" ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN " PDF

Title " ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN "
Author Dwi Istiqomah
Pages 27
File Size 514.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 421
Total Views 544

Summary

MAKALAH “ ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN ” Mata Kuliah AKUNTANSI KEPERILAKUAN Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. Disusun oleh : Dwi Istiqomah C1C018063 KELAS R-10 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2020 KATA PENGAN...


Description

MAKALAH

“ ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN ” Mata Kuliah AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Dwi Istiqomah C1C018063

KELAS R-10 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2020

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Pengambil Keputusan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami. Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang. Terima kasih.

Jambi, 3 November 2020

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................2 1.5 Metode Penulisan.............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Pengambilan Keputusan .......................................................................3 2.2 Cara Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi ............................................9 2.3 Teknik Pengambilan Keputusan .....................................................................15 2.4 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi ................18 2.5 Pengambilan Keputusan Oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar ................19 2.6 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan ........21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 23 3.2 Saran ............................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 24

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang namanya analisis laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benarbenar mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang benar-benar menguasai bidangnya haruslah memiliki keperilakuan atau behavior yang memang sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut. Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa dikaitkan dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu sosial dan psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi Keperilakuan menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena semua bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain. 1.2 Rumusan Masalah 

Bagaimana proses pengambilan keputusan?



Bagaimana cara pengambilan keputusan dalam organisasi?



Apa saja teknik pengambilan keputusan?



Apa saja asumsi keperilakuan dalam pengambilan keputusan organisasi?



Bagaimana perbedaan pengambilan keputusan oleh pendatang baru versus para pakar?



Bagaimana peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan keputusan?

1.3 Tujuan Penulisan 

Untuk mengetahui bagaimana aspek keperilakuan pada pengambilan keputusan dan pengambil keputusan. 1



Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.

1.4 Manfaat Penulisan 

Dapat memberikan pemahaman lebih mengenai Akuntansi Keperilakuan.



Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Akuntansi Keperilakuan, khususnya materi Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Pengambil Keputusan.

1.5 Metode Penulisan Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat baik berupa buku maupun informasi dari internet (e-book).

2

BAB II ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN 2.1 Proses Pengambilan Keputusan 2.1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu berada dan dijalani oleh setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut banyak keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu, kelompok individu, organisasi, atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau negara. Keputusan itu dibuat dengan satu tujuan yang dicapai. Dalam pengertian yang sangat populer, mengambil atau membuat suatu keputusan berarti memílih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam hal ini seseorang yang akan mengambil keputusan tidak hanya menghadapi satu pilihan, tetapi banyak pilihan alternatif yang tersedia untuk dipilih. Jika hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia alternatif lainnya, maka hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan dengan pilihan adalah jika seseorang berhadapan dengan lebih dari satu alternatif pilihan. Proses pengambilan keputusan adalah salah satu mekanisme pemikiran manusia yang paling kompleks karena berbagai faktor dan tindakan campur tangan di dalamnya, dengan hasil yang berbeda. Orasanu dan Connolly (1993) mendefinisikannya sebagai serangkaian operasi kognitif yang dilakukan secara sadar yang mencakup unsur-unsur lingkungan pada waktu dan tempat tertentu. Narayan dan Corcoran-Perry (1997) mempertimbangkan pengambilan keputusan sebagai interaksi antara masalah yang perlu dipecahkan dan seseorang yang ingin menyelesaikannya dalam lingkungan tertentu. Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk mencapai sebuah keputusan, yakni harus menyadari bahwa perlunya

3

membuat keputusan, menentukan tujuan akan dicapai, menghasilkan alternatif yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diajukan, megevaluasi apakah alternatif ini memenuhi harapan seseorang dan terakhir, menentukan alternatif terbaik yang dapat menyiratkan hasil global yang efisien (Halpern, 1997). Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih di antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak di masa depan. Seperti banyak aktivitas sosial lainnya, proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkahlangkah sebagai berikut : 1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau peluang Langkah ini dapat berupa respons terhadap suatu kejadian yang problematis, ancaman, atau peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan membutuhkan informasi mengenai lingkungan, keuangan dan operasi. Informasi terkait kondisi lingkungan eksternal mengungkapkan adanya peluang produk atau pasar baru atau malah ancaman terhadap status quo. Informasi keuangan atau operasional dapat mengingatkan manajemen terhadap masalah yang memerlukan tindakan segera. Pendidikan, pengalaman, watak, karakter dan faktor-faktor keperilakuan lainnya dari para pengambil keputusan dapat menentukan apakah masalah tersebut akan dianggap penting, menjanjika peluang, atau menginisiasi proses pengambilan keputusan. Beberapa manajer lebih suka status quo dan hanya bereaksi terhadap kejadian utama yang tidak dapat diantisipasi. Sementara manajer lainnya terdorong bahkan oleh diskrepansi minor dan tidak akan berhenti sampai solusi yang memuaskan ditemukan dan diterapkan. Sekali suatu masalah atau peluang telah ditentukan sebagai pokok perhatian, maka mäsalah tersebut harus didefinisikan dengan hati-hati. Pada situasi yang kompleks, aktivitas ini sebaiknya dilakukan oleh tim yang anggotanya mempunyai latar belakang pendidikan dan keahlian yang berbeda.

4

2. Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya Ketika definisi atas suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya dimulai. Dalam tahapan ini, sebanyak mungkin alternatif yang praktis diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian tersebut sering kali dimulai dengan melihat persamaan masalah yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada waktu itu. Jika tindakan yang dipilih berhasil, maka kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi. Jika tidak, pencarian terhadap alternatif tambahan akan diperluas. Fitur-fitur yang dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keuangan atas biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif. Estimasi ini akan disaring dan diperiksa kembali jika alternatif tersebut dianggap mungkin dan layak untuk memperoleh perhatian lebih lanjut. Kuantifikasi nonkeuangan akan diterjemahkan ke dalam pendapatan dan beban jika memungkinkan. Tidak semua fitur dari suatu alternatif dapat dikuantifikasi. Dalam kasus ini, manfaat dan pengorbanan yang relevan dibuat daftarnya. 3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan Tahapan yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu dari beberapa alternatif. Walaupun tahapan ini tampaknya rasional, tetapi keputusan akhir sering kali didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis dibandingkan pada faktafakta ekonomi. Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi beberapa alternatif yang mungkin, masing-masing memiliki kelebihan tertentu daripada yang lain terkait kriteria keputusan yang dipilih. Manajer juga menyadari manfaat dan biaya politis dari setiap alternatif. 4. Penerapan dan tindak lanjut Kesuksesan atau kegagalan atas keputusan akhir bergantung pada efisiensi dan penerapannya. Penerapan tersebut hanya berhasil jika orang-orang yang menguasai sumber daya organisasi benar-benar berkomitmen untuk melakukannya. Situasi yang ideal akan

5

terwujud jika sumber kekuatan itu dikuasai oleh pendukung dari keputusan yang diambil. Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan balik secara periodik dan koreksi segera atas segala kesalahan yang terjadi mutlak diperlukan. 2.1.2 Motif Kesadaran Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2) keinginan terhadap kompleksitas dan keragaman. Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif. Dua faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau tidak pasti). Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan, yaitu : 1. Model keputusan yang direncanakan secara sederhana. 2. Model keputusan yang tidak direncanakan secara sederhana. 3. Model keputusan yang direncanakan secara kompleks. 4. Model keputusan yang tidak direncanakan secara kompleks. 2.1.3 Jenis-Jenis dari Model Proses Motif-motif yang berada di belakang keputusan bersifat kompleks. Tiga model utama pengambilan keputusan berusaha untuk menentukan motif dari seorang pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi, model sosial dan model kepuasan Simon.

6

1. Model Ekonomi Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi di antara beragam motif dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif yang mungkin diketahui dan bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif-alternatif tersebut dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak bergantung pada preferensi pribadi, melainkan didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten. Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi sebagai berikut : a. Kepuasan akan sepenuhnya rasional terkait rencan tujuan. b. Sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan adanya pemilihan alternatif. c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif. d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk menentukan alternatif terbaik. e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan maupun misterius. Model rasionalitas ekonomi

dari para

pengambil

keputusan

selalu berusaha

memaksimalkan hasil dalam perusahaan dan keputusan akan diarahkan pada titik p maksimum, yang mana biaya marjinal sama dengan pendapatan marjinal (MC = MR). 2. Model Sosial Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrem. Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada kenyataannya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan didasarkan pada interaksi sosial. Dalam hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan kerja merupakan kekuatan utama yang memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan model rasionalitas ekonomi ada model yang digambarkan secara psikologi. Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi dan naluri dengan perilaku yang

7

dipandu keinginan yang tidak disadari. Jelas jika hal ini merupakan deskripsi yang lengkap, maka orang tidak dapat membuat keputusan yang efektif. Meskipun banyak psikolog kontemporer memperdebatkan deskripsi manusia Freudian, hampir semua sependapat bahwa pengaruh psikologi berdampak signifikan pada perilalu pengambilan keputusan. Selanjutnya, tekanan dan pengaruh sosial mungkin menyebabkan manajer membuat keputusan yang tidak rasional. Terdapat empat alasan utama mengapa fenomena ini terjadi. Fenomena ini disebut eskalasi komitmen yang terjadi karena : a. Karakteristik proyek. Hal ini mungkin menjadi alasan utama untuk keputusan eskalasi. Karakteristik dan tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi tertundah atau masalah temporer yang mungkin menyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan komitmen pada tindakan yang salah. b. Determinan psikologi. Jika keputusan menjadi buruk, manajer memiliki kesalahan pemrosesan informasi karena pengambil keputusan melibatkan ego yang membuat informasi negatif diabaikan dan perisai pertahananpun dibangun. c. Kekuatan sosial. Mungkin para pengambil keputusan mendapat tekanan dari rekan kerja dan/atau mereka perlu mempertahankan gengsi, sehingga mereka terus atau mengeskalasi komitmen untuk tindakan yang salah. d. Determinan organisasi. Bukan hanya karakteristik proyek yang mengalami eskaasi keputusan yang buruk, begitu juga halnya dengan kegagalan dalam komunikasi, disfungsi politik dan bertahan pada perubahan. 3. Model Simon Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep Simon tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, membuat pilihan dan belajar. Akan tetapi terbatas batasan rasionalitas mereka.

8

Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk memproses informasi secara berurutan. Mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengelola data dalam jumluh besar. Dengan demikian, sikap manusia dalam kondisi ini adalah perilaku yang berusaha memuaskan dan bukan untuk melakukan optimalisasi. Orang menganggap masalah telah selesai saat solusi yang layak dan dapat diterima ditemukan. Untuk mempresentasikan model rasionalitas ekonomi yang lebih realistis, Herbert Simon mengajukan model alternatif. Ia merasa bahwa perilaku pengambil keputusan manajemen dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Dalam memilih alternatif, manajer berusaha meminimalkan kepuasan, atau mencari sesuatu yang memuaskan atau cukup bagus. Contoh kriteria kepuasan minimal adalah keuntungan yang memadai atau saham pasar dan harga yang adil. b. Mereka menyadari bahwa dunia nyata yang mereka rasakan merupakan model dunia nyata yang disederhanakan secara drastis. Mereka puas dengan penyederhanaan tersebut karena mereka yakin dunia nyata adalah kosong. c. Mereka mengejar kepuasan minimal daripada yang maksimal, yang dapat membuat pilihan tanpa menentukan semua kemungkinan alternatif perilaku dan tanpa memastikan bahwa ini sudah mencakup semua alternatif. d. Mereka memperlakukan dunia itu kosong, mereka dapat membuat keputusan hanya dengan metode pengalaman atau trik perdagangan atau kekuatan kebiasaan. Teknik tersebut tidak menuntut kemustahilan dari kapasitas pemikirannya. 2.2 Cara Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Berbagai pendekatan dalam pengambilan keputusan, seperti menggunakan pendekatan rasional dengan menganalisis variabel-variabel terkait, menggunakan metode tertentu dengan tahapan yang jelas dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka 9

yang memiliki kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat dan menggunakannya. Dengan proses tersebut, maka keputusan rasional memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan dapat membuat akuntabilitas dan dijelaskan mengapa suatu keputusan dapat diambil. Berdasarkan alasan tersebut, para pemimpin berupaya mengambil keputusan dengan metode rasional dengan menggunakan metode analisis, seperti SWOT, Cause and Effect Analysis, Value Chain Analysis, dan lain sebagainya. Metode pengambilan keputusan yang rasional memang merupakan metode yang diunggulkan oleh berbagai pihak, tetapi hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya benar dalam artian tidak dapat mengubah situasi menjadi lebih baik atau memberikan keuntungan yang diharapkan, bahkan mungkin terdapat keputusan yang sifatnya merugikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya organisasi yang merugi dan guling tikar. Dengan alasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya pengambilan keputusan rasional membuahkan hasil yang diharapkan. Ketidakberhasilan dalam pengambilan keputusan tersebut disebabkan adanya prakondisi yang tidak dapat dipenuhi. Prakondisi tersebut adalah bahwa (1) analisis harus dilakukan oleh para profesional, (2) menggunakan metode analisis yang tepat, (3) didukung dengan data yang lengkap, akurat dan terkini, serta (4) tersedianya cukup waktu. Pengambilan keputusan merupakan daerah profesional, misalnya, untuk memprediksi penyakit yang akan timbul pada musim banjir menjadi kewenangan para dokter, sementara untuk memprediksi inflasi pada musim kemarau menjadi kewenangan para ekonom, tentunya dengan bantuan pihak terkait untuk mengumpulkan data. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua pengambilan keputusan dilakukan oleh profesional karena keterbatasan kewenangan. Pada kasus tertentu, para profesional memiliki keterbatasan untuk melakukan kegiatankegiatan yang dapat mengidentifikasi dan menganalisis masalah, memberikan alternatif solusi dan menyiapkan rekomendasi sementara keputusan...


Similar Free PDFs