POLA DISTRIBUSI KOMODITAS UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PDF

Title POLA DISTRIBUSI KOMODITAS UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN
Author Anas Iswanto Anwar
Pages 40
File Size 2.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 161
Total Views 627

Summary

POLA DISTRIBUSI KOMODITAS UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN ANAS ISWANTO ANWAR BANK INDONESIA DENGAN FAKULTAS EKONOMI UNHAS 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Abad ke 21 atau awal millenium ke tiga mungkin digambarkan orang sebagai era pasar bebas. Pada dekade 90-an abad 20, World Trade Organizat...


Description

Accelerat ing t he world's research.

POLA DISTRIBUSI KOMODITAS UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN Anas Iswanto Anwar

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Analisis Daya Saing Komodit as Ekspor Sekt or Unggulan Kakao Anas Iswant o Anwar

Kebijakan Daya Saing Perekonomian Sulawesi Selat an Tahun 2010 Komodit as Unggulan Anas Iswant o Anwar Pembangunan Ekonomi Lokal, Sumber Daya Alam dan Penghidupan Maluku Ut ara, Maluku dan Sulawe… Andiko Mancayo

POLA DISTRIBUSI KOMODITAS UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

ANAS ISWANTO ANWAR

BANK INDONESIA DENGAN FAKULTAS EKONOMI UNHAS

2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Abad ke 21 atau awal millenium ke tiga mungkin digambarkan orang sebagai era pasar bebas. Pada dekade 90-an abad 20, World Trade Organization (WTO), yang kemudian bersamaan pula NAFTA, APEC, AFTA mulai terbentuk. Dalam menyongsong era persaingan bebas itu, negara-negara yang merasa mempunyai kepentingan bersama membentuk kerjasama ekonomi regional, yang diharapkan dapat menjadi wadah untuk menyongsong persaingan bebas yang lebih luas. Persaingan global mengasumsikan bahwa efisiensi yang akan memenangkan persaingan. Mereka yang kurang efisien akan tersingkir dari percaturan perekonomian. Yang terancam persaingan global ini tidak hanya usaha-usaha kecil, namun juga usaha-usaha besar. Tetapi perlu dicatat pula, bahwa ketidakkonsistenan dapat terjadi akibat adanya keharusan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing komoditas dalam menghadapi era globalisasi ekonomi (termasuk babakan AFTA, APEC, dan GATT/WTO). Di lain pihak, hal tersebut berhadapan dengan perlunya pengembangan pola keberpihakan ekonomi rakyat dalam berbagai skala dan kepentingan. Dengan demikian, sangat dibutuhkan bukan hanya peningkatan investasi, melainkan secara bersamaan adanya bentuk pengarahan investasi secara akurat, baik dalam konteks sektoral maupun keterkaitan fungsional antar wilayah pengembangan terutama untuk mendukung konsistensi antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan. Untuk memanfaatkan peluang pasar ekspor akibat dari persetujuan perdagangan pascaGATT (The Final Act) yang salah satunya berisi penurunan tarif untuk produk industri dan pertanian yang rata-rata 37%, yang berarti membuka peluang besar bagi ekspor kita, maka diperlukan strategi dan kebijaksanaan untuk mengantisipasinya. Strategi tersebut pada dasarnya bermuara pada upaya peningkatan daya saing melalui efisiensi dalam kegiatan ekonomi. Secara lebih operasional strategi dapat diwujudkan dengan pengembangan spesifikasi produk dan pasar dalam sistem komoditas yang mempunyai tingkat competitive advantage tinggi, serta bagi pihak swasta yang mengetahui peluang-peluang bisnis harus didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam meraih peluang ekspor tersebut. Kualitas dan daya saing suatu komoditas sangat memegang peranan penting dalam mendorong peningkatan ekonomi suatu wilayah, khususnya wilayah-wilayah yang memiliki komunitas masyarakat pertanian. Dimensi perkembangan ini akan cenderung pada tingkat persaingan yang sangat kompetitif dengan konsekuensi produk-produk yang berdaya saing tinggi yang memiliki ciri berkualitas, berproduktivitas tinggi dan efisien yang akan berpotensi untuk eksis dan berkesinambungan, tetapi sebaliknya bagi produk-produk yang berdaya kompetitifnya relatif lebih rendah dengan ciri kualitas rendah dan biaya tinggi tidak akan bisa bersaing dengan produk luar. Propinsi Sulawesi Selatan dalam sepuluh tahun terakhir dirasakan kemajuannya sangat pesat. Tidak berlebihan jika Sulsel menjadi daerah yang termasuk paling maju di Kawasan Timur Indonesia dan merupakan pintu gerbang kawasan ini. Keberhasilan tersebut, terutama didukung oleh pertumbuhan di sektor pertanian yang merupakan kontributor utama perekonomian Sulawesi Selatan. Ada beberapa komoditas sektor pertanian yang merupakan unggulan Sulsel dan diekspor ke luar negeri baik itu langsung dari pelabuhan di Makassar ataupun pelabuhan di daerah lain. Namun demikian, sampai dengan saat ini belum diketahui komoditi apa saja yang diperdagangkan baik antar pulau maupun di ekspor langsung melalui pelabuhan-pelabuhan di Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui bagaimana pola distribusi komoditas unggulan melalui pelabuhanpelabuhan di Sulawesi Selatan, maka tentunya harus diketahui terlebih dahulu volume pasar komoditas pertanian di Sulsel. Kayu olahan merupakan komoditas terbesar dengan rata-rata volume ekspor selama tahun 1997-2002, sebesar 6.886.434 m3. Kemudian disusul di tempat

kedua adalah komoditas kakao dengan total volume ekspor sebesar 212.867,29 ton. Rotan berada pada peringkat ketiga dengan rata-rata sebesar 70.515 ton. Untuk volume pasar antar pulau, peringkat pertama adalah udang segar beku sebesar 231.447.917 ekor, kemudian berturut-turut komoditas Ayam potong sebesar 1.670.750 ekor, beras 295.720 ton, kayu olahan sebesar 29.797,4 ton, dan Kakao sebesar 13.898 ton. Untuk total volume pasar, udang segar Beku menempati tempat teratas dengan total volume pasar (ekspor dan antar pulau) sebesar 231.447.917 ekor, disusul kayu olahan sebesar 6.916.231,4 m3, selanjutnya ayam potong sebesar 1.670.750 ekor, (Lihat tabel 1.1). Tabel 1.1. Volume Pasar Beberapa Komoditas Pertanian Sulawesi Selatan Rata-rata Selama Interval Waktu Tahun 1997-2002 VOL. EKSPOR VOL. ANTAR TOTAL VOL. NO KOMODITAS (TON/EKOR) PULAU (TON/EKOR) PASAR (TON/EKOR) 212.867,29 13.898,00 226.765,29 Kakao 1 2.612,07 2.612,07 Kopi Arabika 2 8.427,85 135,00 8.562,85 Jambu Mete 3 1.670.750,00 1.670.750,00 Ayam Potong 4 14.188,92 295.720,00 309.908,92 Beras 5 28.118,16 28.118,16 Ubi Kayu 6 8.134,00 24,85 8.158,85 Rumput Laut 7 Udang Segar Beku 231.447.917,00 231.447.917,00 8 Rotan 70.515,00 9.692,10 80.207,10 9 Kayu Olahan 6.886.434,00 29.797,40 6.916.231,40 10 Sumber : BPS, Dinas Perkebunan, Peternakan Prop Sulsel (Data diolah) Untuk Sulsel, alasan pengembangan komoditas unggulan dan andalan daerah dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah dapat dirujuk dan telah tercermin dalam Pola Dasar Daerah 1994 dan REPELITADA VI, yaitu pengembangan industri sebagai motor penggerak ekonomi daerah harus terkait dengan sektor pertanian. Hal ini diharapkan agar dapat lebih elastis dalam menyerap tambahan angkatan kerja. Untuk itu, dua arahan kebijaksanaan pokok pembangunan ekonomi Sulsel, yaitu : Pertama,

Pengembangan sektor pertanian diarahkan pada peningkatan efisiensi dan produktivitas. Daya saing diarahkan dari pola produksi padat karya dan sumber daya alam menjadi padat keterampilan dengan nilai tambah yang tinggi;

Kedua,

Pengembangan sektor pertanian diarahkan pada peningkatan efisiensi dan produktivitas lahan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna dan strategi perwilayahan komoditas serta pola petik-olah-jual untuk pengembangan agroindustri dan agribisnis. Disamping itu, sektor pertanian diarahkan pula untuk meningkatkan peran Sulsel sebagai penyangga stok pangan nasional dalam rangka melestarikan swasembada pangan nasional dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan pula adalah peran Sulsel dalam pengembangan KTI. Dengan mengacu pada Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan yang dapat tercermin pada dua catatan arahan kebijakan di atas, dapat disimak bahwa terdapat lima sektor andalan, yaitu : Pertanian, Manufaktur dengan Agrobased, Pertambangan, Jasa, Perdagangan, dan Pariwisata, yang akan dikembangkan dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada. Dengan dimulainya era perdagangan bebas AFTA pada tahun 2003 ini, persaingan dalam perdagangan menjadi semakin ketat, tidak terkecuali terhadap komoditas pertanian. Untuk dapat meningkatkan daya saing setiap komoditas yang dianggap memiliki nilai jual tinggi (unggul)

dibandingkan komoditas lainnya, maka mengetahui komoditas yang dibongkar muat melalui pelabuhan-pelabuhan di Sulawesi Selatan merupakan suatu kebutuhan dalam rangka mendorong pengembangan komoditas tersebut serta pembangunan ekonomi regional Sulawesi Selatan. Terlebih di era otonomi daerah, dimana setiap daerah berlomba-lomba untuk meningkatkkan Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) masing-masing. Esensi kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi distribusi perdagangan tersebut cukup penting untuk meningkatkan momentum laju pertumbuhan sektor pertanian dan sektor perdagangan, yang merupakan kontributor utama terhadap PDRB Sulawesi Selatan. Selanjutnya Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan harus mengevaluasi kembali beberapa kebijakan dengan mengidentifikasi permasalahan masing-masing komoditas, khususnya dalam rangka peningkatan daya saing komoditas pertanian. Hasil dari pada evaluasi ini harus ditindaklanjuti dengan program dan kebijaksanaan strategis yang dimulai dari hulu sampai ke hilir.

1.2. Tujuan Penelitian Sejalan dengan latar belakang , maka penelitian ini bertujuan untuk : a) Mengidentifikasi komoditas unggulan (sektor pertanian) Sulawesi Selatan yang memiliki load perdagangan eksternal (antar pulau dan ekspor) yang signifikan; b) Mengkaji pola distribusi komoditas unggulan (sektor pertanian) Sulawesi Selatan mulai dari hulu sampai ke hilir (pelabuhan muat); c) Mengkaji peranan dan potensi pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan perantara (pintu gerbang).

1.3. Manfaat Penelitian a) Sebagai bahan kebijakan dalam rangka pengembangan dan peningkatan daya saing komoditas unggulan pertanian Sulawesi Selatan; b) Dapat menunjang dan berpengaruh positif terhadap kebijakan pengembangan perekonomian regional.

1.4. Keluaran (Outputs) Keluaran/outputs yang dihasilkan dari penelitian ini adalah : 1) Identifikasi komoditas unggulan (sektor pertanian) yang memiliki load perdagangan eksternal (antar pulau dan ekspor) yang signifikan; 2) Kajian tentang pola distribusi komoditas unggulan (sektor pertanian) Sulawesi Selatan mulai dari hulu sampai ke hilir (pelabuhan muat); 3) Kajian tentang peranan dan potensi pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan perantara (pintu gerbang).

1.5. Cakupan Penelitian Penelitian ini mencakup 12 Pelabuhan laut dan 1 Pelabuhan Udara yang terletak di Propinsi Sulawesi Selatan. Data Primer, didapatkan dari responden untuk masing-masing daerah penelitian sebagai berikut : Makassar (83 responden), Mamuju (28 responden), Bone (30 responden), Palopo (30 responden), Luwu Utara (41 responden), Bulukumba (37 responden), Pangkep (33 responden), Barru (22 responden), Pare-Pare (22 responden), Enrekang (23 responden), Jeneponto (33 responden), dan Wajo (28 responden). Total responden sebanyak 400. Hal yang diteliti mencakup jenis, harga, dan banyaknya komoditi yang diperdagangkan oleh

pedagang antar pulau dan eksportir; jenis dan banyaknya komoditi yang digudangkan; serta tujuan perdagangan baik antar pulau maupun antar negara (ekspor). Data Sekunder, didapatkan dari : Dinas Deperindag Sulsel, PT. Pelindo IV, Ditjen Bea dan Cukai, PT. Angkasa Pura, Adpel Pelabuhan Makassar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Produksi Sektor Pertanian Produksi adalah merupakan kombinasi beberapa faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi untuk menciptakan suatu hasil produksi. Dalam memberikan pengertian produksi, baik yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi modern maupun yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik sebelumnya hanya berbeda dalam cara penyajiannya, akan tetapi pada hakekatnya pengertian yang sesungguhnya adalah sama (Soekartawi, 1993). Menurut Snoddrass dalam Kotler dan Amstrong (1992), tentang pengertian produksi, yaitu : “Production is the transformation of two or more inputs (resources) into one or more product. Transformation takes place by combining the inputs in various amounts for different needs and uses”. Pengertian produksi disini, adalah merupakan transformasi dari dua atau lebih faktorfaktor produksi untuk menghasilkan satu atau lebih produk. Kebutuhan dan penggunaannya yang berbeda-beda yang disebabkan dari transformasi berbagai jumlah faktor-faktor produksi. Dalam hubungannya dengan produksi di sektor pertanian, Mubyarto (1984), mengemukakan : “Produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja” Dari beberapa pengertian seperti yang dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menciptakan dan menambah daya guna benda dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, atau merupakan hasil yang diperoleh dari kombinasi beberapa faktor-faktor produksi. Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produksi dalam bidang pertanian maupun bidang lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan oleh perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik hanya dapat dihasilkan jika usaha tani dilaksanakan dengan baik, demikian pula sebaliknya jika usaha tani dilaksanakan dengan kurang baik, maka kualitasnya juga akan kurang baik.

2.2. Ekspor Hasil Pertanian Sistem perekonomian Indonesia adalah sistem terbuka, yang artinya ada produk-produk dari sektor pertanian yang dihasilkan dari dalam negeri, selain untuk konsumsi dalam negeri, juga untuk di ekspor. Beberapa variabel penting yang berpengaruh terhadap masa depan ekspor hasil pertanian, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Soekartawi (1996) : a. Situasi ekonomi internasional; b. Proteksionisme dari negara-negara maju; c. Perubahan kebijaksanaan organisasi perdagangan dunia sepereti ICO(kopi), ICCO (Kakao, termasuk pemanfaatan perundingan Uruguay Round, GATT), dll; d. Globalisasi yang timbul karena pengaruh semakin majunya teknologi informasi yang cenderung memperpendek jarak antara bangsa satu dengan yang lainnya dan antara sistem perdagangan yang satu dengan yang lainnya. Menurut Ruttan dan Hayami (2000), bahwa untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian, maka yang harus diperbaiki terlebih dahulu adalah manusianya. Cara berpikir yang selama ini hanya berusaha tani secara konvensional harus berubah menjadi usaha tani yang

komersial.

2.3. Pengertian Pola Distribusi Selama ini perhatian pada sektor pertanian terpusat hanya pada upaya untuk meningkatkan produksi tanpa secara serius membenahi jalur distribusi atau pola distribusinya. Pengertian secara tradisional dikemukakan oleh Buskork (Mubyarto, 1984), sebagai berikut : “Distribution of goods and services. The delivery of standars of living, Generation of revenue”. Distribution of goods and services, ini berarti pemindahan-pemindahan fisik dari barangbarang tersebut dari pihak produsen ke pihak konsumen. The delivery of standard of living, ini berarti bahwa suatu kegiatan distribusi akan menciptakan standar hidup bagi yang melaksanakannya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kegiatan distribusi merupakan kegiatan pokok yang perlu dicermati secara serius. Bagaimana menciptakan saluran distribusi yang sesuai untuk produksi sektor pertanian agar produksi tersebut dapat sampai pada konsumen dengan harga yang wajar dan tetap menguntungkan para petani sebagai produsen. Distribusi/pemasaran secara modern memang mendahulukan kepentingan konsumen seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1989) dan Soekartawi (1989), dalam arti bahwa perubahan konsumen ini akan menentukan jumlah barang yang diminta. Selanjutnya agar harga tidak melonjak tinggi karena perubahan tersebut, maka produksi harus ditingkatkan. Ini berarti bahwa produsen diminta untuk meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan tersebut. Pola distribusi (saluran distribusi) disebut juga saluran pemasaran atau saluran perdagangan, sehingga pemilihan dari pada saluran haruslah mempertimbangkan faktor-faktor biaya atau kemampuan untuk membiayai saluran distribusinya. Menurut Kartasaputra (1986), bahwa : “Saluran distribusi adalah menunjukkan tahapan-tahapan atau langkahlangkah dimana produk didistribusikan dari produsen ke konsumen akhir” Definisi lain dikemukakan oleh Basu dan Irawan (1990) : “Saluran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, maka hendaknya pemerintah sebagai pengatur utama kegiatan distribusi haruslah lebih bijaksana. Disinilah dituntut kebijakan pemerintah untuk membentuk jalur-jalur distribusi yang dapat memudahkan sehingga biaya dapat ditekan, selanjutnya harga dapat bersaing terutama terhadap komoditas-komoditas unggulan dengan harga di pasaran dunia dan akhirnya dapat menguntungkan petani sebagai produsen.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir Model penelitian dikembangkan berdasarkan tujuan dan sasaran penelitian. Untuk itu model mengikuti kerangka alur pikir kegiatan penelitian (lihat Gambar 3.1). Pergerakan barang dari produsen ke konsumen merupakan jasa dari lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Lembaga pemasaran merupakan badan antara saluran arus pergerakan dari barang yang diperdagangkan. Perbedaan dalam konsumen akhir akan mengakibatkan timbulnya perbedaan dalam pola distribusi. Semakin jauh jarak antara produsen dengan konsumen, maka semakin panjang pola distribusinya, karena semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Demikian pula halnya dengan skala produksi, karena dengan skala produksi yang kecil, berarti harus dikumpulkan terlebih dahulu pada satu tempat atau pada satu lembaga pemasaran kemudian diangkut ke pusat-pusat konsumen, pada akhirnya mengakibatkan panjangnya pola distribusi atau pemarasan. Pola distribusi berbeda untuk konsumen antar pulau di Indonesia dengan konsumen di luar negeri. Secara umum pola distribusi komoditas unggulan Propinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut ini. Pola distribusi komoditas unggulan untuk konsumen antar pulau di Indonesia, dimulai dari petani. Petani sebagai produsen menjual ke pedagang pengumpul, terutama untuk petani yang produksinya relatif sedikit. Tetapi ada juga petani yang menjual produksinya langsung ke pedagang antar pulau atau bahkan ada juga yang sekaligus menjadi pedagang antar pulau tentunya petani yang sekaligus pedagang biasanya yang mempunyai produksi relatif banyak. Biasanya komoditi tersebut tidak bisa langsung dikapalkan, hal ini mungkin diakibatkan jadwal kapal, atau bisa jadi akibat belum terpenuhinya muatan kapal. Kalau ini terjadi, maka komoditas yang akan diperdagangkan antar pulau disimpan dulu di gudang. Pengelola pergudangan bisa dimiliki oleh pedagang antar pulau, kemungkinan lain gudang tersebut adalah juga milik petani yang sekaligus sebagai pedagang antar pulau. Akhirnya komoditas unggulan dikapalkan untuk sampai ke konsumen antar pulau. Pola distribusi komoditas unggulan untuk konsumen luar negeri tidak jauh berbeda dengan pola distribusi untuk konsumen antar pulau. Yang membedakannya hanya pada pedagang, sebutannya tidak lagi sebagai pedagang antar pulau tetapi sudah menjadi eksportir. Eksportir bisa berarti pedagang yang khusus untuk mengekspor komoditas, tetapi bisa juga petani yang bekerja sekaligus sebagai eksportir. Akhirnya komoditas unggulan dikapalkan untuk sampai ke konsumen di luar negeri.

3.2. Metode Analisis 1) Uji Instrumen Variabel Sebelum melakukan analisis, perlu dilakukan pengujian terhadap alat ukur yang digunakan (kuesioner), sebagai alat pengumpulan data. Mengingat tidak semua indikator yang digunakan dalam suatu variabel secara empiris signifikan mewakili variabel yang dimaksud. Untuk keperluan ini, maka akan dilakukan uji coba kuesioner, dengan maksud untuk mengevaluasi item-item pertanyaan dalam kuesioner secara verbal, serta untuk mengetahui tingkat validitas dan keterandalan kuesioner.

2) Alat Analisis a) Analisis deskriptif kualitatif diperlukan guna menetapkan pola distribusi komoditas unggulan sektor pertanian melalui pelabuhan-pelabuhan di Sulawesi Selatan. Parameter analisis tersebut meliputi : jenis komoditas unggulan, volume komoditas unggulan yang

telah diantar pulaukan, volume ekspor komoditas pertanian yang telah di kapalkan untuk tujuan antar negara, pelabuhan – pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan komoditas unggulan, sarana dan prasarana pergudangan yang digunakan sebelum komoditas unggulan di kapalkan, sarana dan prasar...


Similar Free PDFs