Perilaku Organisasi Kekuasaan dan Politik PDF

Title Perilaku Organisasi Kekuasaan dan Politik
Author ANNISA DYAH RISTANTI
Course Perilaku Organisasi
Institution Universitas Jenderal Soedirman
Pages 8
File Size 114.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 260
Total Views 575

Summary

Kekuasaan dan Politik Definisi Kekuasaan Kekuasaan ( power ) mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B, sehingga B melakukannya sesuai keinginan A. Aspek yang paling penting dari kekuasaan adalah apakah terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B terhadap...


Description

Kekuasaan dan Politik Definisi Kekuasaan Kekuasaan (power) mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B, sehingga B melakukannya sesuai keinginan A. Aspek yang paling penting dari kekuasaan adalah apakah terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin besar kekuasaan A dalam hubungan tersebut. Membedakan Kepemimpinan dengan Kekuasaan Kekuasaan tidak memerlukan kesesuaian kesesuaian di antara tujuan-tujuan pemimpin dengan yang dipimpin. Perbedaan kedua terkait dengan arahan dari pengaruh. Kepemimpinan menitikberatkan pada pengaruh ke arah bawah kepada para pengikut. Dasar Kekuasaan 1. Kekuasaan Formal Kekuasaan formal didasarkan pada posisi seorang individu di dalam organisasi. Ini dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberikan imbalan, atau dari wewenang formal. a. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power) Dasar kekuasaan yang bergantung pada ketakutan atas hasil yang negatif akibat kegagalan untuk memenuhi. Kekuasaan untuk memaksa dapat juga berasal dari penahanan informasi yang penting. Orang-orang di dalam organisasi yang memiliki data atau pengetahuan yang diperlukan oleh orang lain maka dapat membuat yang lainnya bergantung pada mereka. b. Kekuasaan Imbalan (Reward Power) Pencapaian kepatuhan yang didasarkan pada kemampuan untuk mendistribusikan imbalan yang mana orang lain memandangnya berharga. Pemberian imbalan ini dapat berupa keuangan, misalnya mengendalikan tingkat gaji, kenaikan dan bonus. Pemberian imbalan bisa berupa non keuangan, misalnya penghargaan, promosi, penugasan pekerjaan yang menarik, para kolega yang ramah, dan sif kerja atau wilayah penjualan yang lebih disukai. c. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power) Kekuasaan yang diterima oleh seseorang sebagai hasil dari posisinya di dalam hierarki formal suatu organisasi. Kekuasaan legitimasi lebih luas daripada kekuasaan untuk

memaksa dan memberikan imbalan, Secara spesifik, meliputi penerimaan dari para anggota atas wewenang posisi, Kita menghubungkan kekuasaan ini sangat dekat dengan konsep hierarki yang baru saja menggambarkan lebih banyak garis dalam diagram struktur organisasi yang memimpin orang untuk mengambil kesimpulan bahwa para pemimpin sangat berkuasa, dan ketika seorang eksekutif yang berkuasa digambarkan, orang orang cenderung untuk menempatkan seseorang pada posisi yang lebih tinggi ketika akan menggambarkan diagram struktur organisasi. 2. Kekuasaan Pribadi a. Kekuasaan Karena Keahlian (Expect Power) Pengaruh yang dikerahkan sebagai hasil dari keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan. Seiring dengan pekerjaan menjadi lebih terspesialisasi, kita menjadi semakin bergantung pada para ahli untuk mencapai tujuan. Misalnya, dokter dan para ahli komputer, akuntan pajak, ekonomi, ahli psikologi industri, dan para ahli spesialis lainnya yang mengerahkan kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka. b. Kekuasaan Acuan (Referent Power) Pengaruh yang didasarkan pada identifikasi dengan seseorang yang memiliki sumber daya atau sifat pribadi yang diinginkan. Jika saya menyukai, menghormati, dan mengagumi Anda. Anda dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena saya ingin menyenangkan Anda. Kekuasaan acuan berkembang dari kekaguman lain dan keinginan untuk menjadi seperti orang tersebut. Dasar Kekuasaan Manakah yang Paling Efektif? Dari tiga dasar kekuasaan formal (paksaan, pemberian imbalan, legitimasi) dan dua basis kekuasaan pribadi (ahli, acuan), riset menyarankan bahwa sumber kekuasaan pribadi adalah yang paling efektif. Keduanya kekuasaan acuan maupun karena keahlian, secara positif terkait dengan kepuasan dari para pekerja dengan supervisi, komitmen organisasi, dan kinerja mereka. Sedangkan, kekuasaan untuk memberikan imbalan dan kekuasaan legitimasi terlihat tidak terkait dengan hasil tersebut. Kebergantungan : Kunci Menuju Kesuksesan Aspek yang paling penting dari kekuasaan adalah fungsi dari kebergantungan. Semakin tinggi kebergantungan B pada A, maka akan semakin tinggi kekuasaan yang dimiliki oleh A atau B. Kebergantungan akan meningkat ketika sumber daya yang Anda kendalikan tersebut adalah

sangat penting, langka, dan tidak dapat tergantikan. a. Pentingnya Jika tidak ada seorang pun yang menginginkan apa yang Anda miliki, maka tidak akan mampu menciptakan kebergantungan. Oleh karena organisasi, secara aktif berupaya untuk menghindari ketidakpastian. b. Kelangkaan Hubungan kebergantungan dalam kategori kekuasaan jabatan. Dimana penawaran tenaga kerja relatif rendah terhadap permintaan, sehingga para pekerja dapat melakukan negosiasi mengenai kompensasi dan paket manfaat yang jauh lebih menarik daripada melakukannya dalam jabatan dengan banyak sekali kandidatnya. c. Tidak tergantikan Semakin sedikit yang dapat menggantikan dengan kayak suatu sumber daya, semakin besar pengendalian kekuasaan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut. Kekuasaan Taktik (power tactic) Kekuasaan taktik (power tactic) adalah cara-cara yang mana para individu akan menerjemahkan kekuasaan yang mendasari ke dalam tindakan-tindakan yang spesifik. Sembilan pengaruh taktik yang berbeda : 1. Legitimasi Bersandar pada posisi wewenang Anda atau menyampaikan permintaan yang sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi 2. Bujukan yang rasional Menyajikan argumen argumen yang logis dan bukti-bukti nyata untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan tersebut wajar. 3. Daya tarik yang menjadi sumber inspirasi Mengembangkan komitmen secara emosional yang menarik bagi sasaran nilai-nilai, kebutuhan, pengharapan, dan aspirasi. 4. Konsultasi Meningkatkan dukungan kepada sasaran dengan melibatkannya dalam memutuskan bagaimana Anda akan mewujudkan rencana Anda

5. Pertukaran

Memberikan imbalan kepada target dengan manfaat atau keuntungan sebagai pertukaran karena telah mengikuti permintaan 6. Menjilat Dengan menggunakan bujukan, pujian, atau perilaku yang ramah sebelum membuat permintaan 7. Tekanan Dengan menggunakan peringatan, permintaan yang diulang ulang, dan ancaman. 8. Koalisi Membuat daftar tujuan atas dukungan dari orang lain untuk membujuk target agar menyetujuinya. Pelecehan Seksual: Kekuasaan yang Tidak Seimbang di Tempat Kerja ● Pelecehan seksual (sexual harassment) adalah segala aktivitas yang tidak diinginkan atas keadaan seksual yang mempengaruhi pekerjaan seorang individu dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman. ● Pelecehan seksual merupakan pelanggaran hukum. Selain pelanggaran hukum, pelecehan seksual berdampak negatif pada tingkah laku pekerjaan dan mengarahkan orang-orang yang merasa dilecehkan untuk menarik diri dari organisasi. Bahkan terlihat bahwa pelecehan seksual berdampak pada kesehatan. Wanita yang terkena pelecehan seksual dilaporkan mengalami penderitaan secara psikologis selama dua tahun setelah pelecehan terjadi. ● Sebagian besar riset menjelaskan bahwa konsep kekuasaan penting untuk memahami pelecehan seksual Hal ini mungkin benar apakah pelecehan berasal dari supervisor, rekan sekerja, atau pekerja. Pelecehan seksual lebih cenderung terjadi ketika terdapat perbedaan kekuasaan yang besar. ● Kekuasaan formal memberikan supervisor kapasitas untuk memberikan imbalan dan memaksa. Oleh karena para pekerja menginginkan hasil tinjauan kinerja yang menguntungkan, gaji yang meningkat, dan sebagainya, maka para supervisor akan mengendalikan sumber daya sebagian besar pekerja yang dianggap penting dan langka. Dengan demikian, pelecehan seksual oleh bos umumnya akan menciptakan kesulitan terbesar bagi mereka yang telah dilecehkan. ● Perihal kekuasaan, para pekerja meremehkan wanita dengan menyoroti gender secara stereotip

tradisional

yang

mencerminkan

secara

negatif

terhadapnya

(misalnya

ketidakberdayaan, kepasifan, atau kurangnya komitmen atas karier), biasanya dalam upaya untuk memperoleh kekuasaan atasnya atau untuk meminimalkan perbedaan kekuasaan. ● Namun, seiring berjalannya waktu terdapat kasus-kasus wanita yang memiliki kekuasaan lebih tinggi yang melecehkan para pekerja pria. Politik: Kekuasaan Beraksi ● Perilaku berpolitik (political behavior) terdiri dari aktivitas yang tidak dipersyaratkan sebagai bagian dari peranan formal seseorang dalam organisasi tetapi yang memengaruhi, atau berupaya untuk memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. ● Contoh dari politik organisasi misalnya menahan informasi yang sangat penting dari para pengambil keputusan, bergabung dengan koalisi, pemberi informasi, menyebarkan rumor, membocorkan informasi yang bersifat rahasia kepada media, dan melobi atas kepentingan atau terhadap individu tertentu atau alternatif keputusan. ● Wawancara yang dilakukan dengan para manajer yang berpengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar meyakini perilaku berpolitik merupakan bagian utama dari keberlangsungan organisasi. Banyak manajer yang melaporkan beberapa penggunaan dari perilaku berpolitik etis dan diperlukan, sepanjang tidak membahayakan orang lain secara langsung, Mereka menggambarkan politik sebagai kejahatan yang diperlukan dan meyakini seseorang yang tidak pernah menggunakan perilaku berpolitik akan memiliki kesulitan untuk menyelesaikan suatu hal. ● Karena keputusan yang paling penting harus diambil dalam keadaan yang tidak pasti - di mana kenyataan sangat jarang objektif sepenuhnya dan oleh karenanya terbuka untuk diinterpretasikan, orang-orang di dalam organisasi akan menggunakan setiap pengaruh yang mereka mampu untuk mencemari kenyataan demi mendukung tujuan dan kepentingan mereka. Hal ini, tentu saja, menciptakan aktivitas yang kita sebut dengan bermain politik. Penyebab dan Konsekuensi dari Perilaku Politik 1. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku politik, yaitu: Faktor-faktor individu -

Pengawasan diri sendiri yang tinggi

- Investasi organisasional

-

Tempat kendali secara internal

- Alternatif pekerjaan yang dipandang

-

Kepribadian Mach yang tinggi

- Ekspektasi atas keberhasilan

Faktor-faktor organisasi - Realokasi sumber daya

- Pelaksanaan pemberian imbalan yang tidak berisiko

-

Peluang promosi

- Pengambilan keputusan secara demokratis

-

Peranan yang tidak jelas

- Para manajer senior yang mementingkan diri sendiri

-

Kepercayaan yang rendah

-

Sistem evaluasi kinerja yang tidak jelas

- Tekanan kinerja yang tinggi

2. Konsekuensi dari perilaku politik ● Semakin besar budaya organisasi yang menekankan pada pendekatan yang tidak berisiko atau menang-kalah terhadap alokasi pemberian imbalan, maka semakin para pekerja akan termotivasi untuk terlibat dalam permainan politik. ● Ketika para pekerja memandang orang yang berada di posisi puncak terlibat dalam perilaku politik, terutama yang melakukannya dengan berhasil dan diberikan imbalan atas hal tersebut, merupakan suatu keadaan yang mendukung permainan politik tersebut diciptakan. ● Permainan politik oleh manajemen puncak sedikit banyak akan membiarkan permainan politik di dalam organisasi tersebut dan menyiratkan bahwa perilaku tersebut dapat diterima. ● Ketika politik dan pemahaman terhadap politik tinggi, maka kinerja cenderung meningkat karena individu akan melihat tindakan berpolitik sebagai sebuah peluang. Tetapi ketika pemahaman rendah, maka para individu lebih cenderung untuk memandang politik sebagai sebuah ancaman, sehingga dapat memberikan efek negatif terhadap kinerja. ● Perilaku politik di tempat kerja memiliki efek yang moderat terhadap kepemimpinan yang beretika. Salah satu studi menemukan bahwa para pekerja pria lebih responsif terhadap kepemimpinan yang beretika dan menunjukkan perilaku kewargaan yang tinggi ketika level keduanya, baik politik maupun kepemimpinan yang beretika tersebut

tinggi. ● Ketika para pekerja memandang politik sebagai sebuah ancaman, maka mereka sering kali memberikan tanggapan dengan perilaku defensif-perilaku yang reaktif dan protektif untuk menghindari tindakan, penyalahan, atau perubahan dan perilaku yang defensif sering kali dihubungkan dengan perasaan negatif terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja. Manajemen Kesan ● Manajemen kesan (Impression management [IM]) adalah proses yang mana individu berupaya untuk mengendalikan kesan lainnya yang membentuk mereka. ● Contoh dari manajemen kesan ini adalah agar dapat dipandang secara positif oleh orang lain maka harus mendatangkan manfaat bagi orang-orang di dalam organisasi. Misalnya, dengan membantu mereka pada awalnya untuk memperoleh pekerjaan yang mereka inginkan di dalam sebuah organisasi dan promosi yang lebih cepat. Dalam konteks politik, membantu memengaruhi distribusi keuntungan yang diinginkan mereka. ● Orang yang diperkirakan terlibat dalam manajemen kesan adalah orang dengan pengawasan diri yang tinggi. Orang dengan pengawasan diri sendiri yang tinggi tepat ketika membaca situasi dan mencetak penampilan mereka serta perilat untuk menyesuaikan dengan masingmasing situasi. Sedangkan orang dengan pengawasan diri yang rendah cenderung untuk menampilkan citra diri mereka sendiri yang konsisten dengan kepribadian, tanpa memperhatikan efek yang lainnya mereka. ● Berikut adalah aplikasi manajemen kesan dalam kehidupan sehari-hari. Bukti mengindikasikan bahwa sebagian besar para pelamar pekerjaan menggunakan teknik manajemen kesan dalam wawancara dan berjalan dengan baik. Sebagai contoh, dalam salah satu riset, para pewawancara merasa bahwa untuk lowongan layanan konsumen menunjukkan bahwa pelamar yang menggunakan teknik manajemen kesan tampil lebih baik dalam wawancara, dan mereka cenderung diterima untuk posisi tersebut. Lebih Jauh lagi, ketika para peneliti mempertimbangkan mengenai daftar riwayat hidup para pelamar, mereka menyimpulkan bahwa teknik manajemen kesan lah yang memengaruhi para pewawancara-yaitu, tidak mempersoalkan apakah para pelamar memiliki kualifikasi yang bagus atau buruk. Jika mereka menggunakan teknik manajemen kesan, mereka akan berhasil dalam wawancara.

● Terlihat bahwa individu yang memiliki kemampuan berpolitik yang tinggi dapat menerjemahkan manajemen kesan ke dalam penilaian kinerja yang lebih tinggi, sedangkan mereka yang memiliki kemampuan berpolitik yang lebih rendah akan cenderung menderita akibat upaya manajemen kesan mereka. Etika dalam Perilaku Berpolitik ● Contoh etis dalam perilaku berpolitik salah satunya adalah ketika seseorang memberikan pujian kepada seorang supervisor mengenai penampilannya agar supaya mendapatkan perhatian kemungkinan jauh lebih sedikit kerugiannya daripada merampas pujian atas suatu proyek yang seharusnya ditujukan untuk orang lain. ● Sedangkan contoh yang tidak etis dalam perilaku berpolitik dalam suatu organisasi salah satunya ketika kepala departemen yang mengembangkan evaluasi kinerja bagi pekerja yang disukai dan menurunkan evaluasi bagi pekerja yang tidak disukainya dan kemudian menggunakan evaluasi-evaluasi ini untuk membenarkan dengan memberikan kenaikan yang besar bagi yang pertama dan tidak satupun bagi yang terakhir. Dalam hal ini, kepala departemen telah memperlakukan pekerja yang tidak disukainya secara tidak adil. ● Mereka yang berkuasa, pandai berbicara, dan persuasif sangat rentan terhadap penyimpangan yang beretika karena mereka cenderung dapat menyingkir dari praktik tidak etis dengan sukses. ● Ketika berhadapan dengan dilema etika mengenai politik organisasi, terdapat dua pertimbangan. Pertama, berusaha untuk mempertimbangkan apakah bermain politik berharga daripada risikonya. Kedua, apakah yang lainnya akan dirugikan dalam proses tersebut....


Similar Free PDFs