PROBLEM SOLVING PDF

Title PROBLEM SOLVING
Author Budi Irawan
Pages 39
File Size 165 KB
File Type PDF
Total Downloads 24
Total Views 209

Summary

BAB. I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan keluarnya. Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidak puasan atau kesenjanga...


Description

BAB. I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan keluarnya. Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidak puasan atau kesenjangan. Anderson (dalam suharnan, 2005) mengemukakan bahwa secara umum dan hampir semua ahli psikologi kognitif sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan antara setuasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan (problem is a gap or discrepancy between present state and future state or desired goal). Masalah dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, tergantung dipandang dari sudut mana. Sebagian ahli membedakan masalah menurut pengetahuan seseorang, sehingga dapat digolongkan menjadi masalah yang jelas dan tidak jelas. Sebagian ahli lain membedakan masalah menurut proses-proses kognitif yang terlihat dalam pemecahan masalah. Masalah selalu muncul dalam bentuk dan tingkat kerumitan yang bermacam-macam. Morgan (dalam gunarsa, 1990) mengemukakan bahwa masalah adalah berbagai penyimpangan dari keadaan yang belum jelas. Apabila ada ketidaksesuaian dalam suatu situasi antara keadaan yang sebenarnya dengan tujuan, dan didalam situasi tersebut mengandung suatu peringatan bagi seseorang dalam mencapai tujuan, maka akan menimbulkan permasalahan. Pemecahan masalah adalah suatu proses mencari atau menemukan jalan yang menjembatani antara keadaan yang sedang dihadapi dengan keadaan yang diinginkan (hayes, dalam suharnan, 2005). Jadi, ruang masalah (problem

1

solving) sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan tingkat kemudahan atau kesulitan pencarian masalah. Chaplin (2001) dalam kamus lengkap psikologi menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif-alternatif jawaban mengarah pada satu sasaran atau kea rah pemecahan yang ideal. Sedangkan menurut hayers ( dalam suharnan, 2005) strategi penemuan jalan pemecahan dapat dibedakan menjdai dua : penemuan secara acak, semua jalan keluar ditempuh atau dicari tanpa ada pengetahuan khusus, dan penemuan melalui strategi heuristic, yaitu proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk mengidentifikasikan sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap menjanjikan bagi pemenuhan pemecahan masalah. Pemecahan masalah, adalah individu yang dihadapkan pada persoalan yang mendesak dan perlu dilakukan masalah atau mencari solusi dengan berpikir. Pemecahan masalah merupakan proses berpikir, belajar, mengingat serta menjawab atau merespon dalam bentuk pengambilan keputusan. Jadi kemampuan menyelesaikan masalah dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan aktivitas kognitif dan kecakapan individu dalam menyelasikan permasalahan secara efektif yang meliputi usaha individu untuk memikirkan, memilih dan mempertahankan alternative jawaban kepada satu pemecahan atau solusi yang ideal dengan meminimalkan dampak negative yang ditimbulkan. Keputusan hampir dibuat oleh semua orang, baik secara perseorangan (individual), atas nama pribadi sendiri, oleh pimpinan suatu organisasi (perusahaan baik pemerintah atau perseorangan), seperti direktur perusahaan, kepala dinas, rektor dan sebagainya (Supranto, 1991 hal V).

2

Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan(problem solving). Ada empat kategori keputusan, yaitu: a. Keputusan dalam keadaan kepastian, artinya hasil keputusan dapat diketahui sebelumnya dengan pasti. b. Keputusan dalam keadaan ada resiko, artinya hasil keputusan belum dapat diketahui sebelumnya dengan pasti, akan tetapi probabilitasnya sudah diketahui. c. Keputusan dalam keadaan tak ada kepastian, artinya hasil keputusan belum dapat diketahui sebelumnya dengan pasti, dan probabilitasnya pun tidak dapat diketahui. d. Keputusan dalam keadaan ada konflik, artinya hasil keputusan sangat bergantung kepada keputusan pihak lawan atau saingan. Pada hakekatnya, didalam setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang akan dicapai (Supranto, 1991, hal 2).

1.2. Rumusan Masalah Adapun

yang menjadi

persoalan

dalam

penulisan

ini

dengan

memperhatikan latar belakang penulisan di atas adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian dari problem solving ? 2. Bagaimanakah ciri-ciri pembelajaran pemecahan masalah? 3. Mengapa harus menggunakan pembelajaran pemecahan masalah? 4. Apakah tujuan dan manfaat penggunaan problem solving? 5. Apa kekurangan dan kelebihan dari problem solving? 6. Bagaimanakah langkah-langkah umum dalam problem solving?

3

Sementara itu, manfaat dari penulisan ini diantaranya adalah : secara teoritis akan diperoleh pengetahuan tentang problem solving yang dapat memberikan masukan bagi pihak perusahaan atau institusi sehingga perusahaan atau institusi benar-benar mengetahui penerapan problem solving pada instansi pemerintah. 1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah: a. Untuk memahami pengertian problem solving dan mengetahui ciricirinya. b. Agar menyadari benar, tujuan dan manfaat penggunaan problem solving. c. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran problem solving. d. Agar dapat mengetahui secara umum langkah-langkah dalam model pembelajaran problem solving. 1.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah: a. Bagi Pimpinan : penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep problem solving dan dapat menerapkan metode Tanya jawab dalam pembelajaran pemecahan masalah. b. Bagi pegawai : memberdayakan kemampuan, daya kreatif, dan pola pikir untuk menumbuhkan pemahaman pembelajaran problem Solving. c. Bagi Institusi : sebagai masukan untuk meningkatkan pembelajaran di instansi dengan menerapkan metode problem solving dalam pemecahan masalah yang tepat. d. Bagi pembaca : memberikan informasi tentang problem solving untuk meningkatkan pemahaman. e. Bagi penulis : penuli memperoleh pengalaman sebagai bekal kelak dan bahan refensi tentang pentingnya problem solving. 4

BAB. II PEMBAHASAN

2.1.

Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian Problem Solving Newell dan Simon menulis bahwa, "seseorang dihadapkan dengan masalah (masalah)ketika menginginkan sesuatu dialog dan tidak tahu dengan segera serangkaian tindakan apa yang harus diameter lakukan untuk mendapatkannya ". Demikian

pula,

martinez

menyatakan

bahwa, "problem

solving adalah proses bergerak menuju tujuan bila jalan menuju tujuan tidak pasti". Pόlya mendefinisikan problem solving sebagai "pencarian beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana tidak ada kesulitan, maka tidak ada masalah ".Menurut Michaelis adalah aktivitas / proses yang ilakukan untuk individu mencari solusi akan suatu masalah. Adapun menurut Fisher problem solving adalah suatu proses dimana anak dapat belajar untuk menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan konsep

proses

ketrampilan yang

ada

ketrampilan

pada

diri

anak. Ketrampilan yang harus dimiliki ketrampilan anak adalah kritis, kreatif

proses

strategis

seperti

mengamati,

perancangan, pengambilankeputusan,

5

kerjasama kelompok, pengungkapan pendapat, menerapkan

proses

mengevaluasi solusi proses seterusnya. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan Problem solving sebagai rangkaian tindakan yang tepat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah , seseorang

memiliki

banyak

harus

pengalaman

dalam,

memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yangbanyak diberi latihan problem solving memiliki nilai lebih tinggi dalam tes problem solving dibandingkan anak yang lebih sedikit latihannya. Problem solving

adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau jawabannya

masalah

memberikan

tekanan

oleh

seseorang. Jadi problem

pada

secara menalar. Problem

terselesaikannya

solving problem

solving ini

suatu

masalah

solving (pemecahan

masalah) dapat berlangsung bila seseorang dihadapkan suatu persoalan pada yang didalamnya terdapat sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya menemukan

jawaban

itu

kemungkinan

merupakan suatu

proses

pemecahan masalah. Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi, atau suatu penemuan melaui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan.Belajar problem solving dapat 6

berlangsung proses belajar dalam, yang berkaitan ilmu-ilmu dengan sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam, matematika. Oleh sebab bentuk belajar ini menekankan pada penemuan pemecahan masalah, maka

pembelajaran

bertujuan

membentuk

kemampuan

yang memecahkan masalah, lebih menekankan penyajian bahan pada dalam, bentuk masalah penyajian yang menuntut proses penemuan pemecahan masalah. Problem solving menekankan pada kegiatan belajar seseorang yang yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan jawaban atau terhadap suatu permasalahan semacam ini memungkinkan belajar seseorang mencapai pemahaman terhadap apa yang tinggi yang dipelajari. Disamping itu, proses belajar menekankan prinsip-prinsip pada berpikir ilmiah, yang bersifat kritis proses analitis. Dengan demikian,

diharapkan

menguasai

seseorang

pun

prosedur

melakukan penemuan ilmiah, proses mampu melakukan proses berpikir analitis. Ciri-ciri utama problem solving problem solving (pemecahan masalah) adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin, menghasilkan karya kerjasama proses peragaan. Secara teoritis, problem solving dipercaya sebagai vehicle untuk mengembangkanhigher-order-thinking

skills (Kusmawan,

2002).

Melalui problem solving diharapkan seseorang dapat membangun 7

pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara merekontruksi sendiri ‘makna’ melalui pemahaman relevan pribadinya (pandangan konstruktivisme). seseorang difasilitasi untuk menerapkan their

existing

knowledge melaluiproblem

solving ,

pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. seseorang dituntut untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan merespon permasalahan secara kritis, dan dalam menyelesaikan permasalahannya secara realistis. Penilaian yang dilakukan dengan problem solving , Pizzini (1996) yakin bahwa seseorang akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu menjadi seorang eksplorer–mencari

penemuan

terbaru;

inventor–mengembangkan

ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif; desainer–mengkreasi rencana dan model terbaru; pengambil keputusan–berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana; dan sebagai komunikator– mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi. Relevan dengan pendapat Gardner, individu bisa dikatakan memahami konsep, teori, keterampilan, atau domain ilmu pengetahuan tertentu, bila dia memiliki pemahaman segala sesuatu dari segala sisi dan bisa menyatakannya dalam berbagai sistem simbol, serta menerapkannya dengan benar dalam berbagai konteks yang berbeda. 8

2.1.2. Pandangan Teori Problem Solving Teori Problem solving yang berdasarkan pada teori konstruktivistik menekankan

pada

pemahaman

(understanding)

juga menghilangkan

kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki. Proses strategis yang dilakukan dimulai dari cara proses pemikiran deduktif

dan pemikiran

induktif

digabungkan. Dengan

demikian

orang

mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau data lapangan yang dijumpai diolah melalui proses proses induktif. Problem membantu

solving

(pemecahan

memberikan informasi

masalah)

tidak

dirancang

sebanyak-banyaknya.

untuk

Problem

solving problem solving (pemecahan masalah) bertujuan: a) membantu mengembangkan keterampilan berpikir seseorang proses keterampilan pemecahan masalah; b) belajar peranan orang dewasa yang autentik; c) menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Killen (benyamin. 2003:40) penggunaan problem solving mengajarkan

untuk

diarahkan ke dalam tiga kategori, yakni

memecahkan masalah,

mengajarkan

dengan

menggunakan pemecahan masalah, serta sistem pembelajaran berbasiskan masalah

yang. Kategori

ketiga tersebut

perbedaannya pada hanya

penekanannya. Cara pertama penekanannya pada itu sendiri pemecahan masalah, sedangkan kategori kedua penekanannya ada suatu pembelajaran pada subjek didik melalui pemecahan masalah.Katagori ketiga, proses pembelajaran itu 9

justru dimulai proses pada berbasiskan ketrampilan memecahkan permasalahanpermasalahan yang ada, masalah-masalah dengan utama yang bersifat berkelanjutan. Kategori yang penulis penelitian ini pakai dalam, kategori ketiga adalah, dimana pemecahan masalah itu hanya digunakan sebagai alat analisis salah satu dalam, memahami materi pembelajaran.

2.1.3. Tahap - Tahapan Problem Solving Adapun ringkasan dari buku How To Solve It karya George Polka, disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu: a) Memahami masalah Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana memilah kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, seseorang tidak mampu ujung masalah tersebut menyelesaikan dengan benar. b) Menyusun rencana Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui. Apakah pernah problem yang mirip? Setelah seseorang dapat memahami masalahnya dengan benar, mereka selanjutnya harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman menyelesaikan masalah seseorang dalam,. pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan seseorang lebih dalam, menyusun rencana kreatif penyelesaian suatu masalah.

10

c) Melaksanakan rencana Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan

seksama

untuk

membuktikan

bahwa

cara

itu

benar. dan Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai rencana dengan yang paling tepat dianggap. d) Melakukan pengecekan Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah mulai dari dilakukan fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak njaluk dapat terkoreksi kembali sehingga seseorang dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Keempat

tahapan

problem), Plan (menyusun

ini

lebih

rencana),

dikenal

dengan See (memahami

Do (melaksanakan

rencana)

dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan “Bapak problem solving .”

11

See (memahami Masalah) Do (melaksanakan rencana) Check (pengecekan masalah) Plan (menyusun rencana) Banyak ahli lain yang menjelaskan bentuk penerapan Problem solving . John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan amerika menjelaskan 6 langkah metode pemecahan masalah (problem solving ), yaitu: a. Merumuskan masalah, yaitu langkah seseorang menentukan masalah yang akan dipecahkan. b. Menganalisis masalah, yaitu langkah seseorang meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah seseorang merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. d. Mengumpulkan data, yaitu langkah seseorang mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah seseorang mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

12

f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah seseorang menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. David Johnson & Jhonson mengemukakan ada 5 langkah metode pemecahan masalah (problem solving ) melalui kegiatan kelompok seperti : a. mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga seseorang menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. b. mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. c. merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi. d. menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. e. melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhdap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut memiliki pengertin yang sama yakni langkah-langkah problem soving digunakan untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam,mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan

13

berpikir alternatif, proses kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia. 2.1.4. Landasan Filosofi Proses Psikologi Pembelajaran Problem Solving Pembelajaran problem

solving banyak

diilhami

oleh

filsafat yang

dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat pengetahuan tentang hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa belajar

bukanlah

sekedar

menghapal

tetapi

melalui

proses

mengkontruksi pengalaman. Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk anak dalam, sangat berpengaruh terhadap

model

yang yang

pembelajaran

peneliti

kembangkan

model

pembelajaran yakni masalah pemecahan.Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat

hidup

di

masyarakat,

maka model

pembelajaran

problem

solving merupakan model yang memungkinkan proses sangat result untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks ke masalah,...


Similar Free PDFs