi guru, materi, metoda media, sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran. a. Materi pembelajaran Materi pembelajaran merupakan komponen penting dalam semua proses pembelajaran termasuk proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pembelajaran dapat berupa fakta, konsep, prinsip maupun prosedur
(Sadirman, 2003:162). Pemilihan materi harus spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkup dan agar lebih jalas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok bahasan lainnya. Konsep dan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan proses yang disengaja dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungan sehingga menjadi dewasa (Lickona, 1992:6). Hal ini sejalan dengan pendapat (Collins, 1977:17) bahwa materi pendidikan memiliki suatu keunikan, disuatu sisi merupakan bagian penanaman nilai kebudayaan, namun disisi lain merupakan bentuk proses pembudayaan (enculturation) yang sifatnya spesifik yang berbeda antara satu masyarakat dengan yang lainnya. b. Metode pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai setelah kegiatan pembelajaran berakhir (Djamarah, 2001:72). Pemilihan metode yang tepat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan sangat membentu guru
maupun
siswa
untuk
mencapai
keberhasilan
pembelajaran
yang
dilaksanakan. Hal ini menguatkan pendapat (Gerlach dan Ely, 1971:25) bahwa untuk
menciptakan
susana
yang
menumbuhkan
gairah
dalam
belajar,
meningkatkan prestasi siswa maka diperlukan pengorganisasian proses belajar yang baik yang meliputi; tujuan pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan ruang, perlengkapan pelajaran di kelas dan pengelompokan siswa dalam belajar. Berkaitan dengan hal tersebut (Nurhadi, 2004:102)
mengemukakan
bahwa metode yang relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah yang berkarakteristik sebagai berikut: 1) menekankan pada pemecahan masalah; 2) dapat dijalankan dalam berbagai konteks; 3) dapat memberikan kemudahan dalam memahami pelajaran; 4) mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri; 5) mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan siswa yang berbeda; 6) mendorong siswa untuk merancang dan melakukan kegiatan ilmiah;
7) menumbuhkan kemampuan siswa berpikir ilmiah; 8) memotivasi siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari; 9) Memberikan pengalaman baru dalam belajar; 10) menerapkan penilaian otentil; 11) merangsang siswa untuk berpikir kritis; 12) menyenangkan dan 13) berkesinambungan c. Media pembelajaran Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2002:139). Kerumitan materi yang akan disampaikan pada siswa dapat disederhanakan dengan menggunakan media. Bahkan keabstrakan materi pembelajaran dapat dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Media dapat mewakili apa yang tidak dapat guru sampaikan dengan kalimat. Namun perlu diingat, bahwa peranan media pembelajaran tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. d. Sumber pembelajaran Sumber belajar merupakan suatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat terdapatnya materi pembelajaran
atau
sumber belajar
untuk seseorang
(Winataputra dan Ardiniwata, 1991:165). Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi siswa selaku peserta didik. Pemanfaatan sumber-sumebr belajar tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebajikan lainnya (Sadirman, 2003:25). Setidaknya terdapat lima macam sumber belajar yaitu manusia, buku, media masa, lingkungan (lingkungan alam, lingkungan sejarah dan lingkungan masyarakat) dan media pendidikan. e. Evaluasi pembelajaran Menurut
(Djahiri,
2005:2)
evaluasi
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan momentum/instrument untuk mengukur/menilai tingkat keberhasilan, kegagalan, kelebihan atau kekurangan proses dan hasil belajar serta momentum untuk melakukan relearning yang bersifat kontinyu,
multidimensional dan terbuka. Dengan kata lain evaluasi merupakan media untuk mengukur ketercapaian kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus bersifat utuh, artinya evaluasi pembelajaran dilakukan baik dalam proses maupun hasil belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Al Muchtar, 2001:373). Lebih lanjut (Cronbach, 1987:21) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi ini adalah untuk memperoleh informasi umum mengenai belajar siswa dan pembelajaran yang telah di lakukan oleh guru, baik menggunakan penelitian data dengan cara (pengamatan, penganalisaan data, penilaian penampilan atau proyek).
2. Landasan Perspektif Sosial-Budaya Setiap orang mempunyai kedudukan yang berbeda antara satu dengan yang lainya, serta mempunyai peran sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sehingga akan menggolongkan orang tersebut kedalam kelas dan tingkatan yang berbeda yang akhirnya akan membentuk masyarakat dengan tingkat kelas yang berbeda. Dalam hal ini (Nimmo, 1989:161-162) mengatakan bahwa banyak cara untuk menentukan kedalam kelas sosial, tetapi pada umumnya kelas merupakan fungsi dari pekerjaan, pendapatan dan pendidikan seseorang. Anggota kelas atas dan kelas menengah adalah orang dari pekerjaan professional managerial dengan pendapatan tinggi dan pendidikan pendidikan akademis; anggota kelas menengah bias pegawai administrasi atau pegawai keahlian (skilled) yang pendapatannya relatif baik tetapi tidak selalu memiliki gelar akademis; kelas rendah mencakup buruh kasar dengan pendidikan sekolah menengah atau yang lebih rendah, pengangguran atau orang miskin. Kriteria yang dapat mempengaruhi status sosial seseorang dalam masyarakat adalah: a. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan dalam hidupnya. Sebagaimana termuat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 tentang “sistem pendidikan nasional” yang
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekauatan spiritual keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keperluan yang diperlukan pada dirinya, masyarakat bangsa dan negaranya. Dengan
memiliki
latar
belakang
pendidikan
yang
tinggi
maka
akan
mempengaruhi tingkat status seseorang dalam masyarakatnya. b. Jenis Pekerjaan Pekerjaan yang dimiliki seseorang dap...