ANALISIS KESESUAIAN FAKTOR FISIK LAHAN TERHADAP KOMODITAS UNGGULAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BELITUNG PDF

Title ANALISIS KESESUAIAN FAKTOR FISIK LAHAN TERHADAP KOMODITAS UNGGULAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BELITUNG
Author Nadhifa Varania
Pages 11
File Size 969 KB
File Type PDF
Total Downloads 419
Total Views 686

Summary

ANALISIS KESESUAIAN FAKTOR FISIK LAHAN TERHADAP KOMODITAS UNGGULAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BELITUNG Nadhifa Varania1 dan Tuty Handayani2 1 Mahasiswa Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Pondok Cina, Beji, Depok, 16424 Jawa Barat, Indonesia 2 Dose...


Description

ANALISIS KESESUAIAN FAKTOR FISIK LAHAN TERHADAP KOMODITAS UNGGULAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BELITUNG Nadhifa Varania1 dan Tuty Handayani2 1

Mahasiswa Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Pondok Cina, Beji, Depok, 16424 Jawa Barat, Indonesia 2 Dosen Pembimbing Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Pondok Cina, Beji, Depok, 16424 Jawa Barat, Indonesia E-mail: [email protected]

Abstrak Lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan di Kabupaten Belitung pada tahun 2015 sebesar 33,65%. Namun subsektor perkebunan di Kabupaten Belitung belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya informasi mengenai potensi lahan. Dalam pengembangan potensi subsektor perkebunan, karakteristik fisik lahan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Untuk mengembangkan komoditas unggulan perkebunan yang sesuai dengan potensi lahan di Kabupaten Belitung, diperlukan suatu identifikasi potensi sumber daya lahan. Sehingga diperlukan perhitungan untuk menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Belitung serta analisis kesesuaian fisik lahan untuk komoditas unggulan tersebut. Tujuan penelitian ini diantaranya adalah: (1) mengetahui dan memetakan komoditas yang unggulan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Belitung dengan metode LQ dan (2) mengetahui wilayah yang sesuai terhadap komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis LQ untuk mengetahui komoditas unggulan dan metode analisis overlay untuk menghasilkan peta kelas kesesuaian komoditas unggulan serta metode kualitatif deskriptif untuk mengidentifikasi kaitan antara faktor fisik lahan dengan komoditas unggulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas lada merupakan komoditas paling unggul di Kabupaten Belitung tersebar merata hampir diseluruh Kabupaten sedangkan karet merupakan komoditas unggulan kedua dan tersebar di Kecamatan Membalong dan Tanjungpandan. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan didapatkan dua kelas kesesuaian fisik lahan yaitu kelas sesuai dan agak sesuai. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan kedua komoditas unggulan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik wilayah yang tentunya sesuai dengan kondisi fisik di Kabupaten Belitung terutama kondisi curah hujan, drainase dan tekstur tanah.

Abstract Land used for plantation activities in Belitung Regency in 2015 amounted to 33.65%. However, the plantation sub-sector in Belitung Regency has not been utilized optimally. In the potential development of the estate subsector, the physical characteristics of the land determine the type of commodity that can be cultivated in a region. For the development of superior commodities in accordance with the potential of land in Belitung Regency, it is necessary to identify the potential of land resources. Required to determine superior commodities in Belitung Regency and physical suitability analysis of land for these excellent commodities. The objectives of this research area: (1) finding and mapping the superior commodities in each sub-district in Belitung Regency by LQ method and (2) knowing the area that suits for superior commodity in Belitung Regency. The method used in this research is quantitative method with analysis. The results showed that the most superior commodities in Belitung Regency spread evenly throughout the Regency rubber is the second seeded seedlings and spread in District Membalong and Tanjungpandan. Based on land suitability analysis of two classes of physical suitability of the land that is appropriate and rather appropriate class. This research also shows that the growth and development of the two leading commodities by the physical factors of the region which is certainly in accordance with the physical condition in Belitung Regency such as rainfall, drainage and soil texture. Keywords: Belitung Regency, Superior Commodities, LQ, Plantation sub-sector

1

1.

Tabel 1.2 Luas lahan perkebunan karet (ha) Kabupaten Belitung Tahun 2014, 2015 dan 2016

Pendahuluan

Kabupaten Belitung memiliki potensi subsektor perkebunan yang cukup besar. Sebanyak 38,98% penduduk di Kabupaten Belitung bekerja di sektor perkebunan. Namun potensi tersebut perlu dioptimalkan pemanfaatannya. Lahan sebagai sumber daya alam yang terdiri atas tanah dan kondisi lingkungannya, mempunyai keterbatasan dalam pemanfaatannya, sehingga diperlukan suatu perencanaan yang baik dalam penggunaannya agar dapat dimanfaatkan secara tepat dan berkesinambungan (Ashraf dan Normohammadan, 2011; Lehmann dan Stahr, 2010).

Luas lahan perkebunan karet (ha) Badau Membalong

0

500 2016

1000

2015

1500

2014

Sumber : Kabupaten Belitung dalam Angka

Perkebunan di Kabupaten Belitung terdiri dari perkebunan besar (pemerintah dan swasta) dan perkebunan milik rakyat. Namun dalam penelitian ini hanya fokus pada perkebunan milik rakyat. Luas lahan yang dikembangkan untuk kegiatan perkebunan rakyat di Kabupaten Belitung pada tahun 2015 tercatat sebesar 33,65% atau sekitar 77.182,66 Ha. Komoditas perkebunan rakyat yang dominan diusahakan sebagian masyarakat di Kabupaten Belitung diantaranya adalah lada, karet, kelapa sawit, kelapa dan aren.

Tabel 1.3 Luas lahan perkebunan kelapa (ha) Kabupaten Belitung Tahun 2014, 2015 dan 2016

Luas lahan perkebunan kelapa (ha) Badau Membalong 0

Berdasarkan hasil produktivitas lahan, komoditas lada, karet dan kelapa termasuk dalam komoditas perkebunan rakyat yang memberikan andil cukup besar dalam peningkatan perekonomian di Kabupaten Belitung. Berdasarkan besar potensi perkebunan yang terdapat di Kabupaten Belitung, maka dapat dilakukan pengembangan potensi perkebunan dengan penentuan komoditas unggulan dan analisis kesesuaian faktor fisik wilayah terhadap komoditas unggulan perkebunan tersebut karena keragaman sifat lahan akan menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta tingkat produktivitasnya. Dibawah ini merupakan grafik perkembangan luas lahan dan jumlah produksi komoditas lada, karet dan kelapa di Kabupaten Belitung selama tiga tahun 2014,2015 dan 2016 disajikan dalam tabel berikut ini.

200 2016

400 2015

600

800

2014

Sumber : Kabupaten Belitung dalam Angka Tabel 1.4 Jumlah Produksi komoditas lada (ton) Kabupaten Belitung Tahun 2014, 2015 dan 2016

Jumlah Produksi komoditas lada (ton) Sijuk Badau Tanjungpandan Membalong

0

1000 2000 3000 4000 5000 2016

Tabel 1.1 Luas lahan perkebunan lada (ha) Kabupaten Belitung Tahun 2014, 2015 dan 2016

2015

2014

Sumber : Kabupaten Belitung dalam Angka

Luas lahan perkebunan lada (ha)

Tabel 1.5 Jumlah Produksi komoditas karet (ton) Kabupaten Belitung Tahun 2014, 2015 dan 2016

Sijuk

Jumlah Produksi komoditas karet (ton)

Badau Tanjungpandan

Badau

Membalong

Membalong

0

2000 2016

2015

4000

6000

8000

0

2014

200 2016

Sumber : Kabupaten Belitung dalam Angka

400 2015

600 2014

Sumber : Kabupaten Belitung dalam Angka

2

800

Tabel 1.6 Jumlah Produksi komoditas kelapa(ton) Kabupaten Belitung Tahun 2014, 2015 dan 2016

dari perbandingan besaran luas lahan yang digunakan untuk pertanian yang hanya sekitar 25% dari luas wilayah keseluruhan. Selain itu juga ada hambatan keterbatasan modal, pengetahuan serta teknologi. Sehingga tujuan penelitian ini diantaranya untuk: (1) menentukan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Belitung; (2) mengetahui dimana wilayah yang sesuai bagi komoditas unggulan di Kabupaten Belitung dan (3) mengetahui faktor fisik yang paling berpengaruh terhadap perkembangan komoditas unggulan.

Jumlah Produksi komoditas karet (ton) Badau Membalong

0

50 2016

100 2015

150

200

2014

2.

Sumber : Kabupaten Belitung dalam Angka

Tinjauan Teoritis

Lahan

Berdasarkan tabel perkembangan luas lahan dan jumlah produksi tiga komoditas di Kabupaten Belitung bahwa ssebagian besar luas lahan terus mengalami perkembangan terutama pada komoditas lada dan karet sedangkan komoditas kelapa cenderung mengalami penurunan luasan lahannya.

Lahan merupakan suatu wilayah dipermukaan bumi mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada diatas dan dibawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi tumbuhan dan hewan serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dimasa lalu dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan dimasa akan datang (Brinkman dan smyth, 1973 dalam junun 2012, vink, 1975 dan FAO, 1976 dalam sarwono 2007).

Penentuan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Belitung merupakan langkah awal menuju pembangunan subsektor perkebunan. Penentuan komoditas unggulan di suatu daerah dapat menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ).

Kualitas lahan penting untuk diketahui para pengelola perkebunan. Kualitas lahan adalah karakteristik lahan yang berpengaruh langsung pada persyaratan dasar dari penggunaan lahan dan diharapkan dapat mempengaruhi kesesuaian lahan dengan tidak tergantung pada kualitas lahan yang lain. (Djikerman dan Widianingsih, 1985 dalam Sahetapy, 2009).

Penentuan suatu komoditas menjadi komoditas unggulan daerah selain menggunakan analisis LQ, juga berdasarkan karakteristik fisik lahan diantaranya iklim, topografi dan hidrologi serta sumberdaya manusia yang ada di wilayah tersebut. Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktivitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah bagi ekonomi daerah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu penetapan komoditas unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni, 2005).

Komoditas Unggulan Perkebunan Komoditas unggulan adalah komoditas yang layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada petani baik secara biofisik, sosial dan ekonomi (Hendayana, 2003 dalam Salamba, 2014). Menurut Susanto (2005), komoditas tertentu dikatakan layak secara sosial jika komoditas tersebut diusahakan sesuai zona agroekologi, layak secara sosial jika komoditas tersebut memberikan peluang berusaha bagi masyarakat dan dapat diterima oleh masyarakat setempat serta layak secara ekonomi berarti komoditas tersebut menguntungkan. Komoditas unggulan perkebunan merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai prospek pasar dan permintaan yang tinggi dipasaran baik lokal, domestik atau internasional yang cocok di budidayakan oleh masyarakat setempat karena kesesuaian sumberdaya alam, budaya dan teknologi.

Penentuan kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuhnya tanaman sangat diperlukan terutama dalam pengembangan komoditas pertanian (Boix dan Zinck, 2008; Tjokrokusumo, 2002) khususnya bidang perkebunan. Hal ini penting karena untuk mengetahui potensi pengembangan tanaman perkebunan di tiap-tiap kecamatan sangat diperlukan pewilayahan komoditas berdasarkan kelas kesesuaian lahan sehingga tanaman tersebut mampu tumbuh selaras dengan iklim dan kondisi lahan yang ada (Makaborang et al., 2009). Sehingga penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan sektor pertanian terutama perkebunan di Kabupaten Belitung yang belum optimal dibandingkan dengan sektor pertambangan padahal potensi sumberdaya lahannya cukup baik. Hal ini dapat dilihat

Location Quotient (LQ) Location Quotient (LQ) merupakan salah satu metode

3

yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan perkebunan disuatu wilayah adalah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) yang merupakan suatu pendekatan untuk menentukan apakah suatu sektor merupakan sektor ekonomi basis atau non basis. Yang dimaksud kegiatan basis adalah kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor keluar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan internasional. Kegiatan non basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonominya.

tanah. Dengan demikian maka kemiringan lereng biasanya mengandung konsekuensi perbedaan tekstur tanah, kondisi drainase, jenis tanaman dan kedalaman tanah. Drainase Drainase berarti keadaan dan cara keluarnya air lebih (excees water). Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang bisa tumbuh (Hardjowigeno, 1995: 48 dalam Erida 2011). Drainase harus diperhatikan dalam mengusahakan pertanian dan perkebunan karena drainase yang kurang air sering mengakibakan tanah-tanah pertanian menjadi genangan air sewaktu berlangsungnya musim hujan. Kejadian demikian dapat menjadi pangkal kerusakan tanah dengan terbentuknya alur-alur baru. Alur-alur tersebut merupakan jalan bagi terkikisnya dan terhanyutnya partikel-partikel tanah (Kertasapoetra, 1989).

Analisis Location Quotient (LQ) untuk menggambarkan keberadaan sektor basis yang selanjutnya digunakan sebagai sektor unggulan (Rustiadi, dkk, 2011 dalam Setianto, 2014). Menurut Hendayana (2003), dalam mengaplikasikan metode LQ untuk tanaman digunakan satuan luas areal panen.

Temperatur Udara Temperatur udara merupakan derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan beberapa tipe termometer. Energi matahari kira-kira hanya 20% yang dapat diserap atmosfer. Temperatur dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang diusahakan pada suatu lahan. Lahan yang berada di temperatur tinggi biasanya tanah kekurangan air atau arid sehingga akan berpengaruh terhadap produksi tanaman.

Faktor Fisik Lahan Faktor fisik lahan merupakan sifat lahan yang dapat terukur dan diestimasi. Faktor fisik lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah topografi, curah hujan, suhu, kemiringan lereng dan kondisi drainase. Pemetaan faktor fisik lahan selanjutnya akan digunakan untuk menentukan wilayah kesesuaian lahan komoditas unggulan perkebunan. Curah Hujan Curah hujan adalah banyaknya tetesan air yang jatuh dari langit ke bumi yang dinyatakan dalam satuan milimeter per bulan (Sukarman 1994:63 dalam Erida 2011). Curah hujan banyak sedikitnya mempengaruhi jumlah air yang tersedia pada lahan, baik air permukaan maupun air tanah. Semakin tinggi curah hujan semakin banyak jumlah air yang diterima oleh lahan. Besar kecilnya curah hujan dipengaruhi oleh letak dan ketinggian suatu tempat di permukaan bumi. Pada umumnya semakin tinggi suatu tempat dari permukaan semakin besar curah hujannya

Kesesuaian Lahan (Land Suitability)

Kemiringan Lereng Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh lahan. Kemiringan lereng ini biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%). Salah satu faktor pembatas yang digunakan untuk klasifikasi lahan di Indonesia adalah kemiringan lereng.

b.

Kondisi topografi yang berbeda maka menyebabkan perkembangan tanahnya juga berbeda. Perbedaan perkembangan tanah juga berarti ada perbedaan karakteristiknya. Perkembangan tanah juga dipengaruhi oleh arah lereng, karena perbedaan arah lereng akan mempengaruhi kecepatan pelapukan batuan menjadi

Berikut merupakan tabel klasifikasi karakteristik kesesuaian wilayah untuk komoditas unggulan berdasarkan Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Kementrian Kehutanan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan digunakan untuk suatu kepentingan tertentu. Kesesuaian lahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kesesuaian untuk peruntukan penanaman komoditas unggulan perkebunan . Menurut Sehgal (1996) kesesuaian lahan digolongkan dalam kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut: a.

c.

4

S1 : Sangat sesuai yaitu dimana satuan lahan dengan tidak ada atau hanya beberapa pembatas ringan S2 : Sesuai yaitu dimana satuan lahan dengan pembatas ringan dan atau tidak lebih dari satu pembatas sedang yang dapat diberpaiki S3 : Kurang sesuai yaitu dimana satuan lahan dengan pembatas lebih dari tiga pembatas sedang atau tidak lebih dari suatu pembatas yang berat.

Tabel 2.1 Klasifikasi syarat tumbuh tanaman lada Karakteristik Kelas kesesuaian lahan lahan S1 S2 S3 Temperatur 23 - 32 20 - 23 32-34 (°C) Curah hujan 2500-3000 2000-2500 1 ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Namun jika banyak komoditas di suatu wilayah yang menghasilkan LQ>1 maka harus dipilih komoditas yang mendapatkan nilai LQ paling tinggi. Karena semakin tinggi nilai LQ di suatu wilayah, maka semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas tersebut.

Hasil perhitungan dapat menunjukkan apakah komoditas tergolong basis atau tidak di masing-masing kecamatan. Apabila LQ >1 maka dapat diartikan bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas basis. Berikut merupakan hasil perhitungan LQ untuk masing-masing komoditas perkebunan di tiap kecamatan di Kabupaten Belitung.

Analisis LQ dilakukan dengan perhitungan data luas areal dan jumlah produksi komoditas. Setelah didapatkan komoditas basis di tiap kecamatan maka dilakukan analisis kesesuaian lahan berdasarkan faktor fisik lahan sehingga dapat menjadi acuan untuk pengembangan komoditas. 

Analisis deskriptif kualitatif

Kec.

Analisis kesesuaian lahan

Teknik analisis yang digunakan untuk penyusunan kesesuaian lahan komoditas unggulan adalah menggunakan metode analisis spasial dengan teknik overlay terhadap peta-peta iklim, curah hujan, suhu, topografi (kemiringan lereng), dan drainase dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman. Hasil penilaian kesesuaian lahan diwujudkan dalam bentuk klasifikasi kesesuaian lahan dengan kelas-kelas kesesuaian lahan

Lada

Karet

Kelapa

Sawit

Aren

Membalong

1,66

0,56

0,32

0,3

1,91

Tanjungpandan

0,13

0,30

0,58

2,13

0,22

Badau

1,10

0,90

3,78

0,84

0,08

Sijuk

0,29

1,82

1,48

1,55

0,15

Berdasarkan nilai hasil perhitungan LQ yang ditunjukkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada subsektor perkebunan, komoditas lada merupakan komoditas basis pada Kecamatan Membalong (1,66) kemudian diikuti oleh Kecamatan Badau (1,10), komoditas karet merupakan komoditas basis pada Kecamatan Sijuk (1,82), komoditas kelapa merupakan

6

komoditas basis pada Kecamatan Badau (3,78) dan diikuti oleh Kecamatan Sijuk (1,48), komoditas kelapa sawit merupakan komoditas basis pada Kecamatan Tanjungpandan (2,13) dan kemudian basis pada Kecamatan Sijuk (1,55) dan komoditas aren merupakan komoditas basis pada Kecamatan Membalong (1,91).

Setiap kecamatan memiliki komoditas unggulan tersendiri. Komoditas yang merupakan komoditas basis atau unggulan di Kabupaten Belitung ditentukan berdasarkan perhitungan LQ. Komoditas lada merupakan komoditas basis pada Kecamatan Membalong dan Kecamatan Tanjungpandan sedangkan Kecamatan Badau dan Sijuk basis pada kedua komoditas lada dan karet.

Namun kondisi eksisting di lapangan menunjukkan bahwa komoditas unggulan perkebunan rakyat di Kabupaten Belitung adalah yang utama adalah lada dan karet. Sedangkan omoditas kelapa sawi...


Similar Free PDFs