Percaya Kebenaran Adalah Iman PDF

Title Percaya Kebenaran Adalah Iman
Author Felix Febriano
Pages 7
File Size 405.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 44
Total Views 70

Summary

Percaya Kebenaran Adalah Iman Dan Bagaimana Iman Menurut Søren Kierkegaard Felix Febriano 20201000055 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 20201 Di zaman kita, seperti yang telah dikatakan, tidak ada yang puas dengan iman, tetapi "terus berjalan&...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Percaya Kebenaran Adalah Iman Felix Febriano Felix Febriano

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Ringkasan Filsafat Manusia Erika Damayant i

Sejarah Filsafat olvin jene Robert spaemann-Cint a dan parjo rust am

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Percaya Kebenaran Adalah Iman Dan Bagaimana Iman Menurut Søren Kierkegaard

Felix Febriano 20201000055

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 20201

Di zaman kita, seperti yang telah dikatakan, tidak ada yang puas dengan iman, tetapi "terus berjalan". Pertanyaan ke mana mereka melanjutkan mungkin merupakan pertanyaan yang konyol; Padahal, itu adalah tanda urbanitas dan budaya untuk mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki keyakinan, untuk memulai, karena selain itu adalah pernyataan yang aneh untuk mereka buat, bahwa mereka melangkah lebih jauh. D i masa lalu itu berbeda (Archie & Archie, Truth is Faith, 2003). Iman merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya (Welianto, 2020). Tema ini sangat menarik untuk saya, saat memikirkannya muncul beberapa pertanyaan, Namun bagaimana?, apakah iman yang diri kita pahami selama ini sudah benar? Secara teori estetik. Mari kita lihat pendapat seorang filsafat yaitu Søren Kierkegaard tentang iman sebagaimana yang ia percayai dan yakini. Kierkegaard adalah seorang filsuf Denmark yang sangat penting di awal abad ke-19. Dia mengkritik Hegel dengan keras. Tapi selain tidak menyukai Hegel, dia hanya mencontohkan sebagian besar hal yang tidak saya sukai dalam diri seorang filsuf. Saya suka filsuf yang memberi tahu Anda apa yang mereka pikirkan dengan jelas dan lugas. Kierkegaard menulis dengan banyak nama samaran, kurasa secara puitis, tapi dengan sembrono. Saya pikir akal adalah metode filsafat. Kierkegaard berpikir kita harus menerima kontradiksi dan membuat lompatan keyakinan (Perry, 2011) Kierkegaard menjadikan iman sebagai sebuah pandangan hidup dan cara hidup orang beriman dalam perjuangann mengisi kehidupan. Iman sebagai subjektivitas dan melampaui yang universal itu mengakibatkan iman itu sendiri tertutup bagi segala sesuatunya. Tertutupnya iman membuat iman tersebut menjadi hal yang absolut. ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari pemikiran Kierkegaard, yaitu yang pertama, Kierkegaard mengubah pikiran kita bahwa untuk menjadi seorang kristen tidak cukup hanya memahami sebuah doktrin namun penting untuk menghidupinya dalam diri kita. lalu, Kierkegaard menyadarkan orang kristen bahwa untuk menghidupkan kembali ajaran Kristus kita membutuhkan keteguhan, niat, tujuan dan antusiasme. kemudian Kierkegaard menyadarkan kita bahwa kita adalah pribadi-pribadai yang independen dan bukan kumpulan masa. Dan juga, Kierkegaard menyadarkan kita bahwa perubahan harus dimulai dari diri sendiri dan bukan dari institusi atau orang lain (McDonald, 2007). Kierkegaard mempunyai pandangan yang khas secara eksistensi, bahwa manusia pada prinsipnya adalah individu dan individu itu sendiri identik dengan kebebasan. Setiap manusia, setiap individu menciptakan diri dan

dunianya melalui suatu pilihan bebas, yang dipilih dan diputuskan send iri oleh manusia yakni individu itu sendiri. Individu itulah yang nantinya menjadi kata kunci atau penentu dalam mengemukakan “ya” atau “tidak” untuk suatu prilaku dan perbuatan mereka. Satu aspek yang melekat pada kebebasan adalah tanggung jawab. Kebebasan dan tanggung jawab ibaratkan dua buah sisi dari sebuah koin. Tidak bisa dibenarkan jika seseorang yang mengakui dirinya bebas, tapi tidak mau bertanggung jawab atas kebebasannya itu. Konsekuensi apapun dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang individu adalah tanggung jawab individu itu. Orang lain bisa saja misalnya mengambil alih tanggung jawab itu, tetapi hati nurani si pelaku tidak bisa dibohongi bahwa tanggung jawab yang bersifat pribadi itu tidak bisa digantikan oleh siapapun. Ia sejauh jujur terhadap dirinya akan menyadari bahwa seharusnya ia sendirilah yang bertanggung jawab atas segenap perbuatannya. Menurut Kierkegaard ada tiga tahap eksistensi manusia : A.Tahap Estetis Tahap ini dimana orientasi manusia sepenuhnya digunakan untuk mendapatkan kesenangan. Pada tahap ini dikuasai oleh nafsu. Hal ini senada dengan kepribadian milik Sigmund Freud, yang mengatakan bahwa kehidupan manusia seputar kebutuhan akan seksualnya. Dan ketika dimana kebutuhan akan seksual tidak terpenuhi maka individu akan mengalami gangguan. Kembali ke teori Kierkegaard, ia menyatakan bahwa manusia estetis adalah manusia yang hidup tanpa jiwa. Manusia tidak mempunyai akar dan isi di dalam jiwanya. Kemauannya adalah mengikatkan diri pada kecendrungan masyarakat dan zamannya. Yang menjadi trend dalam masyarakat menjadi petunjuk hidupnya dan oleh sebab itu ia ikuti secara seksama. Namun kesemuanya itu tidak dilandasi oleh passion apapun, selain keinginan untuk sekedar mengetahui dan mencoba. Pada tahap ini Kierkegaard menggambarkannya dengan sosok Don Juan. Don Juan yang merupakan seorang hedonis yang tidak mempunyai komitmen dan keterlibatan apapun dalam hidupnya. Tidak ada cinta dan tidak ada keterikatan untuk mengikatkan diri dalam suatu komitmen, selalu berpetualang untuk mencari kesenangan. Inilah manusia estetis yang hidup untuk dirinya sendiri, untuk kesenangan dan kepentingan pribadinya. B.Tahap Etis Pada tahap ini ada semacam “pertobatan” dimana individu mulai menerima kebajikan-kebajikan moral dan memilih untuk mengikatkan diri kepadanya. Prinsip kesenangan yang biasanya selalu “diagung-agungkan”

kini dibuang jauh-jauh dan sekarang ia mulai menerima dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Jiwa pada manusia etis sudah mulai terbentuk, sehingga hidupnya tidak lagi tergantung pada masyarakat dan zamannya. Akar-akar kepribadian cukup kuat dan tangguh. Akar kehidupannya ada di dalam dirinya sendiri, dan pedoman hidupnya adalah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi. Mungkin membutuhkan lebih banyak keberanian dan menimbulkan lebih banyak kecemasan daripada menaiki tangga langkah demi langkah yang mantap. Satu keluar lebih dari 70000 depa. Tapi Climacus adalah seorang humoris. Humor dicirikan sebagai sarana “mencabut” eksistensi. Meskipun Climacus menulis tentang iman Kristen, dia tidak menjalankannya. Dia mewakili dalam modalitas kemungkinan apa yang hanya bisa dialami dalam modalitas aktualitas. Pada akhirMenutup Unscientific Postscript , Climacus secara eksplisit mencabut semua yang dia katakan - meskipun dia berhati-hati untuk menambahkan bahwa mengatakan sesuatu dan mencabutnya tidak sama dengan tidak pernah mengatakannya sama sekali. Artinya, pada akhir pseudonim scala paradisi , penulis dengan nama samaran itu menyatakan apa yang dikatakannya menyesatkan - karena menyajikan kontinuitas antara kategori pemikiran manusiawi yang tetap dan ketuhanan dalam bentuk analogi. Tetapi tidak ada analogi dengan yang ilahi

C.Tahap Religius Hidup dalam Tuhan adalh hidup dalam subjektivitas transenden, tanpa rasionalisasi dan tanpa ikatan pada sesuatu yang bersifat duniawi atau mundane. Individu yang hendak memilih jalan religious tidak bisa lain kecuali karena berani menerima subjektivitas transendennya itu subjektivitas yang hanya mengikuti jalan Tuhan dan tidak lagi terikat baik kepada nilai-nilai kemanusiaannya yang bersifat universal (eksistensi etis) maupun pada tuntutan pribadi dan masyarakat atau zaman Dengan pemikiran Kierkegaard, kita bisa sekali lagi memikirkan transendensi — tapi kali ini dengan twist. Kali ini, Kierkegaard mengarahkan kembali pemikiran kita menuju yang transenden dengan semua keterbatasan pemikiran manusia dan menghilangkan yang terakhir dari tempatnya yang dulu dominan di atas realitas kosmik. Dalam studi kita tentang Fragmen, kita akan menemukan bahwa pengetahuan historis kita tentang

transendensi

atau

yang

kekal

adalah

sesuatu

yang

dipikirkan

dan

karenanya

perlu

dipertanggungjawabkan. Kami akan berargumen dalam penelitian kami bahwa, meskipun Kierkegaard sekali lagi menyajikan keyakinan sebagai alternatif dari masalah pemikiran terbatas nalar, ia tetap berpikir bahwa konsep

transendensi kita tidak dangkal atau tidak masuk akal. Sebaliknya, dalam pandangannya, konsep transendensi adalah konsep yang, meski disajikan negatif bagi pemikiran kita, menandakan realitas konsep tersebut. Tentang paradoks absolut, dia menulis: Yang absurd, paradoks, disusun sedemikian rupa sehingga akal tidak memiliki kekuatan sama sekali untuk membubarkannya dalam omong kosong dan membuktikan bahwa itu tidak masuk akal; tidak, itu adalah simbol, teka-teki, teka-teki yang rumit tentang alasan yang harus dikatakan: Saya tidak bisa menyelesaikannya, tidak mungkin dipahami, tetapi tidak berarti bahwa itu tidak masuk akal (Kim, 2010) Kierkegaard percaya bahwa setiap orang akan mati tetapi juga bahwa setiap orang memiliki diri yang abadi, atau jiwa, yang akan berlangsung selamanya. Kebosanan dan kecemasan dapat dikurangi dengan berbagai cara, tetapi satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari keputusasaan adalah memiliki iman yang utuh kepada Tuhan. Memiliki iman total kepada Tuhan, bagaimanapun, lebih dari sekedar menghadiri gereja secara teratur dan berperilaku patuh. Keyakinan membutuhkan komitmen pribadi yang kuat dan dedikasi untuk analisis diri tanpa akhir. Kierkegaard berpikir bahwa memiliki keyakinan total kepada Tuhan, dan dengan demikian melarikan diri dari keputusasaan, sangatlah sulit dan juga sangat penting. tapi mereka juga takut hidup selamanya. Kierkegaard percaya bahwa setiap orang akan mati tetapi juga bahwa setiap orang memiliki diri yang abadi, atau jiwa, yang akan berlangsung selamanya. Kebosanan dan kecemasan dapat dikurangi dengan berbagai cara, tetapi satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari keputusasaan adalah memiliki iman yang utuh kepada Tuhan. Memiliki iman total kepada Tuhan, bagaimanapun, lebih dari sekedar menghadiri gereja secara teratur dan berperilaku patuh. Keyakinan membutuhkan komitmen pribadi yang kuat dan dedikasi untuk analisis diri tanpa akhir. (sparknotes, 2005) Iman adalah sebuah keyakinan yang melekat dalam diri manusia. Keyakinan itu akan menjadi sebuah dasar-dasar nilai kebaikkan yang akan menebar kebaikan terhadap lingkungan sekitar Manusia merupakan makhluk istimewa yang dikaruniai akal, ia bisa melakukan kebaikan atau kejahatan dengan akal. Namun, imanlah yang membuat seorang manusia selalu merasa diperhatikan oleh-Nya, ia menghadirkan Tuhan di kala susah dan senangnya, sehingga ia selalu cenderung kepada kebaikan. Pengaruh keimanan dalam kehidupan manusia akan membawa kepada hal-hal yang baik. Iman akan menuntun manusia terhadap perbuatan-perbuatan yang terpuji dan semakin mendekatkan diri pada pencipta. (Fieser, 2020)

Kehidupan setelah kematian terkadang disebut juga akhirat atau alam baka adalah konsep tentang suatu alam, atau alam itu sendiri baik bersifat fisik maupun transendental, yang di dalamnya suatu bagian esensial dari kesadaran atau identitas seorang individu berlanjut keberadaannya setelah kematian tubuhnya. Menurut berbagai gagasan tentang kehidupan setelah kematian, aspek penting dari seorang individu yang hidup setelah kematian jasmani kemungkinan adalah beberapa elemen parsial, ataupun keseluruhan jiwa atau roh, dari individu tersebut, yang dibawanya dan memberikan identitas diri. Keyakinan pada kehidupan setelah kematian, yang mungkin bersifat naturalis atau supranatural, kontras dengan keyakinan pada ketiadaan atau keterlupaan kekal. Dalam beberapa pandangan populer, keberadaan yang berlanjut ini sering kali terjadi dalam alam rohani, dan dalam pandangan populer lainnya, seorang individu kemungkinan dilahirkan kembali ke dalam dunia ini serta memulai kembali siklus hidup yang lain, mungkin tanpa ingatan akan apa yang telah ia lakukan di masa lalu. Menurut pandangan yang terakhir disebutkan itu, kematian dan kelahiran kembali tersebut dapat terjadi berulang-ulang secara terus menerus sampai sang individu diperkenankan masuk ke suatu Dunia lain atau alam rohani. Pandangan-pandangan utama mengenai kehidupan setelah kematian berasal dari agama, esoterisme, dan metafisika.

Referensi Archie, L., & Archie, J. G. (2003, 28 6). Kierkegaard, Søren. Retrieved from Introduction to Ethical Studies: An OpenSource Reader: https://philosophy.lander.edu/ethics/ethicsbook/x4016.html Archie, L., & Archie, J. G. (2003). Truth is Faith. In S. Kierkegaard, Introduction to Ethical Studies: An Open-Source Reader (pp. 168-184). American: the Free Software Foundation. Fieser, J. (2020, 1 1). CHAPTER 4: FREE WILL. Retrieved from utm.edu: https://www.utm.edu/staff/jfieser/class/120/4freewill.htm Kim, T. (2010). Reasonableness of faith: a study of Kierkegaard’s Philosophical. De Boelelaan: VU Research Portal. McDonald, W. (2007, 03 1). Søren Kierkegaard (1813—1855). Retrieved from Internet Encyclopedia Of Philosophy: A Peer-Reviewed Academic Resource: https://iep.utm.edu/kierkega/ Perry, J. (2011, 11 18). KIERKEGAARD. Retrieved from Philosophy Talk: https://www.philosophytalk.org/blog/kierkegaard sparknotes. (2005, 1 18). Søren Kierkegaard (1813–1855): The Problems of Boredom, Anxiety, and Despair. Retrieved from sparknotes.com: https://www.sparknotes.com/philosophy/kierkegaard/themes/ Welianto, A. (2020, 6 17). Pengertian Iman Menurut Istilah. Retrieved from KOMPAS.com: https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/17/193000569/pengertian-iman-menurutistilah?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Iman%20merupakan%20kepercayaan,alam%20semesta%20 dan%20segala%20isinya....


Similar Free PDFs