Perbandingan Strategi Pengembangan Infrastruktur dalam Meningkatkan Pelayanan Penumpang di PT. Angkasa Pura II (Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, dan Bandara Internasional Minangkabau PDF

Title Perbandingan Strategi Pengembangan Infrastruktur dalam Meningkatkan Pelayanan Penumpang di PT. Angkasa Pura II (Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, dan Bandara Internasional Minangkabau
Author fajar nurjihad
Pages 16
File Size 313.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 99
Total Views 167

Summary

Perbandingan Strategi Pengembangan Infrastruktur dalam Meningkatkan Pelayanan Penumpang di PT. Angkasa Pura II (Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, dan Bandara Internasional Minangkabau) Muhammad Shobirin, Hapzi Ali Abstrak Pembangunan infrastruktur bandar udara di...


Description

Perbandingan Strategi Pengembangan Infrastruktur dalam Meningkatkan Pelayanan Penumpang di PT. Angkasa Pura II (Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, dan Bandara Internasional Minangkabau) Muhammad Shobirin, Hapzi Ali

Abstrak Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat pengguna transportasi udara. Tujuan penelitian untuk mengetahui strategi pengembangan infrastruktur Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam meningkatkan pelayanan penumpang di bandara berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal bandar udara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode analisis data yaitu analisis SWOT, IFAS, EFAS dan Matrix SWOT. Tehnik pengumpulan data secara kuesioner dalam mengkaji faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan total nilai rata-rata tertimbang 2,885 pada matrix IFAS menunjukkan strategi perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan berada di atas rata-rata dan kondisi internal perusahaan cenderung kuat. Sedangkan nilai faktor eksternal Bandara Internasional Soekarno-Hatta di atas ratarata 2,5, Bandara Internasional Soekarno-Hatta harus tetap berupaya maksimal untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman yang dapat mempengaruhi perusahaan. Hal ini terlihat pada keunggulan kompetitif yang diperoleh Bandara Internasional Soekarno Hatta dibandingkan dengan Bandara Internasional Kualanamu dan Bandara Internasional Minangkabau. Terdapat empat alternatif strategi yang dapat diterapkan Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng sehubungan dengan pengembangan infrastruktur dalam meningkatkan pelayanan penumpang di Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Dari empat strategi tersebut (SO, WO, ST, WT) digunakan untuk diterapkan dalam pengembangan strategi yang dapat disarankan pada manajemen Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Kata Kunci: Pengembangan infrastruktur, analisis SWOT, alternatif Strategi

PENDAHULUAN Bandar udara selama ini telah dipersepsikan sebagai pintu gerbang suatu daerah, wilayah bahkan negara dan juga telah menjadi simbol prestise tersendiri yang akan diingat oleh penumpang pesawat udara baik domestik maupun internasional. Kemajuan di bidang penerbangan telah merubah wajah dan peta perkembangan perekonomian, mobilitas penduduk, dan pembangunan secara luas. Untuk itu pembangunan infrastruktur bandar udara harus direncanakan kapasitasnya agar mampu melayani kegiatan penerbangan terutama penumpang yang cenderung meningkat cepat. Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan sebagai penunjang dalam menggerakkan dinamika pembangunan, memperlancar mobilitas manusia, barang, dan jasa serta mendukung peningkatan hubungan secara nasional dan internasional. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan terus melakukan peningkatan layanan dan membangun infrastruktur Bandar Udara di berbagai daerah. Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat pengguna transportasi udara. Pada dasarnya, permasalahan kapasitas akan menyebabkan efek domino tersendiri bagi arus lalu lintas di Bandara. Penumpang yang setiap tahun terus meningkat akan merasa kurang nyaman karena semakin padatnya penumpang yang tidak dimbangi dengan perluasan kapasitas serta penambahan fasilitas yang mendukung kenyamanan penumpang sehingga akan menyebabkan kerugian tersendiri bagi penumpang (Destiani, 2014). PT. Angkasa Pura II adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Kementerian BUMN yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Berdirinya PT. Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara yang memprioritaskan pelayanan kepada pengguna jasa transportasi udara. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, PT. Angkasa Pura II harus telah memenuhi penilaian yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan. Berdasarkan hal ini Kementerian Perhubungan telah menginstruksikan kepada seluruh pengelola bandar udara di seluruh Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang. PT. Angkasa Pura II telah mengelola 19 Bandara, antara lain yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud

Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang), Silangit (Tapanuli Utara), Kertajati (Majalengka), Banyuwangi (Banyuwangi), Tjilik Riwut (Palangkaraya), Radin Inten II (Lampung), H.A.S Hanandjoeddin (Tanjung Pandan), dan Fatmawati Soekarno (Bengkulu). Pada tahun 2019, PT Angkasa Pura II (Persero) mendapat tiga penghargaan dari Asia-Pacific Stevie Awards 2019. Penghargaan ini sendiri diakui sebagai penghargaan bisnis tertinggi di dunia. Di wilayah AsiaPasifik, Stevie Award diperebutan oleh seluruh organisasi bisnis yang berada di 29 negara wilayah tersebut. Salah satu penghargaan Asia-Pacific Stevie Awards 2019 yang berhasil diraih PT. Angkasa Pura II adalah Gold Stevie Winner, sebagai penghargaan atas inovasi terhadap manajemen layanan pelanggan, perencanaan, dan pelatihan. Tentunya penghargaan ini, merupakan komitmen atas kerja keras seluruh jajaran. Sekaligus bentuk pengakuan Angkasa Pura II dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa Bandara (https://www.angkasapura2.co.id). Bandara merupakan bagian dari pelayanan penumpang harus memiliki kinerja pelayanan yang baik agar menghasilkan pelayanan yang lancar, aman, nyaman, handal, dan berkemampuan tinggi serta diselenggarakan secara terpadu, tertib, efektif, dan efisien. Untuk menjalankan hak tersebut harus jalankan strategi yang baik dalam membrikan pelayanan kepada pengguna jasa bandara. Dengan penerapan strategi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kekuatan pelayanan yang diterapkan suatu bandara di PT. Angkasa Pura II yang nantinya akan meningkatkan nilai Perusahaan. Bahkan saat ini pelayanan bandara yang prima akan menjadi refleksi dari keberhasilan perusahaan. Sebagaimana diuraikan pada latar belakang, permasalahan pokok yang dihadapi adalah bagaimana Perbandingan strategi perkembangan infrastruktur yang dilakukan oleh pengelola bandara dalam peningkatan pelayanan penumpang di PT. Angkasa Pura II (Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, dan Bandara Internasional Minangkabau) berdasarkan kombinasi dari faktor internal dan faktor eksternal bandar udara?. Tujuan Penelitian untuk mengetahui perbandinga strategi pengembangan infrastruktur di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, dan Bandara Internasional Minangkabau) dalam meningkatkan pelayanan penumpang di bandara berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal bandar udara. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian strategi menurut pendapat para ahli ada beberapa macam. Kata strategi berasal dari kata strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Menurut Stephanie K. Marrus yang di kutip Fatoni (2015) menyatakan bahwa “strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut Pearce dan Robinson, strategi adalah rencana main dari suatu perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan mengenai kapan, dimana dan bagaimana ia harus bersaing dalam menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu. Strategi pengembangan merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dalam organisasi dengan tujuan pencapaian efektifitas dalam suatu tujuan organisasi, dengan pencapaian kerjasama yang baik atar individu dan organisasi (Siagian, 2000). Menurut Hajisarosa P (1980) dalam Liu, dkk (2009), strategi pengembangan diartikan sebagai penjabaran upaya-upaya yang perlu dilaksanakan untuk mencapai sasaran. Strategi dan sasaran merupakan proses yang bersifat interaktif, karena strategi senantiasa harus terkait dengan sasaran. Strategi pengembangan merupakan langkah yang perlu ditempuh untuk mewujudkan keadaan keseimbangan, walaupun dengan tingkat perataan yang rendah. Infrastruktur Secara umum, definisi infrastruktur dapat dijelaskan sebagai suatu sistem fasilitas fisik yang mendukung kehidupan, keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu masyarakat atau komunitas. Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada ketersediaan sarana prasarana penunjang. Dalam konteks infrastruktur di Indonesia, infrastruktur di Indonesia lebih dikenal dengan prasarana (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sarana memiliki sifat mobile seperti mobil, kereta dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana memiliki sifat tidak mobile dan merupakan elemen pendukung kegiatan perkotaan seperti jalan, lahan parkir dan jembatan (Rifka, 2010). Infrastruktur bandar udara meliputi komponen teknis, tenaga kerja dan administratif. Komponen teknis berupa bangunan dan struktur, landasan pacu, lampu suar aerodrome, kendaraan, pengatur lalu lintas udara, fasilitas radar, komunikasi, ruang tunggu dan situs web. Tenaga kerja berupa personel keamanan, personel landasan pacu, agen tiket, pengawas bandar udara, penangan bagasi, pengatur lalu lintas udara, jabatan manajemen, dll. Komponen

administratif berupa organisasi, struktur yang (https://id.wikipedia.org/wiki/Infrastruktur_bandar_udara)

cocok

untuk

lanjutan

dan

lain-lainnya

Kualitas Pelayanan Menurut Moenir (2006) dalam Yuliana (2015) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada 2 (dua) jenis, yaitu layanan fisik yang sifatnaya pribadi sebagi manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi, baik itu organisasi massa atau negara. Pelayanan secara umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang sesuai dengan haknya (Sinambela, 2010 dalam Yuliana 2015). Menurut Parasuraman et al (1990) dalam Tangkilisan (2008) Kualitas layanan meliputi lima dimensi yaitu: (1). Tangibles, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, personilnya dan sarana komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik, penampilan karyawan, peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam memberi layanan, fasilitas fisik seperti gedung, ruang tempat layanan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, tempat parkir merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa karena akan memberikan sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan perusahaan. Penampilan karyawan yang baik akan memberikan rasa dihargai bagi pelanggan yang dilayani sedang dalam peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam memberikan layanan akan memberikan kontribusi pada kecepatan dan ketepatan layanan. (2). Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan kinerja pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan pasti. Hal ini berarti bahwa pelayanan harus tepat waktu dan dalam spesifikasi yang sama, tanpa kesalahan, kapanpun pelayanan tersebut diberikan. (3) Responsiveness (keikutsertaan), yaitu kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. Hal ini tercermin pada kecepatan, ketepatan layanan yang diberikan kepada pelanggan, keinginan karyawan untuk membantu para pelanggan (misal: customer service memberikan informasi seperti yang diperlukan pelanggan), serta adanya karyawan pada jam-jam sibuk (seperti tersedianya teller pada jam-jam sibuk). (4). Assurance, yaitu kemampuan , kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan. Berkaitan dengan kemampuan para karyawan dalam menanamkan kepercayaan kepada pelanggan, adanya perasaan aman bagi pelanggan dalam melakukan transaksi, dan pengetahuan serta sopan santun karyawan dalam memberikan layanan kepada konsumen, pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan akan menimbulkan kepercayaan serta keyakinan terhadap perusahaan. (5).Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Hal ini berhubungan dengan perhatian atau kepedulian karyawan kepada pelanggan (misal: untuk menemui karyawan senior), kemudahan mendapatkan layanan (berkaitan dengan banyaknya outlet, kemudahan mendapatkan informasi melalui telepon). Kepedulian karyawan terhadap masalah yang dihadapinya. Perusahaan memiliki objektifitas yaitu: memperlakukan secara sama semua pelanggan. Semua pelanggan berhak untuk memperoleh kemudahan layanan yang sama tanpa didasari apakah mempunyai hubungan khusus dengan karyawan atau tidak (Arief, 2011). Profil Bandara Soekarno Hatta Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta (bahasa Inggris: Soekarno–Hatta International Airport) (IATA: CGK, ICAO: WIII) disingkat SHIA atau Bandar Udara Cengkareng dengan IATA penunjuk "CGK", merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani penerbangan untuk Jakarta, Indonesia. Bandar udara ini diberi nama sesuai dengan nama dwitunggal tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, yang sekaligus merupakan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama. Nama populer dalam masyarakat adalah Bandara Cengkareng oleh karena berdekatan dengan wilayah Cengkareng, Jakarta Barat, meskipun secara geografis berada di Kecamatan Benda, Kota Tangerang. Bandara ini mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1985, menggantikan Bandar Udara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Bandara Soekarno-Hatta memiliki luas 18 km², memiliki 2 landasan paralel yang dipisahkan oleh 2 taxiway sepanjang 2,4 km. (https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_SoekarnoHatta). Terminal 1 adalah terminal pertama yang dibangun, selesai pada tahun 1985. Terletak di sisi selatan bandara, di seberang Terminal 2. Terminal 1 memiliki 3 sub-terminal, masing-masing dilengkapi dengan 25 loket check-in, 5 loket bagasi dan 7 Gerbang. Ini memiliki kapasitas untuk menangani 9 juta penumpang per tahun. Setiap bangunan terminal dibagi menjadi 3 concourse. Terminal 1A, 1B, dan 1C. digunakan (kebanyakan) untuk penerbangan domestik oleh maskapai lokal. Dalam rencana baru, Terminal 1 akan memiliki kapasitas meningkat menjadi 18 juta penumpang per tahun. Terminal 2D dan 2E digunakan untuk melayani semua penerbangan internasional kecuali Garuda Indonesia. Terminal 2D untuk semua maskapai asing yang dilayani oleh PT Jasa Angkasa Semesta, salah satu kru darat bandara. Terminal 2E dan 2F untuk penerbangan internasional untuk maskapai lokal. Terminal 3 selesai dibangun pada tanggal 15 April 2009.

Saat ini ada 2 Maskapai penerbangan yang menggunakan Terminal 3 yaitu Indonesia AirAsia dan Mandala Airlines. Dan direncanakan dapat didarati pesawat model Airbus A380. SHIA melakukan pendaratan perdana pesawat A380 (SQ-232) pada tanggal 4 Mei 2012 walaupun status pendaratan sendiri adalah divert landing. Ketika penyelesaian Terminal 3 telah dibuka,seluruh penerbangan Garuda Indonesia akan berpindah ke Terminal 3 dan maskapai pengguna lama akan kembali tempat semula. Profil Bandara Internasional Kualanamu Bandar Udara Internasional Kualanamu (bahasa Inggris: Kualanamu International Airport) (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah Bandar Udara Internasional yang melayani Kota Medan, Sumatra Utara. Bandara ini terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 km arah timur dari pusat kota Medan.[1] Bandara ini adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia (setelah Soekarno–Hatta Jakarta dan yang baru Bandar Udara Internasional Kertajati Majalengka, Jawa Barat. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra Utara. Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Tahap I bandara dapat menampung 8,1 juta-penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun, sementara setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang per tahun.Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektaree dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3 hektaree. Bandara Internasional Kualanamu memiliki panjang landas pacu 3,75 km yang cocok untuk didarati pesawat sebesar Boeing 777 & mempunyai 8 garbarata. Walaupun fasilitasnya belum terpasang, bandara ini sanggup didarati oleh pesawat penumpang Airbus A380, Antonov An-225, dan Boeing 7478. Bandara ini juga adalah bandara keempat di Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain Surabaya, Jakarta, dan Batam (https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Kualanamu) Profil Bandara Internasional Minangkabau Bandar Udara Internasional Minangkabau (kode IATA: PDG, kode ICAO: WIEE) atau biasa disingkat BIM adalah bandar udara bertaraf internasional utama di provinsi Sumatera Barat yang melayani penerbangan-penerbangan dari dan ke Kota Padang. Bandara ini berjarak sekitar 24 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Bandar Udara Internasional Minangkabau mulai dibangun pada tahun 2001, dan dioperasikan secara penuh pada 22 Juli 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing. BIM merupakan bandara satu-satunya di dunia yang memakai nama etnis. Pada tahun 2006, bandar udara ini ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai tempat embarkasi dan debarkasi haji untuk wilayah provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, dan sebagian Jambi. Sejak 1 Juli 2012, jam operasional bandara ini diperpanjang oleh PT Angkasa Pura II hingga pukul 24.00 WIB, yang sebelumnya hanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB. Bandar Udara Internasional Minangkabau dibangun sebagai pengganti Bandar Udara Tabing yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan penerbangan setelah 34 tahun lamanya digunakan. Pembangunan bandara ini mulai dilakukan pada tahun 2001 dengan menghabiskan biaya sekitar 9,4 miliar Yen, dengan 10% di antaranya (sekitar 97,6 miliar Rupiah) merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB). Konstruksinya melibatkan kontraktor Shimizu dan Marubeni J.O. dari Jepang, dan Adhi Karya dari Indonesia. Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km² dengan landasan pacu sepanjang 2.750 meter dengan lebar 45 meter. Penerbangan domestik dan internasional dilayani oleh terminal seluas 12.570 m² yang berkapasitas sekitar 2,5 juta penumpang setiap tahunnya. Bandar udara ini adalah bandara kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta yang pembangunannya dilakukan dari awal. Rencana induk pembangunan bandara ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap keduanya dimulai pada tahun 2010. Setelah semua tahap selesai pengerjaannya, panjang landasan bandara ini akan diperpanjang menjadi 3.600 meter, yang juga dilengkapi denganlandasan penghubung (taxiway) paralel di sepanjang landasan. Selama tahun 2011, jumlah penumpang di bandara ini telah mencapai 1,3 juta, dua kali lipat lebih dari yang ditargetkan pada tahun 2010 yaitu 622.000 penumpang. Sejalan dengan perkembangan bandara, pemerintah daerah telah membangun jalan layang di perempatan jalan masuk menuju bandara, yang disusul dengan pelebaran ruas jalan Tabing—Duku sepanjang 10 km yang merupakan bagian dari ruas jalan Padang—Bukittinggi (http://minangkabau-airport.co.id/id/general/about-us). Menurut Subekti (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi penyelenggara dalam merumuskan ...


Similar Free PDFs