Pengelolaan Limbah Tailing PDF

Title Pengelolaan Limbah Tailing
Author King Chaves
Pages 17
File Size 715.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 280
Total Views 851

Summary

MAKALAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG “PENGELOLAAN LIMBAH TAILING” Disusun Oleh : Fajar Fabima Ali Aziz 11513031 Ilyas Rindaf Pratama 15513104 Ammar Farras Malik 15513149 King Chaves 15513187 Denola Lutfi Isdera 15513224 Dosen Pengampu : Qorry Nugrahayu S.T., M.T. Halaman Judul PROGRAM STUDI TEKNIK...


Description

MAKALAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG “PENGELOLAAN LIMBAH TAILING”

Disusun Oleh : Fajar Fabima Ali Aziz

11513031

Ilyas Rindaf Pratama

15513104

Ammar Farras Malik

15513149

King Chaves

15513187

Denola Lutfi Isdera

15513224

Dosen Pengampu : Qorry Nugrahayu S.T., M.T. Halaman Judul

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERITAS ISLAM INDONESIA 2017

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah, rahmat dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Pengelolaan Limbah Tailing. Kami menyadari bahwa materi dan teknik yang disampaikan dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terima kasih. Akhir kata pengantar kami mengucapkan terima kasih karena telah berkenan membaca makalah ini. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua. 8 Desember 2017

Tim Penyusun,

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI

........................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1 BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................... 2 2.1 Pengertian Tailing ....................................................................................................... 2 2.2 Metode Pembuangan Limbah Tailing ......................................................................... 2 2.3 Alternatif Pengolahan Limbah Tailing...................................................................... 11 BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri mineral sangat penting dalma ekonomi global, dimana didalamnya termasuk kegiatan pertambangan yang diharapakan berwawasan lingkungan yang dapat mengurangi terjadinya potensi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Secara global, ekonomi industri telah digunakan sebagai suatu sistem sumber daya terbuka melalui pemanfaatan bahan baku mineral dan energi: dengan pembuangan limbah berdampak pencemaran terhadap lingkungan. Tantangan masa depan yaitu membuat ekonomi industri lebih mengarah kepada sistem tertutup dengan sasaran penghematan energi, mengurangi limbah, mencegah pencemaran, dan mengurangi biaya. Tailing adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang, dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Tailing selalu menjadi masalah serius, terutama dianggap sebagai perusak utama lingkungan, akan tetapi pada perkembangan saat ini tailing juga dapat dimanfaatkan. Agar tidak menimbulkan dampak negatif maka perlu pengelolaan yang lebih baik dengan memanfaatkan kembali secara optimal, tepat dan bijaksana, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kegunaannya sebagai bahan bangunan

Pada tahun 1970-an pasir tailing yang merupakan limbah atau hasil buangan dari proses penambangan bijih emas dan tembaga dari PT. Freeport Indonesia mencapai 80.000-100.000 ton perhari. Jumlah ini terus meningkat setiap tahun sampai sekarang hampir mencapai 300.000 ton per hari. Hal ini merupakan permasalahan serius terhadap dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dengan adanya limbah tersebut.

1.2. Rumusan Masalah 1. Definisi limbah tailing. 2. Sumber-sumber kegiatan limbah tailing. 3. Metode pembuangan limbah tailing. 4. Pengolahan limbah tailing.

1

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Tailing Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang, dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineralmineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut tidak bisa dihindari, karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100%. Hal ini dapat disebabkan oleh kekerasan batuan bijih yang menyebabkan hasil giling cenderung lebih kasar dan mengakibatkan perolehan (recovery) menurun disertai semakin rendahnya kandungan mineral didalam konsentrat. Kehalusan ukuran butiran mineral juga dapat menyebabkan sulitnya tercapai liberasi (liberation). Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan dikeruk, lalu estrak bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami dengan zat-zat kimia (cianida, mercury, Arsenik dll) lalu bijih emas tembaga atau perak disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral ini menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral berharga diambil sedangkan tailing akan terbawa bersama zatzat kimia yang mengandung logam berat/beracun. 2.2 Metode Pembuangan Limbah Tailing 1. Metode Submarine Submarine tailing disposal atau submarine tailing placement adalah pembuangan limbah tambang ke laut. Sistem pembuangan limbah tailing ke dasar laut, pertama-tama digunakan pada tahun 1971 oleh perusahaan tambang emas “Island Copper Mine” (ICM), Canada, dimana disitulah merupakan basis dari sistem ini didesain dan dikembangkan untuk kegiatan pertambangan emas di daerah pesisir. Pembuangan tailing ke laut kini semakin digemari. Penelitian dan kampanye dilakukan pendukung STD agar publik memberi dukungan terhadap sistem itu. Semula pembuangan tailing ke laut dikenal dengan sebutan Submarine Tailing Disposal (STD). Jika diterjemahkan bebas menjadi pembuangan tailing bawah laut. Istilah STD kurang oleh perusahaan pertambangan 2

karena ada kata disposal berarti pembuangan. Mereka lebih suka menggunakan Submarine Tailing Placement (STP), karena terdapat kata placement berarti penempatan. STP bermakna seakan-akan perusahaan tidak membuang tailing ke laut akan tetapi menempatkannya di laut. Selain istilah STD dan STP masih terdapat istilah lain, yaitu DSTP (Deep Sea Tailings Placement) atau penempatan tailing di Iaut dalam. Istilah itu pun dipopulerkan oleh perusahaan pertambang. Terlepas dari politik penggunaan bahasa, ketiga istilah tersebut pada prinsipnya sama, yaitu membuang tailing di laut. Katup pengaman STD yang diyakini perusahaan pertambangan adalah lapisan termoklin. Lapisan dipandang mampu menghalangi munculnya tailing kepermukaan. Di Indonesia, STD pertama kali digunakan oleh PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) di Minahasa, Sulawesi Utara. Kemudian diikuti oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Dalam asumsi dasar, tailing yang dibuang ke laut berbentuk lumpur kental yang mengandung 45-45% padatan. Berat jenis kurang lebih 1,336 kg/m. Berat jenis ini lebih besar dari densitas air laut, yaitu kurang lebih 1,028 kg/m3. Oleh karenanya tailing akan mengalir sepanjang dasar laut. Semakin lama kecepatannya semakin berkurang. Akhirnya padatan tailing akan mengendap di dasar laut sebagai sedimen. Pergerakan tailing akan stabil karena ditahan oleh lapisan termoklin. Untuk mendukung pembuangan tailing ke laut, perusahaan membangun tangki pengumpul tailing, pompa lumpur sentrifugal, jalur pipa baja di darat, fasilitas stasiun katup pembuangan limbah (choke station), instrumentasi dan utilitas di tepi pantai. Pipa pembuangan limbah terbuat dari HDPE dan diberi cincin-cincin pemberat yang terbuat dari baja. Mulanya, tailing akan melalui proses dekstruksi sianida dan detoksifikasi di pabrik pengolahan. Hasilnya tailing menjadi lumpur kental. Lumpur ini bisa memiliki suhu antara 40°C sampai 50°C Dalam padatan tailing terdapat partikel-partikel yang sangat halus. Lebih dari 93% partikel tersebut berukuran lebih halus dari 74 mikron. Selanjutnya tailing ditampung pada tangki pengumpul. Dengan bantuan pompa sentrifugal tailing dialirkan melalui pipa menuju bawah laut. Stasiun pengatur yang terletak di tepi pantai bertugas mengatur aliran menurut berbagai laju produksi dan berat jenis lumpur (slurry) . Secara teoritik asumsi dan teknologi yang digunakan bisa saja benar. Tapi yang terjadi di lokasi NMR dan NNT menunjukkan tingkat ketepatan asumsi dan teknologi diragukan. Beberapa kali pipa tailing kedua 3

perusahaan itu pecah. Apalagi termoklin yang diagungkan ternyata digugat banyak pihak. Faktor turbulance dan upwelling yang mampu menyebarkan tailing semakin menguatkan keraguan bahwa STD tidak seaman yang didengungkan perusahaan penggunanya. a. Kelebihan Keuntungan di laut adalah padatan tailing akan stabil di palung dasar laut yang tidak mudah terpengaruh oleh bencana alam seperti gempa. Selain itu dampak lingkungannya lebih rendah dan padatan tailing tidak akan beroksidasi di dalam laut. b. Kekurangan Kerugiannya, akan berdampak pada ekosistem fisik dan biologi di laut yang dapat menyebabkan pencemaran laut. Dalam penerapannya harus memilih daerah sumber bio dengan nilai rendah bagi penempatan tailing. c. Faktor Pertimbangan Pemilihan sistem ini didasarkan pada pertimbangan kondisi lingkungan disekitar pertambangan. Pembuangan tailing ke laut yang paling aman karena tidak ada penghuni manusia selain biota laut. Tapi pembuangannya harus zona aman di bawah zona euphotic yakni zona kehidupan laut yang terkena sinar matahari langsung. Sementara pembuangan limbah di darat akan membutuhkan tempat pembuangan yang luasnya bisa 2-3 kali lipat dari daerah pertambangan. Sedangkan pembuangan limbah ke laut tidak memerlukan areal yang luas. d. Sketsa

2. Riverine Untuk mengatasi masalah tailling di kawasan pertambangan, perusahaan pertambangan menempatkan pompa di dekat badan sungai untuk memompa dan mengalirkan tailling ke aliran sungai. Hal ini dikenal dengan istilah Riverine Tailling Disposal, yang secara

4

halus berarti membuang limbah tambang ke sungai, hal ini mengakibatkan tercemarnya ekosistem perairan, anak aliran sungai (DAS). a. Kelebihan Kelebihan dari riverine ini sebenarnya bisa dilihat dari segi biaya saja, tidak memerlukan biaya banyak untuk melakukan metode ini. Namun dari segi teknologi, jelas metode ini sangat tidak dianjurkan. b. Kekurangan Pembuangan tailling ke sungai merupakan kegiatan ilegal dalam dunia pertambangan. Sebagai contoh di Ilo,Peru, terdapat dua perusahaan pertambangan dan peleburan yang dijalankan oleh Southern Peru Cooper Corporation ( dikontrol oleh Mexican Firm Group Mexico) menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan sejak membuang berbagai limbah ke aliran sungai. c. Faktor Pertimbangan Jika ingin menggunakan metode ini lihat daya dukung lingkungan sekitar area tambang. Metode ini sebenarnya sudah dilaran di beberapa negara termasuk Indonesia sendiri. Karena akibat yang signifikan bagi lingkungan yang menyebabkan metode ini sudah dilarang. d. Sketsa

3. Dry Stacking Susun kering yang benar membutuhkan penyaringan tailing flokulasi, biasanya di bawah tekanan atau mungkin di bawah vakum, untuk menghasilkan produk yang diangkut dan dapat disusun menggunakan teknik transportasi bahan ‘kering’ dan pembuangan. Drum, 5

piring horizontal atau vertikal ditumpuk dan sabuk horizontal merupakan metode filtrasi tekanan paling umum. Kedua gradasi tailing dan mineraloginya merupakan penentu penting dalam desain filtrasi. Secara khusus, proporsi tinggi dari mineral tanah liat cenderung membatasi filtrasi efektif, seperti halnya beberapa mineral sisa (residu), misalnya aspal di tailing pasir minyak. Hal ini penting untuk mengantisipasi mineralogi dan perubahan penggilingan yang dapat terjadi selama LoM sebagai operasi pertambangan bergerak melalui berbagai tubuh bijih. Tailing yang telah disaring diangkut dengan truk atau konveyor, dan kemudian dapat ditempatkan, disebarkan dan dipadatkan untuk membentuk tailing ‘dry stack’ jenuh, padat dan stabil. a. Kelebihan Tailing yang telah disaring diangkut dengan truk atau konveyor, dan kemudian dapat ditempatkan, disebarkan dan dipadatkan untuk membentuk tailing ‘dry stack’ jenuh, padat dan stabil, dalam beberapa kasus, seperti tailing geokimia jinak, tidak memerlukan bendungan untuk retensi dan tidak ada tailing di kolam. Susun kering juga dapat mengatasi lokasi topografi dan pondasi kondisi sulit, atau lokasi yang sangat dibatasi, yang membuat bendungan tailing konvensional sangat sulit untuk dibangun. Susun kering juga memfasilitasi rehabilitasi, termasuk rehabilitasi progresif, sehingga mengurangi risiko dan kewajiban penutupan. Dua pendorong utama filtrasi dan susun kering tailing saat ini telah menjadi pemulihan air hasil pengolahan yang langka dan kondisi topografi dan pondasi yang sulit. b. Kekurangan Dry stack tailing disposal memiliki biaya di muka yang jauh lebih tinggi daripada penyimpanan basah. Dry stack tailing harus dikeringkan dan tailing padat harus diangkut dengan truk atau conveyor dan bukan oleh pipa bubur, yang menambah kompleksitas logistik dan biaya. Lubang-lubang untuk penyimpanan tumpukan kering, seperti sialan di sekitar danau artifisial, harus dipertahankan selama-lamanya. Namun, perawatan jangka panjangnya jauh lebih sedikit daripada pada adanya penyemprotan tailing yang besar dan basah dengan bendungan. c. Faktor Pertimbangan Filtrasi dan susunan tailing biasanya diperhitungkan di daerah-daerah yang sangat gersang di mana konservasi air sangat penting, terutama di daerah gurun Chili dan Peru, tetapi juga di Western Australia, barat daya Amerika Serikat, bagian gersang Amerika Selatan, beberapa bagian Afrika, dan daerah Kutub Kanada dan Rusia, di mana penanganan tailing sangat sulit di musim dingin yang beku. Filtrasi meningkatkan 6

pemulihan reagen proses, dan susun kering memberikan metode peningkatan stabilitas seismik penimbunan tailing basah. d. Sketsa

Gambar Tailing susun kering dan saringan diangkut dengan konveyor dan dipadatkan oleh buldoser.

4. Back Filling Back filling adalah Tanah atau batuan yang dipakai untuk mengurangi (mengisi) bekas galian tambang batubara atau galian sipil lainnya. Backfill dapat juga berasal dari tambang dalam yang diangkut keluar hasil penggalian terowongan, jalan menuju kepermukaan kerja baru (pekerjaan persiapan). Backfilling dilakukan dengan tujuan untuk menutup kembali bukaan tambang serta memperpendek jarak angkut pembuangan overburden. Dengan demikian rona akhir tambang dapat direncanakan dengan memperhitungkan timbunan backfilling serta batas pit limit. Bukaan pit yang telah selesai ditambang dilakukan backfilling dimana dilakukan penimbunan kembali dengan material overburden. Desain geometri timbunan dibuat sesuai dengan rencana pascatambang. Geometri lereng timbunan di desain agar aman pada saat tambang ditutup dan dijadikan danau wisata. Kapasitas desain dibuat sesuai dengan jumlah overburden yang masih harus dikupas.

a. Kelebihan Kelebihannya, kegiatan Backfilling lebih banyak aspek yang di perhatikan dalam penimbunan lahan tambang. Backfilling (pengolahan dan penggantian tailing pada 7

tambang tua yang tertutup) tidak hanya mengurangi kandungan racun pada tailing, tapi juga bisa menstabilkan terowongan bawah tanah yang berbahaya dan membantu proses rehabilitasi lubang galian yang besar, buruk dan berbahaya sehingga cocok untuk penggunaan lain. b. Kekurangan Kekurangannya, ketidaktelitian dalam merancanakan penimbunan lahan bekas tambang dapat menyebabkan merembesnya tanah dalam penimbunan tersebut. Apabila dalam metode ini tidak sesuai dengan prosedur, bekas galian ini akan tidak stabil dan tidak aman terutama terkena air. c. Faktor Pertimbangan Dalam melaksanakan metode ini harus dilihat bagaimana struktur morfologi dan geologi tanah. d. Sketsa

5. In Pit In-pit adalah bukaan yang dibuat di permukaan tanah, bertujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun kembali) selama pengambilan bijih masih berlangsung. Penyimpanan tailing in-pit, seperti namanya, hanyalah proses menimbun kembali tambang permukaan terbuka dengan tailing. Metode ini sangat menarik bagi operator tambang karena rongga yang bekerja dapat diisi dengan biaya yang terkait dengan merancang, membangun dan mengoperasikan fasilitas penumpukan konvensional, menebal, menempel atau mengering. Keuntungan lain dari penyimpanan in-pit adalah tailing tidak memerlukan dinding penahan, sehingga risiko yang terkait dengan ketidakstabilan timbunan dihilangkan.

8

Operasi penambangan jarak jauh di Australia telah menggunakan penyimpanan in-pit selama beberapa dekade dimana air tanah mengandung garam atau tidak diminum. Selain itu, pemangku kepentingan asli lebih memilih void untuk diisi setelah penambangan dihentikan dan memberikan izin untuk mengisi kembali lubang yang sesuai. a. Kelebihan Metode ini sangat menarik bagi operator tambang karena rongga yang ada hasil penambangan dapat diisi, dengan pengurangan biaya yang terkait dengan merancang, membangun dan mengoperasikan fasilitas penumpukan konvensional, thickened, paste atau dry stacking. Keuntungan lain dari penyimpanan in-pit adalah tailing tidak memerlukan dinding penahan, sehingga resiko yang terkait dengan ketidstabilan timbulan dihilangkan. b. Kekurangan Kerugian dari sistem ini seperti bukaan atau sumur air tanah harus dipasang di sekitar pit untuk memantau rembesan. Dalam beberapa kasus mungkin perlu untuk memantau setelah sebuah pit telah terisi penuh dan bahkan memompa rembesan keluar untuk mencegah kkontaminasi air tanah. c. Faktor Pertimbangan Metode ini hanya bisa digunakan untuk pertambangan yang dilakukan dengan metode terbuka. Jadi untuk tambang terbuka bisa menggunakan metode ini. d. Sketsa

6. Surface Tailing Storage Facility TSF adalah singkatan dari Tailings Storage Facility, atau Fasilitas Penyimpanan Tailing, biasanya sebuah area penyimpanan di permukaan yang digunakan untuk menyimpan tailing yang biasanya berbentuk lumpur (slurry). Tailing yang tersimpan di permukaan 9

biasaya diendapkan dalam tujuan membangun tanggul penahan. Penyimpanan impoundment konvensional adalah yang paling umum dan biasanya memiliki tanggu lebih tinggi daripada fasilitas penyimpanan thickened, paste dan dry stack. Tanggul untuk fasilitas penyimpanan konvensional dirancang untuk mempertahankan tailing dan air, sedangkan fasilitas thickened dan dry stack memiliki tanggul yang dirancang untuk menahan runoff, bleed water dan fines daripada berat massa tailing itu sendiri. Prinsip desain dari surface thickened, paste dan dry stack adalah untuk menciptakan gundukan tailing mandiri daripada mengandalkan kekuatan penahan tanggul untuk mencegah mobilisasi. a. Kelebihan Di sini padatan tailing akan mencapai sedimentasi, konsolidasi dan desikasi, dan air supernatant akan dipulihkan dan didaur ulang ke pabrik pengolahan atau akan disimpan tanpa berdampak pada lingkungan. Istilah ini merujuk pada fasilitas keseluruhan, dan mungkin melibatkan satu atau lebih penyimpan-penyimpan tailing dan fasilitas terkait. b. Kekurangan TSF perlu dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan standar tertinggi, dengan memperhitungkan kebutuhan akhirnya untuk penutupan dan rehabilitasi. Rencana penutupan dan rehabilitasi semakin mempengaruhi lokasi TSF dan pemilihan metode pembuangan tailing, sehingga dapat meminimalkan biaya penutupan, risiko m...


Similar Free PDFs