Problematika Zakat Harta Kontemporer PDF

Title Problematika Zakat Harta Kontemporer
Author Ilham Kadir
Pages 11
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 259
Total Views 317

Summary

Problematika Zakat Harta Kotemporer Oleh: Dr. Ilham Kadir, MA.* Salah satu ciri utama syariat agama Islam adalah selalu relevan dengan kondisi, tempat dan waktu. Dengan itu, umat Islam dituntut untuk menegakkan syariatnya tanpa kenal setting ruang dan waktu dengan penyesuain-penyesuaian yang dibenar...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Problematika Zakat Harta Kontemporer Ilham Kadir www.academia.edu

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

FIQH ZAKAT KEUANGAN KONT EMPORER.pdf On Jil

Reformulasi Zakat Profesi Dalam Kerangka Filosofi Hukum Islam Asep Saepudin Jahar SUMBER HUKUM ISLAM MUT TAFAQ (DISEPAKAT I) HADIS.ppt x Anshori Kafabihii

Problematika Zakat Harta Kotemporer Oleh: Dr. Ilham Kadir, MA.*

Salah satu ciri utama syariat agama Islam adalah selalu relevan dengan kondisi, tempat dan waktu. Dengan itu, umat Islam dituntut untuk menegakkan syariatnya tanpa kenal setting ruang dan waktu dengan penyesuain-penyesuaian yang dibenarkan syariat. Masalah-masalah yang ada pada zaman turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad kadang tidak dijumpai saat ini, sebaliknya banyak masalah yang muncul di zaman modern ini belum pernah terjadi pada masa awal kedatangan Islam. Kondisi demikian menjadi ruang untuk para intelektual, ulama, dan ilmuan untuk mencari solusi yang tepat dengan tetap menjadikan wahyu sebagai dasar pijakan dalam menyelesaikan permasalahan. Sebab, Al-Qur’an dan Hadis sebagai wahyu dan sumber hukum kadang hanya menyentuh dan menyinggung syariat secara global tanpa diperjelas secara rinci. Para mujtahid adalah golongan ulama yang dibekali ilmu-ilmu pengetahuan yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan umat. Salah satu syariat yang selalu menjadi kajian penting dan kontemporer adalah zakat. Demikian halnya, karena perkembangan zaman menuntut perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sains terapan, lalu melahirkan produk teknologi yang juga melahirkan lapangan kerja yang berlum pernah terbayang puluhan tahun lalu. Tulisan sederhana ini akan memaparkan problematika pengumpulan zakat. Harta apa saja yang menjadi problem bagi para ulama dewasa ini untuk dikeluarkan zakatnya sambil melakukan komparasi dengan nash ayat dan hadis serta aplikasi dari para salafus-shaleh atau generasi awal kaum muslimin.

1

Problematika Pengumpulan Banyaknya jumlah profesi baru dengan pernghasilan menggiurkan menjadi ranah kajian zakat kotemporer. Misalnya saja, seorang yutuber yang memiliki pengikut dan penonton tetap berjumlah jutaan dan penghasilannya dari iklan pun dihitung perdetik. Dalam sehari saja ada yang berpenghasilan ratusan juta hingga miliaran rupiah. Maka, para amil harus lebih cerdas menyasar mustahik semacam ini, di samping pendekatan secara syariat, regulasi, hingga ilmu marketing, juga harus diiringi dengan ilmu komunikasi yang mapan. Tentu saja, para amil tidak boleh hanya duduk di balik meja menunggu orang datang dan antre di loket berzakat, tetapi harus turun ke lapangan menyasar para muzakki. Itulah filosofi utama ayat zakat, Khuz min amwalihim shadaqatan tuthahhiruhum wa tuzakkihim biha. Ambil dari harta para [muzakki] itu sebagai zakat yang membersihkan dan mensucikan mereka, (QS. AtTaubah-103). Pada zaman Rasulullah hanya ada depalan jenis harta yang masuk kategori wajib zakat, yaitu: emas, perak, kurma, kismis, gandum, kambing, lembu dan unta. Pendapat ini didukung kuat oleh Ibnu Hazm dan para ulama senada dengannya serta para pengikut mereka. Pendapat mereka jelas, zakat hanya delapan jenis harta di atas sebagaimana yang ditegaskan dan diamalkan Nabi, jika mengikut mazhab ini, maka zakat perdagangan, pertambangan, perkebunan, investasi, surat hutang, profesi, dan semacamnya tidak ada. Namun. pendapat lebih luas disampaikan oleh Imam Az-Zahiri, Al-Hasan dan Abu Yusuf mewajibkan zakat seperlima (20%) dari hasil laut karena menganalogikan (qiyas) dengan rikaz atau harta temuan biasa juga disebut ‘harta karun’. Sedangkan Imam Syafi’i, makanan kurma dan gandum dengan semua makanan pokok yang ada di daerah mana pun dizakati. Ulama kontemporer, Prof. Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat, pada awalnya asas zakat hanya berdasar dua prinsip utama: Pertama. Nash-nash agama mengharamkan pengambilan harta seorang muslim kecuali berdasarkan dalil yang shahih. Kedua. Zakat merupakan taklif (beban agama) yakni syariat yang pada dasarnya manusia terlepas daripada berbagai macam kewajiban pada hal-hal yang didiamkan oleh agama. Al-Qaradhawi telah menyangga dua prinsip tersebut, ia lalu membuat beberapa prinsip yang menjadi dasar dan pijakan kepada

2

ulama mujtahid untuk memberi legitimasi supaya ruang ijtihad zakat dapat diperluas mengikut perkembangan zaman. Setidaknya ada empat alasan utama dalam menyanggah dua alasan yang menjadi pegangan sebagian ulama khsusnya mereka yang condong pada pemahaman tekstual. Keempat pendapat tersebut adalah: Pendekatan pertama. Dalam setiap harta, Allah memerintahkan kita untuk mengeluarkan sebagian harta tersebut baik dalam bentuk zakat, infak, dan atau sedekah. Perintah ini bersifat mandatori dari syariat. Keterangan lebih lanjut silahkan merujuk pada firman Allah, QS. AlMa’arij: 24, QS. At-Taubah: 103). Pendekatan Kedua. Zakat bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan harta. Pendekatan Ketiga. Setiap muslim memiliki tanggungjawab kepada muslim lainnya. Pendekatan Keempat. Syariat membenarkan agar memperluas pemahaman terminologi (reinterpretasi ulang) harta-harta yang harus dizakati dengan menggunakan qiyas yang juga merupakan sumber hukum dalam Islam. Secara umum ada tiga pendekatan dalam menentukan hukum zakat. Yaitu, bersandar pada konsep dalil perintah zakat yang sangat umum, konsep hasil usaha yang baik (min thayyebati ma kasabtum, QS. Al-Baqarah: 267), dan konsep qiyas. Pendapat pertama, begitu banyak nash Al-Qur’an yang mengemukaan zakat dengan dalil yang umum. Seperti Surah AlMa’arij [70] ayat 24-25, Surah Az-Zariyat [51] ayat ke-19. Konsep keumuman perintah mengambil sebagian harta para muzakki dapat dilihat pada Surah At-Taubah [9] ayat 103 berikut,

َ ُ ‫ص َدقَةً ت‬ ‫س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ص ِّل‬ َ ‫ص ٰلوت ََك‬ َ ُ ‫س َك ٌن لﱠ ُه ۗ ْم َو ﱣ‬ َ ‫ط ِ ّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ّك ْي ِه ْم ِب َها َو‬ َ ‫علَ ْي ِه ۗ ْم ا ﱠِن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم‬ Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menyembabkan ketenteraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

3

Manurut Imam Al-Qurthubi, ayat tersebut di atas adalah di antara ayat Al-Qur’an yang mewajibkan zakat pada berbagai macam harta secara umum. Memang secara tekstual Rasulullah hanya menyebutkan beberapa jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yang meliputi binatang ternak (onta, sapi, kambing), biji-bijian untuk makanan pokok yang bisa disimpan lama, buah-buahan tertentu, emas dan perak. Tapi penyebutan harta yang wajib dizakati tersebut, menurut Al-Qurthubi tidak menjadi khusus bahwa hanya harta-harta tersebut di atas yang wajib dizakati. Perlu dipahami bahwa ketika berbicara masalah zakat, Rasulullah tidak pernah menegaskan bahwa ‘berzakatlah sebagaimana aku berzakat’, beda dengan shalat, secara jelas ia bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari, No. 6008). Tentu Nabi ketika bersabda merupakan wahyu, bukan dengan hawa nafsu, dan ciri khas wahyu Rasulullah di antaranya adalah bersfat kekal dan mengikut kesesuaian kehidupan manusia. Tepat di setiap keadaan, waktu, dan tempat. Ketika wahyu berisi perintah zakat turun, hartaharta para hartawan saat itu memang yang disebut oleh Nabi, tapi sekarang yang disebut hartawan pun telah berkembang seiring berkembangnya zaman. Orang-orang yang menjadi hartawan memiliki jenis harta yang belum terbayangkan seribu lima ratus tahun lalu. Di sinilah pentingnya memahami konsep wahyu yang bersifat umum, al-‘ibrah biumumil lafzh, bahwa secara umum kita merujuk pada keumuman dalil bukan bikhusus as-sabab, tidak karena sebab dalil tersebu turun, tetapi wajib mengetahui latar belakang turunnya dalil tersebut sebagai sarana mempermudah memahami sebuah ayat. Pendekatan kedua. Konsep ini merujuk pada pandangan Imam Fakhruddin Ar-Razi yang menegaskan bahwa harta yang dikenakan zakat adalah segala jenis usaha dan pendapatan yang baik (thayyebah) berdasarkan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah[2]: 267,

َ ‫ٰ ٓياَيﱡ َها الﱠ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬ َ ‫ض ۗ َو َﻻ ت َ َي ﱠم ُموا ْال َخ ِبي‬ ُ‫ْث ِم ْنه‬ ِ ‫ط ِيّ ٰب‬ ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم ﱠما ٓ اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِ ّمنَ ْاﻻَ ْر‬ َ ‫ت َما َك‬ ٓ ‫ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم ِب ٰا ِخ ِذ ْي ِه ا ﱠ‬ ٌ‫ي َح ِم ْيد‬ ُ ‫ِﻻ ا َ ْن ت ُ ْغ ِم‬ ‫ض ْوا ِف ْي ِه ۗ َوا ْع َل ُم ْٓوا اَ ﱠن ﱣ َ َغنِ ﱞ‬ Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau

4

mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata [enggan] terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.

Ayat ini sangat umum, orang-orang beriman diperintahkan, atau wajib hukumnya mengeluarkan zakat dari setiap hasil usaha atau pendapatan yang baik. Para ahli fikih, termasuk Imam Syafi’i beralasan bahwa dengan adengan adanya ayat al-Qur’an di atas menjadi dalil untuk menetapkan wajibnya zakat bagi setiap usaha perdagangan. Para ulama menetapkan bahwa zakat wajib bagi semua usaha yang baik, seperti harta dari hasil bisnis, dan semisalnya. Dari ayat di atas dan berdasarkan pandangan para ulama, maka zakat perniagaan, berbagai jenis bisnis yang halal dan baik-baik wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat ketiga. Pendapat ini berasaskan pada konsep qiyas. Secara sederhana qiyas adalah 'menggabungkan atau menyamakan', yang bertujuan untuk menetapkan suatu hukum dan perkara baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukum sama. Ulama klasik dan kontemporer secara sepakat bahwa penggunaan qiyas dalam aplikasi zakat suatu keharusan. Secara jumhur (mayoritas) ahli fikih telah menggunakan metode qiyas, walaupun terdapat berbedaan batas penggunaan qiyas di antara mereka. Ada yang menggunakan secara meluas ada pula yang mempersempit dengan satu ‘illah saja. 'Illah diartikan sebagai sesuatu yang mempengaruhi adanya hukum (al- mu'atstsir) atau sebagai sesuatu yang memotivasi adanya hukum (al-baits). Hal ini sesuai dengan kaidah ilmu ushul al-fiqh bahwa ada atau tidak adanya suatu hukum tergantung dengan ada atau tidak adanya 'illah, [al-‘illah yaduru ma’al hukmi wujudan wa ‘adaman]. Secara sederhana ‘illah dapat diartikan alasan yang melatar belakangi lahirnya sebuah hukum. Berikut ilustrasi penggunaan konsep ‘illah. Terkait harta atau pendapatan, baik rutin maupun tidak atau al-maal al mustafad dengan bentuk uang. Harta atau pendapatan dalam bentuk uang dari gaji atau honor dikenakan zakat karena sebab ‘illah sama dengan emas dan perak yakni berupa pendapatan dalam bentuk uang. Karena itu, nisab, kadar, haul dan syaratnya merujuk pada zakat emas.

5

Terdapat juga pendapat lain, dan tetap menggunakan konsep ‘illah. Karena usaha dalam mendapatkan uang bukan melaui perdagangan maka zakatnya sebaiknya disamakan (qiyas) dengan usaha pertanian. Maka, profesi ASN, karyawan, pekerja profesional, kontraktor, dokter, yutuber, pengusaha peternakan sapi, kerbau, onta, kambing, biri-biri, adalah merujuk pada zakat pertanian yang ciri khasnya adalah tanpa syarat haul, dan kadarnya antara lima hingga sepuluh persen, sangat tergantung tenaga kerja, tingkat resiko, biaya yang digunakan dan seterusnya. Walau, saya secara pribadi menilai bahwa zakat pertanian untuk saat ini hanya lima persen karena hampir seluruh jenis tanaman yang produktif atau bernilai ekonimi memerlukan biaya pemeliharaan serta tenaga kerja yang tidak sedikit. Kecuali beberapa tumbuhan yang memang tidak memerlukan perawatan, hanya ditanam lalu ditinggal seperti pohon sagu misalnya. Jenis ini boleh dikenakan zakat hingga sepuluh persen sebab tanamannya tidak memerlukan perawatan khusus seperti tanaman bernilai ekonomis lainnya. Pendapat keempat. Bahwa harta yang harus dikeluarkan zakatnya adalah milik orang kaya yang diperoleh secara halal dan bermanfaat untuk golongan fakir miskin atau disebut dengan al-maal ‘al-nfa’ lil-fuqara’. Contoh zakat dengan konsep ini adalah sabda Nabi ketika mengutus sahabatnya, Mu’az bin Jabal untuk menjadi gubernur sekaigus amil di Yaman.

–ِ‫س ْو ُل ﷲ‬ َ ‫ع ْو ُه ْم ِإلَ ْى ِه‬ ُ ْ‫ فَ ْليَ ُك ْن أَ ﱠولَ َما تَد‬، ‫ب‬ ُ ‫ش َهادَة ُ أ َ ْن َﻻ ِإ ٰلـهَ ِإ ﱠﻻ ﷲُ َوأ َ ﱠن ُم َح ﱠمدًا َر‬ ٍ ‫ستَأْتِ ْي قَ ْو ًما أ َ ْهلَ ِكتَا‬ َ َ‫ِإنﱠك‬ َ َ ‫ ِإلَى أ َ ْن ي َُو ِّحدُوا ﷲَ – فَإ ِ ْن ُه ْم أ‬: – ‫َوفِ ْي ِر َوايَ ٍة‬ ‫س‬ ُ ‫طا‬ ْ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم خ‬ َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْر ُه ْم أ َ ﱠن ﷲَ قَ ْد فَ َر‬، َ‫ع ْوا لَكَ ِب ٰذلِك‬ َ ‫َـم‬

َ َ ‫ فَإ ِ ْن ُه ْم أ‬، ‫ت فِ ْي ُك ِّل يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة‬ ٍ ‫صلَ َوا‬ ‫صدَقَةً تُﺆْ َخذُ ِم ْن‬ ُ ‫طا‬ َ ‫ض‬ َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْر ُه ْم أ َ ﱠن ﷲَ قَدْ فَ َر‬، َ‫ع ْوا لَكَ ِب ٰذلِك‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ْ ‫ق دَع َْوةَ ْالـ َم‬ َ َ ‫ فَإ ِ ْن ُه ْم أ‬، ‫علَى فُقَ َرائِ ِه ْم‬ ، ‫ظلُ ْو ِم‬ ُ ‫طا‬ َ ‫أ َ ْغنِيَائِ ِه ْم فَت ُ َردﱡ‬ ِ ‫ َوات ﱠ‬، ‫ فَإِيﱠاكَ َو َك َرائِ َم أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬، َ‫ع ْوا لَكَ ِب ٰذلِك‬ ٌ‫ْس بَ ْينَهُ َوبَيْنَ ﷲِ ِح َجاب‬ َ ‫فَإِنﱠهُ لَي‬.

Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab [Yahudi dan Nasrani], maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka adalah syahadat La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah—dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka 6

mentauhidkan Allah’—jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu [jangan mengambil] dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara doanya dan Allâh.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhâri, no. 1395, 1496, 4347, 7372; Muslim, no. 19).

Jika merujuk pada keumuman redaksi hadis di atas, khususnya kalimat, ’maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orangorang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir’, maka setiap harta orang kaya wajib dikenakan zakat, tentu setelah memenuhi ketentuan dalam syariat. Hadis ini tanpa merinci jenis-jenis harta yang harus dizakati, sangat bersifat umum agar tetap relevan sepanjang zaman bahwa harta orang-orang kaya itu selalu ada perbedaan dari satu tempat dengan tempat lainnya, pada suatu masa dengan masa lainnya. Selain itu, orang-orang kaya juga setiap zaman memiliki sumber kekayaan yang selalu berbeda. Dengan keumuman hadis ini, maka dapat dijadikan argument pamungkas untuk menagih zakat harta orang-orang kaya di sekitar kita jika memang telah menenuhi kriteria. Konsep keempat ini juga bisa disandingkan dengan prinsip ‘menguntungkan orang miskin’, teori ini dipakai jika terdapat dua alasan atas adanya wajib zakat pada sebuah harta benda pada masa tertentu, lalu terjadi perselisihan kedua alasan tersebut. Maka, keputusan yang tepat adalah keputusan yang dapat menguntungkan posisi fakir miskin, (Abdullah Haji Said, dkk., ‘Zakat Kontemporari, Perluasan Sumber dan Konsep Asnaf’, Kualalumpur, 2016: 4954).

7

Di bawah ini jenis-jenis harta yang diperdebatkan untuk dikeluarkan zakatnya!

SUMBER ZAKAT

DEFINISI

JENIS HARTA

ULAMA PENDUKUNG

Pendapatan berupa Semua

jenis -Gaji pendapatan

uang dari gaji tetap pendapatan

yang - Surat utang

atau

tidak

honor

dalam -Saham

tambahan; bentuk uang.

tunjangan dan

tetap; diperoleh

Mayoritas Ulama

-Surat Jaminan

profesi;

-Pemberian (hibah)

penghasilan

-Royalti

tambahan lainnya.

-Honorarium -Harta berharga

Hasil tanaman

Beberapa

hasil -Kelapa Sawit

Abu

pertanian

atau -Kelapa

Abu Yusuf

perkebunan,

baik -Karet

jangka

pendek -Sayuran

maupun

jangka -Bawang

Hasil

dan

-Madu

panjang. Hasil Ternak

Hanifah

keuntungan -Ayam

Mayoritas Ulama

yang diterima dari -Itik bisnis

jual

hewan.

beli -Ikan Bukan -Burung

melihat dari jumlah -Burung unta hewan ternak. Hasil Tambang

-Kelinci

Semua

hasil -Timah

Mazhab Ahmad bin

tambang,

baik -Besi

Hanbal.

berupa gas/minyak -Permata bumi

dan/atau -Batu Bara

8

dalam bentuk benda -Gas alam padat.

-Minyak -Batu krikil -Pasir

Penutup Di era modern ini, para ulama muktabar sudah banyak menghasilkan kajian tentang hartaharta yang terus berkembang seiring berkembangnya lapangan kerja. Saat ini, dan ke depan, kajian dan penelitian tentang zakat akan makin berkembang seiring tumbuhnya berbagai pusat kajian yang fokus pada “Ekonomi Islam” yang menjadi induk ilmu zakat. Banyaknya peneliti dan hasil penelitian tentu menghasilkan ragam hasil, dan pada akhirnya melahirkan perdebatan, termasuk memperdebatkan jenis-jenis harta di atas. Dan untuk tidak memperuncing perdebatan yang pada akhirnya merugikan umat, maka pemerintah telah memberikan garis pembatas bahwa ada pendapat ulama yang dijadikan rujukan ada pula yang cukup menjadi pengetahuan dan informasi. Inilah yang dimaksud dalam qaidah ushul, Hukmul hakim yar’fa’ul ikhtilaf, ketetapan penguasa menghilangkan segala perdebatan yang ada. Pengelolaan zakat di Indonesia telah dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011, dan lembaga yang diberi wewenang untuk mengelola zakat, infak dan sedekah adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) serta lembaga-lembaga zakat swasta yang mendapat rekomendasi dan mandat dari BZANAS. Oleh karena itu, ketetapan pengumpulan zakat yang telah ditetapkan oleh lembaga negara setingkat BAZNAS tentu merupakan implementasi undang-undang. Masyarakat, atau umat Islam tidak perlu lagi ragu berzakat ke BAZNAS, lembaga terpercaya, aman dari sisi syariah, aman dari sisi regulasi, dan aman penyalurannya. Wallahu A’lam!

*Pimpinan BAZNAS Enrekang Priode 2021-2026.

9

10...


Similar Free PDFs