PPD Kelompok PDF

Title PPD Kelompok
Author Rida Deviana
Pages 14
File Size 131.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 273
Total Views 965

Summary

TEORI PERKEMBANGAN ETOLOGI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Perkembangan Peserta Didik Yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd. Kelompok 4 Oleh : RIA NUR AINI (150412603385) SITI ROKHIMAH (150412601123) TASPIN AGUSTINA P. (150412604122) TITIK RISKY A. (150412601194) TRI ANNA S. (150...


Description

TEORI PERKEMBANGAN ETOLOGI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Perkembangan Peserta Didik Yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd. Kelompok 4 Oleh : RIA NUR AINI

(150412603385)

SITI ROKHIMAH

(150412601123)

TASPIN AGUSTINA P.

(150412604122)

TITIK RISKY A.

(150412601194)

TRI ANNA S.

(150412601226)

TRI WAHYUNI O.

(150412605052)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PEBRUARI 2016

1

DAFTAR ISI COVER................................................................................................................................. 1 DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2 1. PENDAHULUAN........................................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 3 1.2 Fokus Bahasan............................................................................................................... 3 2. BAHASAN....................................................................................................................... 4 2.1 Pengertian Teori Perkembangan Etologi................................................................... 4 2.2 Teori Perkembangan Etologi...................................................................................... 5 2.3 Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi.............................................................................. 8 2.4 Fase-fase Kelekatan Perkembangan Manusia dalam Teori Etologi....................... 10 2.5 Mekanisme Perkembangan......................................................................................... 11 2.6 Studi Kasus Etologi..................................................................................................... 11 3. PENUTUP....................................................................................................................... 13 3.1 Simpulan........................................................................................................................ 13 DAFTAR RUJUKAN......................................................................................................... 14

2

1.

PENDAHULUAN Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai (1) latar belakang pemilihan judul

dan (2) fokus bahasan. Kedua hal tersebut dijabarkan melalui sub-sub bab berikut.

1.1

Latar Belakang Perkembangan merupakan perubahan dalam upaya mengungkap perubahan dalam

konteks pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli psikologi mengungkapkan berbagai konsepsi yang menggambarkan mekanisme perubahanyang dialami manusia sepanjang masa perkembangannya. Menurut Crow dan Crow(1980), perkembangan merupakan perubahan secara kualitatif serta cenderungke arah yang lebih baik dari segi pemikiran, rohani, moral, dan sosial.. Kemudian berbagai macam teori perkembangan mulai dikenal. Salah satunya teori perkembangan etologi. Munculnya teori etologi erat kaitannya dengan landasan biologis dan evolusioner perkembangan. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci. Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda berubah sepanjang siklus kehidupan. Adanya atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada waktu tententu selama masa hidup mempengaruhi individu dengan baik. Para etologi meyakini bahwa kebanyakan para pakar psikologi kurang memperhatikan pentingnya kerangka waktu khusus pada awal perkembangan dan peran kuat yang dimainkan evolusi dan landasan biologis dalam perkembangan. Oleh karena itu, dalam makalah ini dijabarkan mengenai Teori Perkembangan Ethologi.

1.2

Fokus Bahasan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada sub bab sebelumnya, berikut

ini dipaparkan secara rinci beberapa hal yang menjadi fokus bahasan dalam makalah. 1) Pengertian teori perkembangan etologi 2) Teori perkembangan etologi 3) Tokoh-tokoh teori perkembangan etologi 4) Fase-fase kelekatan perkembangan manusia dalam teori etologi 5) Mekanisme perkembangan teori etologi 2.

BAHASAN

3

Informasi mengenai teori perkembangan etologi yang menjadi fokus bahasan dalam makalah ini perlu dijabarkan secara spesifik. Melalui sub-sub bagian berikut ini, informasi tersebut dijabarkan sesuai fokus bahasan.

2.1

Pengertian Teori Perkembangan Etologi Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang

berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat juga berarti karakter. Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan. Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Ilmu yang mempelajari

perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan alaminya. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifatsifat ini ditemukan pula pada diri manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami perilaku manusia. Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan. 4

Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat. Tiap kelompok anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat.

2.2

Teori Perkembangan Etologi Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh

biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman. Jika gagal mendapat pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etologi menyatakan bahwa perkembangan tidak mungkin dapat optimal. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci. Teori ini ditegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata. Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori perkembangan manapun. Teori etologi klasik lemah dalam mensimulasikan studi dengan manusia. Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya sebagai perspektif perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu daripada menekankan pada periode kritis yang kaku dan sempit, kini teori etologi menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John Bowlby (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki 5

hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi. Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Pendekatan Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah laku dengan setting yang alamiah) Langkah–langkahnya : 1) Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin, 2) Mengamati tingkah laku khasnya, 3) Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain. Kepekaan terhadap jenis pengalaman yang berbeda sepanjang siklus kehidupan. Adanya atau tidak adanya pengalaman-pengalaman tertentu pada waktu terbiologis dalam tertentu selama masih hidup mempengaruhi individu dengan baik di luar waktu pengalamanpengalaman itu pertama kali terjadi. Pakar etologi yakin bahwa kebanyakan pakar psikologi meremehkan pentingnya kerangka waktu khusus ini pada awal perkembangan dan peran yang kuat yang dimainkan evolusi dan landasan biologis dalam perkembangan ( Charlesworth, 1992; Hinde, 1992). The tide of evolution carries everything before it, thoughts no less than bodies, and persons no less than nations. Santayana,

--George Little

Essays,

1920 Etologi lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan para pakar ilmu hewan Eropa, khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi (ethology) menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode yang penting atau peka. Melalui penelitian yang sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965) memepelajari suatu pola perilaku yang dianggap diprogramkan di dalam burung. Seekor anak angsa yang baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri untuk mengikuti induknya. 6

Pengamatan memperlihatkan bahwa anak angsa mampu berperilaku demikian segera setelah ditetaskan. Lorenz membuktikan bahwa tidak benar anggapan bahwa perilaku semacam itu diprogramkan pada binatang. Pada seperangkat percobaan yang luar biasa., Lorenz memisahkan telur- telur seekor angsa ke dalam dua kelompok. Satu kelompok ia kenbalikan kepada angsa untuk dierami olehnya; kelompok yang lain ditetaskan dalam suatu inkubator. Anak-anak angsa dalam kelompok pertama berbuat seperti yang diramalkan, mereka mengikuti induk mereka segera setelah mereka menetas. Akan tetapi, anak-anak angsa dalam inkubator yang melihat Lorenz ketika mereka pertama kali menetas, mengikutinya ke mana saja, seolah olah ia adalah induk mereka. Lorenz menandai anak-anak angsa dan kemudian menempatkan kedua kelompok di bawah suatu kotak diangkat. Masing-masing kelompok anak angsa pergi langsung ke”induk”-nya (lihat Gambar 2.2). Lorenz menyebut proses ini imprinting, konsep etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama kali.

Gambar 2.2 Penerapan contoh proses imprinting Konrad Lorenz, seorang mahasiswa yang memelopori perilaku binatang, diikuti berenang oleh tiga ekor angsa berwarna abu-abu hasil imprint. Lorenz menggambarkan angsa abu-abu yang diimprint belajar cepat dan alamiah dalam suatu periode penting yang meliputi kedekatan dengan obyek yang terlihat bergerak pertama kali. Bagi anak angsa, periode yang penting ialah 36 jam pertama setelah lahir. Pandangan etologis Lorenz dan pakar ilmu hewan Eropa memaksa para pakar psikologi perkembangan Amerika untuk mengakui pentingnya landasan biologis perilaku. Akan tetapi, penelitian dan landasan teori etologi tampaknya masih kekurangan beberapa bahan yang akan 7

mengangkatnya ke tingkat yang sama dengan teori lain yang sudah didiskusikan sejauh ini di dalam bab ini. Secara khusus, hanya sedikit atau tidak ada dalam pandangan etologis klasik tentang relasi sosial sepanjang siklus kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh setiap teori perkembangan utama. Juga, konsep periode penting (critical period), suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal, tampaknya terlalu dilebih-lebihkan. Teori etologi klasik lemah untuk mendorong berbagai studi dengan manusia. Perluasan pandangan etologis baru-baru ini meningkatkan statusnya sebagai suatu prespektif perkembangan yang dapat bertahan hidup. Seperti para behavioris, para etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti. Tidak seperti para behavioris, para etologis yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya, dirumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.

2.3

Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi Teori etologi dapat berkembang karena adanya peran para tokoh etologi. Berikut

dijabarkan tokoh-tokoh teori etologi modern. 1)

Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989) Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah meraih

Hadiah Nobel

pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan ornitologi

berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang juga seorang ahli tingkah laku hewan (ethologist). Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah laku berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi. 2)

Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 ) Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam fisiologi

atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang dipercayainya yang harus ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku binatang. Selain itu, dengan metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak. Kerjasama Lorenz dan Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu memperhatikan empat jenis penjelasan setiap perilaku : a)

Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk kelangsungan hidup dan reproduksi?

8

b) Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah diubah oleh pembelajaran terkini? c)

Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan.

d) Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku bersama dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni? Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan angsa, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan dan perbedaan dalam morfologi. Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu. 3)

John Bowlby (1907-1990) Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak.

Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat lekat pada anak sehingga diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebenarnya tingkah laku kelekatan tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini 9

adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment). Teori etologi ini menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan di alami oleh bayi. Fase-fase kelekatan antara lain : fase kedua, fase ketiga, fase keempat. Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment). Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk men...


Similar Free PDFs