PUBLIC RELATIONS DAN CITRA ORGANISASI PDF

Title PUBLIC RELATIONS DAN CITRA ORGANISASI
Author Rostiena Pasciana
Pages 22
File Size 633 KB
File Type PDF
Total Downloads 64
Total Views 77

Summary

PUBLIC RELATIONS DAN CITRA ORGANISASI Oleh: Rostiena Pasciana, SS., MSi Definisi Citra Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘citra’ adalah (1) Kata benda; gambar, rupa, gambaran (2) Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan , organisasi atau produk; (3) Kesan mental atau bay...


Description

PUBLIC RELATIONS DAN CITRA ORGANISASI Oleh: Rostiena Pasciana, SS., MSi

Definisi Citra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘citra’ adalah (1) Kata benda; gambar, rupa, gambaran (2) Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan , organisasi atau produk; (3) Kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi (4) Data atau informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) Citra adalah cara pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, komite, atau aktivitas. Sukatendel dalam Soemirat dan Ardianto (2002) Citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi.

Dapat disimpulkan: Citra adalah gambaran pihak lain tentang pribadi, perusahaan atau organisasi.

Jenis citra:

Jefkins (1982): The mirror image is that held by management, which may well be different from that held by outsiders who have a current image based on their knowledge and experience of the organizations. The multiple image occurs when different representatives of a company, such as salesmen, present personal images rather than a uniform image of their organization. The corporate image is that of the organization itself , based on its reputation, activities and behaviour. A product image is that based on the quality, performance, selling points or distinctiveness of a product.

Jefkins (2003) ada 5 jenis citra; 1. Citra bayangan (mirror image) Citra ini dipantulkan dari organisasi menitikberatkan kepada tingkah laku manajemen perusahaan 2. Citra yang berlaku (current image) yaitu suatu citra yang bertolak dari pengetahuan dan pengalaman 3. Citra majemuk (multiple image) banyaknya pegawai/ individu, cabang atau perwakilan organisasi/perusahaan dapat memunculkan citra yang belum tentu sama dengan organisasi/perusahaan tersebut secara keseluruhan. 4. Citra perusahaan (corporate image) yaitu citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. 5. Citra produk (product image) yaitu Citra yang didasarkan pada kualitas, performance, selling point

Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1) kemampuan finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4) keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan, (8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good Corporate Governance (GCG).

Setiap organisasi/perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Citra suatu organisasi tidak muncul dengan sendirinya. Akan tetapi citra harus diupayakan dengan berbagai cara agar selalu terpelihara. Citra positif suatu organisasi akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat/publik terhadap produk yang dihasilkan.

Peran PR dalam menjaga Citra Organisasi Peran PR/HUMAS sangat dibutuhkan untuk menjaga dan mengembalikan citra positif sebuah perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggelar sharing melalui radio siaran, televisi siaran, press release, press conference, CSR dan lain-lain.

• • • •

Usaha yg dilakukan PRO

Public understanding Public confidence Public support Public cooperation

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan bahwa efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Oleh Karena itu diperlukan komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan dalam pembentukan citra.

Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan adalah suatu konsep bahwa organisasi/ perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dasar hukum

1. BUMN Peraturan Menteri Negara BUMN Per05/MBU/2007 Pasal 1 ayat 6 • Kemitraan : meningkatkan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri • Bina Lingkungan : pemberdayaan kondisi sosial masyarakat

2. Perseroan Terbatas yg mengelola SDA UU PT No 40 th 2007 pasal (74) Kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR)

3. Penanaman modal asing UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal pasal 15: kewajiban tanggung jawab sosial masyarakat

4. Perusahaan pengelola minyak dan gas bumi UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi pasal 13 Kewajiban untuk melaksanakan pengembangan masyarakat dan menjamin hak2 masyarakat di sekitar

Dalam “Model Empat Sisi CSR” perusahaan memiliki tanggung jawab: 1. Tanggung jawab ekonomis, yaitu berbisnis dan mendapatkan profit. 2. tanggung jawab legal, semisal keharusan membayar pajak, memenuhi persyaratan Amdal, dan lain-lain. 3. tanggung jawab ethical atau etis. Misalnya perusahaan berlaku fair, tidak membeda-bedakan ras, gender, tidak korupsi, dan hal-hal semacam itu. 4. tanggung jawab discretionary. Tanggung jawab yang seharusnya tidak harus dilakukan, tapi perusahaan melakukan juga atas kemauan sendiri . (Warta Pertamina, 2004).

Terkait dengan praktik CSR, pengusaha dikelompokkan menjadi empat: kelompok hitam, merah, biru, dan hijau. • Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok isi sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya. • Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. • Kelompok ketiga adalah mereka yang menganggap praktik CSR akan memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan menilai CSR sebagai investasi, bukan biaya. Karenanya, kelompok ini secara sukarela dan sungguh-sungguh melaksanakan praktik CSR dan yakin bahwa investasi sosial ini akan berbuah pada lancarnya operasional usaha. • kelompok hijau, merupakan kelompok yang sepenuh hati melaksanakan praktik CSR. Mereka telah menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu keharusan, bahkan kebutuhan, dan menjadikannya sebagai modal sosial (ekuitas).

Secara umum praktik CSR terbagi dua; 1. Sosial Corporate Responsibility Program sosial CSR meliputi aktivitas-aktivitas dimana perusahaan berinteraksi dengan komunitas, contohnya termasuk partisipasi staf dalam program school-reading, membersihkan lingkungan sekitar, membuat sumbangan amal 2. Environmental Corporate Responsibility Sebagian besar program CSR ini mengenai isu-isu lingkungan.

Darwin (2004) Manfaat organisasi khususnya perusahaan mengadopsi program CSR adalah:dapat mempererat komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan, mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih competitive advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier, dan pangsa pasar.

Para praktisi PR yang bertanggung jawab untuk program CSR seharusnya mampu untuk: • Memahami masyarakat • Membangun hubungan • Mempertanyakan bisnis • Menangani hubungan dengan pemangku kepentingan • Berkontribusi untuk menciptakan visi strategis bagi perusahaan mereka Jika perusahaan serius menjalankan program CSRnya dan menjalankannya di bawah divisi PR, maka PR akan mampu memberikan masukan strategis bagi perusahaan yang pada dasarnya memang menjadi perannya.

Referensi: 1. Abdurrachman, Oemi.2001. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2. Butterick, Keith. 2013. Pengantar Public Relations Teori dan Praktik Jakarta :.RajaGrafindo Persada. 3. Nurjaman Kadar dan Umam Khaerul. 2012. Komunikasi dan Public Relations Bandung: Pustaka Setia 4. Rumanti OSF, Sr Maria assumpta, 2002. Dasar-Dasar Public Relation. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. 5. Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro.2002. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya. 6. Wasesa, Silih Agung. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta : Gramedia. 7. Uchjana, Onong Effendy. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. 8. Elvinaro Ardianto. 2011. Handbook of Public Relations 9. Frank Jefkins. 2003. Public Relations. (edisi kelima). Jakarta: Erlangga. 10. Yulianita, Neni. 2007 Dasar-dasar Public Relations. Bandung: P2U-LPPM UNISBA....


Similar Free PDFs