ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP IHSG DI BEI PDF

Title ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP IHSG DI BEI
Author Dian Surya Sampurna
Pages 24
File Size 294.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 1
Total Views 106

Summary

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Dian Surya Sampurna Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta [email protected] Abstract The purpose of this research was to ...


Description

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Dian Surya Sampurna Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta [email protected]

Abstract The purpose of this research was to analyze the effects of SBI interest rate and exchange rate of rupiah against JCI. This research using secondary data from the monthly during the period Januari 2008 to December 2015 and the data source from www.finance.yahoo.com and www.bi.go.id. This research used multiple linear regression analysis method. The results showed that SBI interest rate and exchange rate of rupiah had negative effect on JCI. Simultaneously SBI interest rate and exchange rate of rupiah has significant influence on JCI. Adjusted R2 value of 0.586 indicates that the independent variables used in the study has contributed to the establishment of JCI amounted to 58.6%, while 41.4% drawbacks established by other variables outside the research model. Keyword: JCI, SBI Interest Rate, Exchange Rate of Rupiah

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap IHSG. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data bulanan selama periode 2008-2015 dan sumber data dari www.finance.yahoo.com dan www.bi.go.id. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Secara simultan Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,586 menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian telah berkontribusi dalam pembentukan IHSG sebesar 58,6%, Sedangkan kekurangannya 41,4% dibentuk oleh variabel lain diluar model penelitian. Kata kunci: IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

1

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan modal asing yang akan masuk ke dalam pasar keuangan di negara-negara berkembang misalnya Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia. Pasar modal memiliki peran penting sebagai indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi negara (Ang, 1997). Pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish) atau mengalami penurunan (bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin dalam pergerakan indeks. Indeks harga saham adalah indikator pergerakan harga saham yang merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal. (www.idx.co.id). Ada sebelas macam indeks saham di Bursa Efek Indonesia, salah satunya yaitu IHSG atau dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Melalui IHSG investor dapat melihat kondisi pasar, apakah sedang mengalami peningkatan atau penurunan, untuk menentukan strategi investasinya. Menurut Blanchard (2006) secara garis besar ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham yaitu faktor ekonomi makro seperti keadaan ekonomi global, kestabilan politik suatu negara, inflasi, kurs dan suku bunga Bank Indonesia Witjaksono (2010) menjelaskan bahwa di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan tingkat suku bunga deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dengan biaya yang murah untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Antonello D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “The Fed and the Stock Market” mereka menguji pengaruh tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat terhadap Indeks S&P 500. Variabel penelitian mereka adalah tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Sampel penelitian adalah tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500 selama periode 1985-2004. Metode penelitian yang digunakan adalah Threshold Structural Vector Autoregressive (TSVAR Model). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa ketika kondisi ekonomi sedang berada pada masa inflasi, penurunan nilai pasar sebesar 5% termasuk penurunan suku bunga sebesar 19 basis point; pengetatan kebijakan moneter sebesar 50 basis poin akan memicu penurunan indeks S&P500 sebesar 4,7%. Tetapi ketika Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

2

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

ekonomi sedang berjalan normal, Bank Sentral hanya akan mengubah tingkat suku bunga berdasar pada tingkat inflasi dan kesenjangan output saja, dan tidak akan merespon terhadap tingkat pengembalian asset (asset price return). Secara khusus peningkatan suku bunga sebesar 50 basis poin secara tak terduga akan menyebabkan penurunan indeks di S&P 500 sebesar 2,3%. Menurut Ruhendi dan Arifin (2003) kurs mata uang menunjukkan harga suatu mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain, dimana kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Perubahan nilai tukar/kurs rupiah terhadap dollar Amerika dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap perusahaan. Saat nilai tukar/kurs rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika, bagi perusahaan impor atau perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk dollar Amerika, hal ini dapat berdampak negatif. Sedangkan bagi perusahaan yang mendapat penerimaan dalam bentuk dollar Amerika misalnya perusahaan ekspor, hal ini dapat berdampak positif. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel makro ekonomi terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan pasar modal Amerika Serikat. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitiannya Prasetiono (2010) yang menunjukkan variabel Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham LQ45. Sedangkan penelitiannya Ruhendi dan Arifin (2003) tentang “Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham Dow Jones di New York Stock Exchange” bahwa kurs berpengaruh positif terhadap pasar modal Indonesia. Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles Havie (2006) tentang pengaruh variabel makro ekonomi Thailand dan Pasar Modal Internasional terhadap Pasar modal Thailand memberikan hasil bahwa variabel makro ekonomi seperti tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen dan jumlah penawaran uang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan pasar modal Thailand, sementara perubahan harga minyak memberikan pengaruh yang negatif bagi pasar modal Thailand hanya untuk periode sebelum krisis pada tahun 1997. Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Wijayanti dan Kaluge (2013) tentang pengaruh beberapa variabel makroekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan IHSG di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan,

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

3

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

Yeriana dan Ibad (2013) menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan kurs terhadap IHSG dan indeks saham sektoral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG dan indeks saham sektor. Untuk indeks saham sektor seperti pertanian, properti, dan infrastruktur, inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan sedangkan kurs berpengaruh negatif signifikan. Sedangkan secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap IHSG, sama halnya dengan penelitiannya Pasaribu dan Firdaus, (2014). Pasaribu dan Firdaus (2013) yang menujukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. 2. 3.

IHSG mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2008 akibat adanya krisis Amerika dan Eropa, pemegang saham harus mewaspadai faktor-faktor ekonomi makro yang akan berdampak pada IHSG. Adanya kesulitan bagi investor dalam mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi makro yang paling berpengaruh terhadap IHSG. Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain.

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. 2. 3.

Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia? Bagaimana pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia? Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara simultan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. 2. 3.

Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara simultan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

4

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

2. Landasan Teori 2.1 Teori Makro Ekonomi Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Makro ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter, jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat memperhatikan interaksi antara tenaga kerja, perputaran barang, dan aset-aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan perdagangan tiap individu atau negara (Dornbusch, 2006). Kondisi makro perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaanperusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul, 2008). Faktor-faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain (Samsul, 2008): 1. Tingkat suku bunga domestik. 2. Kurs valuta asing. 3. Kondisi perekonomian internasional. 4. Siklus ekonomi suatu negara. 5. Tingkat inflasi. 6. Peraturan Perpajakan 7. Jumlah uang yang beredar. Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks pasar modal di negara tersebut. 2.2 Teori Investasi Investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Tujuan dari seseorang melakukan investasi adalah mendapatkan keuntungan yang dapat diperoleh dari capital gain dan dividen perusahaan (Tandelilin, 2001). Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risk dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Investasi dalam bentuk saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividen dan capital gain, sedangkan risiko investasi tercermin dari variabilitas return saham yang diperoleh atau risiko juga sama dengan selisih expected return dengan actual return. Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

5

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

2.3 Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Ang, 1997) : 1) Metode rata-rata (Average Method) Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi. IHSG 

P

s

Divisor

Sumber : www.idx.co.id Keterangan IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan ƩPs = Total Harga Saham Divisor = Harga Dasar Saham 2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang : 1) Paasche Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

Indeks 

 (P  (P

s

x Ss )

base

x Ss )

Sumber: (en.wikipedia.org)

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

6

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

Keterangan Ps Ss Pbase

= Harga Saham Sekarang = Jumlah Saham yang Beredar = Harga Dasar Saham

2) Laspreyes Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

Indeks 

 (P  (P

s

x So )

base

x So )

Sumber: (en.wikipedia.org) Keterangan Ps So Pbase

= Harga Saham Sekarang = Jumlah Saham Awal = Harga Dasar Saham

IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang, 1997). Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.

2.4 Suku Bunga Menurut Bodie, Kane, Marcus (2009) tingkat bunga yang tinggi berpengaruh terhadap semakin rendahnya nilai sekarang dari suatu investasi. Tingkat bunga dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal merupakan tingkat bunga yang dibayar bank, tingkat bunga nominal belum memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil menunjukkan kenaikan daya beli seseorang, tingkat bunga riil sudah memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil adalah perbedaan antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi (Mankiw, 2007).

Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

7

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

Tingkat bunga riil yang umumnya dijadikan acuan adalah risk-free rate (di Indonesia adalah SBI). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/2002. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan salah satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI sendiri mengacu pada BI rate yang ditentukan oleh BI.

2.5 Nilai Tukar Model ekonomi tradisional berpendapat bahwa perubahan dari nilai tukar mempengaruhi neraca perusahaan dan pada akhirnya, keuntungan dan ekuitas berdampak pada penyesuaian harga di pasar modal. Volatilitas harga saham dari perusahaan berdampak pada indeks. Branson, Halttunen, dan Masson (1977); Meese dan Rogoff (1983); Wolff (1988); Ghartey (1998); Hasan dan Javed (2009); dan Samadi et al. (2012) dalam hasil penelitiannya telah menemukan terdapat hubungan antara variabel makro ekonomi dan nilai tukar. Argumen teoritis lain dalam hubungan antara harga saham dan nilai tukar adalah pendekatan portofolio. Menurut teori ini, portofolio (yaitu, pergerakan arus masuk modal asing dan arus keluar asing modal) terjadi setiap kali ada perubahan harga saham. Jika harga saham mengalami, mereka akan menarik lebih banyak modal asing. Namun, penurunan harga saham akan mengakibatkan kekayaan perusahaan berkurang mengarah ke penurunan kekayaan negara.

2.6 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian yang berjudul “What Explaint the Stock Market’s Reaction to Federal Reserve Policy”, Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) meneliti pengaruh dari perubahan tingkat suku bunga bank federal terhadap harga saham. Dengan bertujuan untuk mengestimasi reaksi pasar dan memahami alasan dari reaksi pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Penelitian tersebut diukur dengan metode CRSP value-weighted index. Penelitian mereka dengan menggunakan data tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan indeks S&P 500 selama periode Juni 1989 - Desember 2002 menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga bank sentral sebesar 25 basis poin akan meningkatkan harga saham sebesar 1 persen. Dalam penelitian yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several Other International Stock Markets”, Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles Havie (2006) menguji pengaruh antara variabel makro ekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap indeks bursa saham Thailand. Variabel penelitian yang digunakan adalah tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen, harga minyak, dan jumlah penawaran uang, serta indeks bursa saham Argentina, Australia, Brazil, Jerman, Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016

8

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI

Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapore, Taiwan, Inggris, dan Amerika Serikat. Data pengamatan selama periode tahun 1988 hingga tahun 2004 dengan data bulanan kecuali untuk data bursa saham Rusia yang digunakan adalah periode Desember 1994 hingga Desember 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah Generalised Autoregressive Conditional Heteroskedasticity in Mean (GARCH-M). Hasil penelitian yang didapat adalah bahwa variabl...


Similar Free PDFs