Title | Pengukuran Atribut Kognitif dan Non-kognitif Pengukuran Atribut Kognitif dan Non-kognitif |
---|---|
Author | Zaujatul Amna |
Pages | 30 |
File Size | 1.1 MB |
File Type | |
Total Downloads | 188 |
Total Views | 363 |
Pengukuran Atribut Kognitif dan Non-kognitif Zaujatul Amna, S.Psi., M.Sc Banda Aceh Pengukuran..... • Pengukuran Skala Psikologi mempelajari tentang pengukuran psikologis, yang terdiri dari atribut-atribut kognitif dan atribut-atribut non kognitif. • Pengukuran atribut kognitif harus menggunakan pri...
Pengukuran Atribut Kognitif dan Non-kognitif
Zaujatul Amna, S.Psi., M.Sc Banda Aceh
Pengukuran..... • Pengukuran Skala Psikologi mempelajari tentang pengukuran psikologis, yang terdiri dari atribut-atribut kognitif dan atribut-atribut non kognitif. • Pengukuran atribut kognitif harus menggunakan prinsip-prinsip yang jelas, komprehensif dan spesifik. Pengukuran atribut kognitif di bedakan menjadi tiga: Tes Prestasi Belajar, Inteligensi dan Potensi Intelektual. • Pengukuran atribut non-kognitif menggunakan berbagai macam model skala untuk pengukuran atributnya. Sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk instrument pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire), daftar isian, inventori, dan lain – lainnya. • Dalam pengembangan instrument ukur, istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan kognitif , sedangkan istilah skala untuk menamakan alat ukur atribut non – kognitif. atau istilah skala psikologi selalu mengacu kepada bentuk alat ukur atribut non – kognitif, khususnya yang disajikan dalam format tulis (paper and pencil) (Azwar, 2012 ).
Klasifikasi Tes Objek Ukur
Kognitif
Terstruktur, Responnya jenis pendapat (judgment) respon dapat dikategorikan benar/salah bersifat objektif.
Atribut Psikologi
Non-Kognitif (aspek afektif & kepribadian)
Unstructured Responnya jenis ekspresi sentiment (exspression of sentiment) responnya tidak diketahui subjek/ bersifat subjektif Bersifat proyektif semua respons benar menurut subjektifitas testi
Sumber: Azwar, 2002
KLASIFIKASI TES
10/28/2019
Berdasarkan atribut yang diukur
1. 2.
Tes kognitif Tes non kognitif
Berdasarkan bentuk penyajian/ banyaknya testi
1. 2.
Tes individual Tes kelompok
Berdasarkan tipe tes
1. 2.
Power tes Speed tes
Berdasarkan cara menyelesaikannya
1. 2.
Tes verbal Tes non verbal
Berdasarkan materi yang berhubungan dengan tinjauan teoritis
1. 2.
Tes Proyektif Tes non proyektif 4
1. Atribut kognitif (kemampuan) • Pengukuran tentang atribut psikologi yang menunjukkan kapasitas intelektual atau fungsi fikir manusia atau biasa disebut sebagai kemampuan • Pengukuran atribut kognitif dibedakan menjadi: 1. Tes prestasi belajar 2. Inteligensi 3. Potesnsi intelektual
Langkah-langkah Pengembangan Alat Ukur Atribut Kognitif Menentukan wilayah yang akan dikenai pengukuran. Misalnya tentang Hasil belajar, intelegensi dan potensi intelektual Menentukan dasar konseptual/ teori yang akan digunakan Menentukan subyek yang akan dikenai pengukuran Menentukan tujuan pengukuran Menentukan materi alat ukur. Materi yang dapat digunakan adalah kumpulankumpulan materi non projektif yang digunakan untuk menyusun instrumen pengukuran, misalnya materi verbal, non verbal dan materi yang berupa tugas penampilan (Performance)
Langkah-langkah Pengembangan Alat Ukur Atribut Kognitif Menentukan tipe soal materi dengan memperhatikan: 1). Alat ukur menuntut subyek merespon dengan uraian (tes berupa uraian atau esai) dan 2) Alat ukur menuntut subyek memilih alternatif jawaban yang disajikan atau ditawarkan (tes berupa soal obyektif). Menentukan jumlah soal untuk keseluruhan alat ukur. Faktor dalam penentuan banyak soal tes berdasarkan hubungan antara banyaknya soal dengan bobot soal dan hubungan antara banyak soal dan reabilitas tes. taraf reabilitas ditentukan berdasakan hubungan antara banyaknya soal dengan waktu tes dan hubungan antara banyaknya soal dengan uji coba tes (Spearman-Brown) Menentukan jadwal penyusunan tes Analisis soal. Analisis soal bertujuan untuk melihat sejauhmana soal memiliki Taraf kesukaran soal, Daya beda soal, dan Validitas dan reliabilitas
Langkah-langkah Pengembangan Alat Ukur Atribut Kognitif Merencanakan taraf kesukaran soal dan distribusinya. Kesukaran soal merupakan proporsi atau presentase subyek yang menjawab soal dengan benar. dimana, p = B/T P : Indeks kesukaran soal. B : Banyaknya subyek yang menjawab soal dengan benar. T : Banyaknya subyek yang mengerjakan soal .
Menyusun kisi-kisi atau “test blue print”. Tujuan penyusunanya adalah : sebagai petunjuk efektif bagi penyususn tes. Merencanakan tugas-tugas untuk para penulis soal. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan: penulis soal, lokasi waktu untuk penulisan soal, bentuk penugasan, catatan-catatan mengenai soal, dan penelaahan soal. Perakitan dan penyusunan instruksi soal serta waktu soal
Merencanakan jadwal penerbitan tes.
Tes Prestasi Belajar • • • •
Tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan performance maksimal subjek dalam menguasasi materi Bertujuan untuk mengungkap keberhasilan dalam belajar. Tujuan pengukuran dikaitkan dengan fungsi evalusi dari tes, apakah sebagai penempatan, sumataif, diagnostik dan formatif. Titik fokus pada aspek kognitif. Manfaatnya mengumpulkan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan
Fungsi tes prestasi belajar : 1. Fungsi penempatan: untuk pemilihan jurusan 2. Fungsi formatif : untuk evaluasi dan kemajuan belajar. 3. Fungsi diagnostik: untuk melihat kesukaran belajar 4. Fungsi sumatif : untuk tingkat kelulusan
Prinsip Pengukuran Tes Prestasi
• • • • • •
Pengukuran harus dibatasi secara jelas dengan tujuan instruksional Pertanyaan harus mewakili dari materi Kesesuaian tipe aitem dengan tujuan pengukuran Tes dirancang untuk tujuan penggunaan hasilnya Reliabilitas tinggi Tes dapat digunakan untuk mengkatkan belajar siswa
Aitem tidak Materi terlalu luas komprehensif Konsep materi Aitem terlalu tidak jelas mudah Keterbatasan Tes Prestasi
Pengembangan tes hasil belajar
Secara umum pengembangan tes belajar meliputi langkahlangkah : • Pengembangan spefikasi tes, penulisan soal, penelaahan soal, perakitan soal (untuk tujuan uji coba), uji coba tes, analisis butir soal, seleksi dan perakitan soal, seleksi dan perakitan soal (bentuk akhir), pencetakan tes, administrasi tes bentuk akhir, dan penyusunan skala dan norma.
Tes Inteligensi • Tes yang mengukur kemampuan kognitif • IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada kondisi saat tertentu (yang dihubungkan dgn norma usia (Anastasi & Urbina, 1997) • Pengukuran inteligensi sangat tergantung pada dasar teori yang digunakan • Tes inteligensi bukan mengukur kemampuan tunggal tetapi komposit dari berbagai fungsi • Tes inteligensi (untuk sekolah) mengukur kemampuan verbal, simbol, numerik dan simbol abstrak. Contoh: Binet, WAIS, WISC, IST
Pengembangan tes intelegensi
• Pengembangan tes intelegensi juga mengikuti langkah-langkah yang sama dengan tes atribut kognitif lainnya. • Pada saat praktek pelaksanaannya berbeda. Hal ini terjadai karena: a) Kompleksitas inteligensi lebih tinggi dari pada hasil belajar, b) Proses pengambilan data memerlukan waktu yang lebih panjang, dan c) Proses penyusunan norma memerlukan waktu dan kerja lebih banyak.
Tes Potensial Khusus •
Dikenal juga dengan sebutan tes potensi intelektual khusus (special aptitude test)
•
Tes potensial khusus banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Misalkan saat seleksi, tes Potensi Akademik, dan tes lainnya yang berkaitan dengan minat dan bakat seseorang dalam bidang tertentu.
•
Bertujuan untuk mengukur kemampuan potensi dalam bidang tertentu.
• -
Beberapa alasan kenapa tes ini penting Meningkatnya pengakuan terhadap variasi intra individual dalam kinerja pada tes inteligensi Menemukan posisi individu pada kelompok soal tertentu Dimanfattkan untuk analisis faktor
Pengembangan Tes Potensi Intelektual
•
Pada dasarnya pengembangan tes potensi intelektual khusus (special aptitude test) sama dengan pengembangan tes atribut kognitif lainnya, akan tetapi pengembangan tes ini timbul karena banyak kebutuhankebutuhan yang ada di dalam masyarakat tidak dijawab dengan memuaskan apabila orang hanya mengandalkan pada penerapan tes intelegensi.
•
Tes potensi intelektual khusus ini memberikan gambaran tentang profil intelektual yang menampilkan kekuatan dan kelemahan individu yang dites.
2. Atribut Non-kognitif (bukan kemampuan)
Atribut non kognitif (bukan kemampuan kognitif) kadang-kadang disebut sebagai atribut kepribadian dan sebagai atribut efektif. Pengukuran bersifat psikologis, misalnyal: kepribadian, harga diri, kecemasan, kebahagiaan.
Menyangkut metoda penyusunan instrumen, atribut ini dikenal sebagai performansi tipikal (typical performance). Performansi tipikal inilah yang menjadi objek ukur skala-skala psikologi (Cronbach, 1970) Untuk pengukuran atribut non kognitif diperlukan respon jenis ekspresi sentimen (expression ofsentiment), yaitu jenis respon tidak dapat dinyatakan benar atau salah, atau sering dikatakan semua respons benar menurut alasannya masing-masing.
Langkah-langkah Pengembangan Alat Ukur Atribut Non-Kognitif
Secara garis besar pengembangan atribut noon-kognitif sebagai berikut : Pengembangan spesifikasi Penulisan pernyataan-pernyataan Penelaahan pernyataan-pernyataan Perhatikan pernyataan-pernyataan kedalam perangkat instrumen Uji coba Analisis uji coba Seleksi dan perakitan pernyataan Pencetakan instrumen Administrasi instrumen Penyusunan skala dan norma.
Pembuatan Ukuran Tentukan Domain Konsep Lakukan Perbaikan dan Pemurnian Buat Sampel Item Pertanyaan Nilai Validitas Kumpul Data
Tahapan Penyusunan Skala Psikologi Konstrak Psikologi
Penskalaan
Operasional atribut
Jenis skala
Blue Print Penulisan aitem Analisis & Seleksi Aitem Reliabitas & Validitas
Uji Coba Format Final : pengukuran dan norma
Pengembangan skala model Likert
• Model ini sebenarnya bernama metode summated ratings. Tetapi karena modelnya pertama kali diusulkan oleh Rensis Likert (1931), maka model skala ini terkenal dengan nama skala model Likert atau skala Likert. Skala ini tergolong skala untuk orang dan pada rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap, walaupun kemudian penerapannya juga dilakukan terhdap hal-hal lain selain sikap.
LIKERT SCALE
LIKERT SCALE
Pengembangan skala dengan metode perbandingan pasangan (Skala Thurstone)
• Dasar teori metode perbandingan pasangan ini adalah “hukum pendapat komparatif” (law of comparative judgment) yang dirumuskan oleh Thurstone (1927) • Thurstone mengembangkan 3 macam teknik penyusunan skala sikap yang satu sama lain terkait, yaitu : Metode perbandingan pasangan, Metode interval nampak sama, dan Metode interval suksesif. • Ketiga metode ini semuanya menggunakan pendapat suatu panel penentu pendapat mengenai dukungan atau kepositifan relatif pernyataan-pernyataan sikap terhadap objek sikap tertentu.
Question....?...