REVIEW BUKU DARI TEOLOGI MENUJU TEOANTROPOLOGI PDF

Title REVIEW BUKU DARI TEOLOGI MENUJU TEOANTROPOLOGI
Author Luthfi Muyasaroh
Pages 14
File Size 242.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 159
Total Views 993

Summary

REVIEW BUKU DARI TEOLOGI MENUJU TEOANTROPOLOGI Pemikiran Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester 5 Mata Kuliah: Pemikiran Teologi Islam Modern Dosen Pengampu: Dr. Nasihun Amin, M.Ag Disusun oleh: Luthfi Muyasaraoh (1804016086) Kelas: AFI C-5 AQIDAH DA...


Description

REVIEW BUKU DARI TEOLOGI MENUJU TEOANTROPOLOGI Pemikiran Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester 5 Mata Kuliah: Pemikiran Teologi Islam Modern Dosen Pengampu: Dr. Nasihun Amin, M.Ag

Disusun oleh: Luthfi Muyasaraoh (1804016086) Kelas: AFI C-5

AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2020 1

IDENTITAS BUKU Judul buku

: Dari Teologi Menuju Teantropologi (Pemikiran Teologi pembebasan Asghar Ali Engineer).

Penulis

: Nasihun Amin

Penerbit

: Walisongo press

Cetakan

:1

Tahun Terbit : 2009 Tebal

: 142 Halaman

Tentang Pengarang Buku yang berjudul “Dari Teologi Menuju Teantropologi (Pemikiran Teologi pembebasan Asghar Ali Engineer) ini ditulis oleh Dr. Nasihun Amin, M.Ag. Beliau adalah seorang dosen dan pascasarjana di UIN Walisongo Semarang. Beliau ditetapkan sebagai dosen pengajar di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora sampai saat ini juga. Di samping itu beliau juga sering mengisi acara seminar dan workshop yang kaitannya dengan Islam baik itu di dalam maupun di luar UIN Walisongo Semarang. Selain sebagai dosen, beliau juga pernah diamanati untuk menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora di UIN Walisongo Semarang pada periode 2010-2014. Kemudian beliau telah menyelesaikan pendidikan doktoralnya dalam bidang pemikiran Islam. Ketika Dr. Nasihun Amin, M.Ag telah menjabat sebagai dosen, kemudian ia mulai menulis karyanya. Hingga saat ini beliau telah menghasilkan banyak karya tulis baik itu berbentuk buku maupun artikel karya ilmiah (jurnal). Beberapa karyanya tersebut yaitu, Teologi Islam Transformatif: dialog teologi dan humanism menuju teantroposentrisme Islam, paradigm Teologi Politik Sunni, dan masih banyak lagi. Dan karyanya ini telah banyak diletakkan pada perpusatakaan UIN Walisongo Semarang sebagai literatur mahasiswa dalam menunjang tugas perkuliahannya.

2

Tentang Buku Buku ini merupakan cetakan pertama yang terbit pada tahun 2009 oleh Walisongo Press. Selain bentuk fisik, buku ini juga berbenttuk ebook yang memungkinkan semua kalangan bisa untuk menikmatinya. Dengan sampul berwarna biru muda dan model kover yang bagus agaknya bisa menarik minat para pembaca untuk lebih mengetahui isi buku ini. Dengan tebal buku mencapai 142 halaman kiranya bisa membuat pembaca lebih bersemangat untuk menguliknya lebih dalam. Buku ini terdiri dari satu bab pendahuluan dan empat bab pokok bahasan. Bisa dilihat bahwa buku ini merupakan hasil dari penelitian sang penulis mengenai pemikiran teologi. Dan nampaknya penggunaan sumber buku maupun artikel jurnal dari penulis karya lain pun tak luput disertakan di buku ini. Hal ini terlihat dari beberapa kutipan yang penulis sematkan dalam kayanya ini. Buku ini memiliki bahasa yang mudah untuk dimengerti bagi pembaca di kalangan akademisi. Namun untuk para pembaca yang masih awam dengan teologi Islam maka kiranya mungkin harus lebih ekstra untuk memahaminya. Kelebihan buku ini, sebagaimana yang tertera di atas bahwa buku ini memiliki halaman yang cukup (tak banyak juga tak sedikit), bahasa yang ringan dan mudah dimengerti, kecenderungan untuk mengetahui karya lain dengan tema pembahasan yang serupa. Kemudian kelemahan buku ini terletak pada kurang telitinya editor buku dalam mengoreksi setiap suku kata dalam buku. Karena ada beberapa kata yang kedapatan memiliki susunan huruf tak sesuai atau istilah sekarang disebut dengan typo.

ISI BUKU Di bab satu terdapat pendahuluan yang menjelaskan mengenai beberapa masalah terhadap teologi dan wacana pembaharuan terhadap teologi untuk menghadapi perkembangan zaman. Serta tercantumnya struktur dari isi buku ini yang diharapkan para pembaca mengetahui latar belakang pembuatan buku serta penjelasan singkat tentang isi buku ini. Kemudian di bab kedua merupakan pemahasan mengenai kerangka paradigmatic teologi Islam. Di bab ke dua ini memiliki 3 pokok bahasan yaitu pertama tentang kemandulan teologi dalam merespon persoalan actual, kedua tentang teologi pembebasan: sebuah contoh kecil, dan yang ketiga mengenai beberapa paradigm teologi. Lalu di bab tiga ada bahasan tentang Asghar Ali Engineer dan latar belakang sosialnya. Bab ini terdapat 3 sub bab yang terdiri dari riwayat 3

hidup dan karyanya, sumber: realitas sosial, kerangka metodologi. Di bab keempat berisi tentang teologi pembebasan Islam: alternatif kebuntuan teologi, secara garis besar membahas jalan keluar dari teologi yang tak bisa digunakan dalam mengatasi masalah perkembangan zaman. Pada bab ini terdiri dari 3 tema sub pokok bahasan yaitu, pengertian teologi pembebasan Islam, karakteristik teologi pembebasan Islam serta konsep-konsep kunci dalam tauhid. Dan di bab lima menjelaskan tentang teoantropologi: restrukturisasi paradigmatik. Di bab ini memiliki 2 sub pokok bahasan yaitu tentang teori teoritis dan teori praktis. Di akhir bahasan ada bab enam yang merupakan penutup dengan isi berupa kesimpulan dan saran.

4

BAB I PENDAHULUAN

Di bab pertama ini menjelaskan tentang masalah yang terjadi berkaitan dengan keagamaan terutama mengenai teologi. Yang mana seharusnya teologi bisa untuk mengatasi semua masalah dalam kehidupan yang juga berkaitan dengan Tuhan. Akan tetapi, hal itu hanya sebuah angan karena berbagai macam masalah sosial bermunculan mengakibatkan orang dengan keberagamaannya yang kuat pun ikut terseret ke dalamnya. Hal ini dikhawatirkan akan merusak iman seseorang dengan mereka terlibat dalam konflik sosial ini. Seharusnya merekalah yang bisa berperan dalam mengatasi konflik sosial ini dengan pengalaman keagamaannya sehingga konflik sosial bisa terkondisikan bahkan berkurang keberadaannya. Salah satu cara mengatasi konflik sosial ini adalah dengan peran teologi yang memungkinkan untuk bisa mengurangi kekejaman konflik sosial. Namun, sayangnya teologi yang sudah ada hanya bisa untuk mengatasi masalah kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan saja tanpa ada sangkut paut tentang relasi manusia terhadap sosial masyarakat. Jadi, di buku ini menjelaskan perlunya teologi untuk dibaharui agar bisa mengatasi masalah kehidupan sosial masyarakat di sisi lain untuk mengatasi masalah kehidupan dengan Tuhan. Sebagaimana yang tercantum dalam buku ini bahwa perlu mengadakan reformulasi teologis secara sistematis sebagai terobosan baru yang memungkinkan pemikiran teologis melampaui batas tradisionalnya agar lebih segar dan tak berkutat pada isu-isu transendental spekulatif, melainkan lebih reflektifsosiologis. 1 Kemudian jika teologi ini ingin dipembaharui ke ranah masalah sosiologi maka perlu digunakannya analisis sosial masyarakat guna menjadi patokan dan penguatan pemikiran teologi. Agar pemikiran teologis bisa sesuai dengan apa yang terjadi pada realitas sosial masyarakat.

1

Nasihun Amin, Dari Teologi Menuju Teantropologi: Pemikiran Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer, Walisongo Press, 2009, Hlm 6.

5

BAB II KERANGKA PARADIGMATIK TEOLOGI ISLAM

A. Kemandulan Teologi dalam Merespon Persoalan Aktual Sub bab ini menjelaskan tentang bisa atau tidaknya teologi untuk menjawab dan mengatasi masalah yang ada seiring berkembangnya zaman. Di lihat dari sejarahnya, teologi ini sudah ada ketika sekte-sekte dan kebudayaan lama muncul. Dengan banyaknya sekte-sekte Islam yang mulai bermunculan mengakibatkan ajaran teologi dari satu sekte dengan sekte lainnya memiliki perbedaan pemikiran. Bisa dilihat jika sekte Mu’tazilah yang merumuskan pemikiran teologi berdasarkan dengan kerja rasio, sekte Khawarij dengan paham fanatiknya, serta Asy’ariyah yang memiliki pemikiran dengan memposisikan dirinya berada di tengah-tengah dua pihak yang bertentangan. Sehingga sekte Asy’ariyah ini kurang memiliki rasa percaya diri dengan pengambilan jalan tengah ini. Karena mereka menyerahkan semua masalah yang dihadapi oleh manusia kepada Allah tanpa menggunakan kerja rasio dalam menganalisis lebih jauh jalan keluar dari masalah itu. Dengan adanya pemikiran semacam ini maka umat muslim mungkin saja tidak akan maju peradabannya karena mereka hanya berkumpul berkutat membicarakan tentang persoalan agama yang itu-itu saja. Tanpa adanya pandangan ke luar persoalan tersebut di mana masalah sosial masyarakat lebih menarik untuk di kaji dengan peran teologi ini. Karena kemandulan teologi dalam mengatasi dan merespon realitas kehidupan masyarakat membuat umat Islam menjadi tertinggal dengan umat non muslim. Bisa kita lihat bahwa zaman sekarang ini menjadi maju karena banyaknya pengaruh dari orang non muslim. Misalkan saja di bidang teknologi di mana banyak perusahaan terkenal dengan produknya yang berkualitas ternyata dicetuskan oleh orang non muslim, seperti Bill Gates, Jack Ma dan yang lainnya. B. Teologi Pembebasan: Sebuah Contoh Kecil Berdasarkan kemandulan teologi yang sebelumnya telah dibahas maka, haruslah ada solusi untuk mengatasi hal tersebut supaya bisa terang kejelasan penggunaan teologi ini. Dalam hal ini munculah wacana teologi pembebasan yang awalnya berasal dari pemikiran agama Kristen yang kemudian diadopsi oleh para pemikir Islam. Mereka adalah Hasan Hanafi (Mesir) dengan gerakan al-Yasar alIslami, Ziaul Haq (Pakistan, bukan mantan presiden), Ashgar 30 Ali Engineer (India) dengan Teologi Pembebasan Islam, Moeslim Abdurrahman (Indonesia) 6

dengan Teologi Tranformatif, Farid Essack (Afrika selatan), Masdar Farid Mas’udi (Indonesia) dengan Teologi Populis, Mansour Fakih dengan Teologi untuk Kaum Tertindas dan sebagainya. Pemikiran mereka bertumpu pada filsafat praksis: kesatuan dialektis antara teori dan aksi, teori dan praksis, iman dan amal2. Sehingga dengan adanya kerangka pemikiran tersebut di harapkan teologi mampu untuk mengatasi masalah sosial masyarakat yang juga berkaitan dengan keimanan seseorang. Walaupun teologi pembebasan ini adalah hasil adopsi dari khazanah Kristen namun isi pemikirannya telah disaring dan disesuaikan dengan aturan hukum agama Islam. Dan teologi pembebasan ini juga identik dengan pemikirannya yang berupa hasil ikut serta rasional sang filosof dalam mengamati kondisi sosial masyarakat seiring bergantinya zaman. C. Beberapa Paradigma Teologi Setiap teolog memiliki cara berpikir mereka masing-masing dalam memahami sebuah fenomena sosial dan spiritual yang terjadi di masyarakat dari masa ke masa. Sehingga nantinya pemikiran yang mereka hasilkan pun juga memiliki perbedaan. Walaupun mungkin ada persamaannya dalam beberapa hal karena mereka ada yang terinspirasi dan terpengaruh dengan tokoh teolog yang lain. Dengan berkembangnya pemikiran teologi Islam saat ini ada beberapa jenis paradigma yang digunakan dalam pemikiran teologi tersebut yaitu: 1. Paradigma Tradisional Yaitu paradigma yang memiliki corak pemikiran teologi terhadap kehidupan berupa deterministik. Jadi, apapun arti dari adanya permasalahan di kehidupan masyarakat ini hanya Tuhan yang tahu. Kemudian, apapun itu baik manusia memiliki masalah, kebahagiaan, keadilan itu semua diserahkan kepada Tuhan. Paradigma yang sederhana ini secara keseluruhan selalu menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Sehingga mereka dalam menjalani kehidupan ini selalu menerima apa adanya yang Tuhan takdirkan kepada mereka. 2. Paradigma rasional Paradigma yang ciri berpikir teologinya menyertakan peran rasional atau pemikirannya bersifat rasional. Para teolog menggunakan akal dalam memahami konteks sosial serta kontek yang ada dalam al-Qur’an.

2

Nasihun Amin. Dari Teologi Menuju Teantropologi : Pemikiran Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer. Walisongo Press, 2009. Hlm 30.

7

3. Paradigma Fundamental Jenis paradigma yang pemikiran teologinya disandarkan pada kitab suci. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan kemurnian kitab suci agar para pewaris masa depan masih bisa menikmati keorisinalitasnya. 4. Paradigma Transformatif Merupakan paradigma untuk mengatasi kelemahan dari ketiga paradigma di atas dalam mengatasi masalah kehidupan masyarakat. Paradigma

ini menyeimbangkan

penggunaan akal, kitab suci dan takdir tuhan. Ini bertujuan demi tercapainya kebebasan masyarakat Muslim dari keterbelakangan, kemiskinan, ketidakadilan dan dominasi sosial.

8

BAB III ASGHAR ALI DAN LATAR BELAKANG SOSIALNYA

A. Biografi dan Karya Asghar Ali Enginer lahir pada 10 Maret 1940 di Kalkuta, India, dari pasangan Syaikh Qurban Husain dan Maryam. Ia adalah seorang insiyur sipil3. Ia menempuh pendidikan baik formal maupun tingganya di India. Universitas Vikram menjadi tempat menuntut ilmunya sejak tahun 1956 hingga 1962 dan ia pulang dengan membawa gelar sarjana teknik sipil. Ia tertarik dengan Islam dengan tiba-tiba. Karena keluarganya beragama Islam dengan mengikuti aliran Syi’ah, sehingga sejak kecil Ali telah diajarkan pendidikan agama tradisional oleh orang tuanya. Ayahnya, seorang ulama syiah, mengajarkannya bahasa Arab secara intensif dan mengenalkannya pada berbagai khazanah pemikiran Islam, klasik maupun modern. Selain bahasa Urdu dan bahasa arab, ia juga menguasai dengan baik bahasa Inggris dan bahasa Persi. Dengan keahlian bahasanya inilah Ali mulai menulis karya-karyanya yang lebih dominan membahas tentang kajian pemikiran Islam. Karya Ali yang telah dipublikasikan yaitu The Islamic State, di London, seperti Women Right in Islam, di Malaysia, seperti The Origin and Development of Islam, dan yang lainnya. Tak hanya itu saja, total karyanya hingga mencapai 40 judul buku yang telah diterbitkan baik itu buku hasil pemikirannya sendiri maupun hasil menyunting. Selain sebagai teolog dan teknisi, Ali juga bekerja sebagai seorang dai sekte Syiah Islamiyah di India tepatnya di Daudi Bohras. Ia dengan sangat gigih memperjuangkan dan menyuarakan pembebasan, suatu tema yang menjadi ruh pada setiap karyanya, seperti hak asasi manusia, hak-hak perempuan, pembelaan rakyat tertindas, perdamaian etnis dan agama, rehabilitasi rakyat tertindas, rehabilitasi lingkungan dan sebagainya 4. B. Sumber: Realitas Sosial Dalam buku ini menjelaskan tentang realitas kehidupan negara India menuju awal abad ke 20. Sebagaimana yang kita tahu bahwa India merupakan salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia. Selain itu India juga memiliki banyak permasalahan sosial yang harus segera

3

Nasihun Amin, Dari Teologi Menuju Teantropologi: Pemikiran Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer, Walisongo Press, 2009, hlm 45. 4 Ibid, hlm 46-48.

9

teratasi. Adanya Ali ini menjadi harapan untuk warga negara India dalam mengatasi permasalahan hidup di India dengan pemikirannya yang berupa teologi pembebasan. Banyaknya kasus diskriminasi yang disebabkan karena perbedaan kasta membuat laki-laki menduduki dominasi atas perempuan. Sedangkan penganut agama Islam di India masih minoritas serta ajarannya masih tercampusi dengan ajaran tarekat. C. Kerangka metodologi Dalam pemikirannya, Ali menggunakan dua macam metode berpikir yaitu hermeneuterika dan filsafat praksis. Ali menggunakan kedua metode ini untuk memahami nilai yang terkandung dalam al-Qur’an, budaya, bahasa, realitas sosial, sejarah dan yang lainnya. Dalam buku ini penulis mencantumkan adanya tokoh hermeneutika seperti Gadamer, Schleiermacher, Friedrich Ast, dan yang lainnya yang sama-sama menggunakan peran sejarah dan bahasa dalam menyingkap arti dibalik suatu masalah. Kemudian penggunaan metode filsafat praksis ini oleh Ali, dijelaskan oleh penulis dalam bukunya bahwa filsafat praksis ini nantinya akan membawa kemerdekaan atau kebebasan baik untuk pihak personal maupun sosial.

10

BAB IV TEOLOGI PEMBEBASAN ISLAM: ALTERNATIF KEBUNTUAN TEOLOGI

A. Pengertian Teologi Pembebasan Islam Teologi pembebasan Ali dalam buku ini dijelaskan bahwa pemikirannya ini mengacu kepada ranah agama Islam. Jadi bukan pemikiran teologi pembebasan secara umum melainkan berbasis agama Islam. Pemikiran pembebasan Ali ini disebutkan oleh penulis bahwa pemikirannya tak lepas dari kaitannya dengan konteks sejarah agama Islam. Sebaimana yang penulis katakan dalam buku ini bahwa theology ini adalah teologi yang meletakkan tekanan barat pada kebebasan, persamaan dan keadilan distribusi dan menolak keras penindasan, penganiayaan dan eksploitasi manusia oleh manusia 5. Maka dari itu teologi kebebasan Islam memberikan kebabasan kepada manusia untuk mengembangkan potensi dalam dirinya semaksimal mungkin dalam kehidupan dengan sejarah yang baru. Kemudian dicantumkan pula di buku ini bahwa kebebasan yang diberikan kepada manusia berprinsip pada kebebasan berbudaya, kebebasan beragama, kebebasan berfikir, dan berpendapat, kebebasan berpolitik 6. B. Karakteristik Teologi Pembebasan Islam Teologi Pembebasan Islam ini memiliki beberapa ciri tersendiri yaitu: 1. Menjelaskan tentang dunia 2. Membahas kehidupan akhirat 3. Selalu siap sedia dalam menghadapi perubahan zaman 4. Penggunaan rasio yang aktif 5. Menyeimbangkan penggunaan teks sejarah agama dengan rasionalitas. C. Konsep-konsep Kunci Dibuku ini disebutkan beberapa konsep-konsep kunci yang digunakan oleh Ali dalam pemikiran teologi pembebasan Islam ini, diantaranya yaitu, pertama tauhid-syirik, konsep mengesakan Tuhan. Namun menurut Ali tak hanya Tuhan yang diesakan namun manusia juga turut diesakan. Inilah mengapa disebut sebagai tauhid juga syirik. Kedua, iman, dalam buku ini penulis mengatakan bahwa menurut Ali, iman itu adalah pecaya kepada Tuhan serta

5 6

Ibid, hlm 81. Ibid, hlm 83.

11

memiliki perilaku menegakkan keadilan, keamanan, dan bisa optimis dalam merealisasikan nilai-nilai kehidupan. Ketiga, adil, penulis menjelaskan bahwa keadilan ini bukan diartikan sebagai ketentuan dari Allah melainkan adil yang terdapat dalam jiwa seseorang yang membuat hidupnya lurus. Meskipun begitu esensi yang terkandungnya adalah manifestasi dari adanya doktrin iman dan tauhid 7. Konsep yang keempat adalah jihad, secara umum berarti melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh di jalan Allah. Nah dalam buku ini dijelaskan bahwasanya Ali memaknai jihad sebagai penegak keadilan serta perang harus diselesaikan hingga semua bentuk penindasan berakhir 8.

7 8

Ibid, hlm 100. Ibid, hlm 105.

12

BAB V TEOANTROPOLOGI: RESTRUKTURISASI PARADIGMATIK

A. Tataran Teoritis Pembahasan kali ini menjelaskan tentang kelemahan teologi dalam mengatasi masalah seiring berkembangnya zaman. Hal ini diakibatkan karena umat muslim yang masih berada di zona nyamannya tanpa keluar memandang relaitas luar yang sedang berlangsung. Kemudian masih banyaknya praktik agama yang berdasarkan tradisi lokal membuat umat Islam tertinggal kemajuannya dengan umat non muslim. Selain itu juga karena lemahnya literasi masyarakat terhadap kajian-kajian Islam dan ketidakpeduliannya terhadap perubahan. Oleh karena itu, dalam buku ini disebutkan Ali ingin melakukan pembaharuan orientasi bagi Teologi Islam dengan memberikan rumusan berupa, dari Tuhan ke manusia (tuhan memberikan kebebasan kepada manusia sebagai amanah untuk menjadi khalifah di dunia. Jadi Teologi Pembebasan Islam memusatkan manusia sebagai representasi Tuhan) 9, dari akhirat ke dunia (perbuatan manusia di dunia menentukan hidunya kelak di akhirat), dari keabadian ke waktu (dunia selalu dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga praktik kebebasan didunia terbatasi oleh waktu bukan suatu kebabasan yang abadi karena yang abadi itu ada di akhirat), dari eskatologi ke futurologi, dari takdir ke kehendak berkuasa (manusia harus memiliki kehendak berkuasa, bebas untuk melakukan hal apapun semaunya karena kapasitas manusia telah diberikan oleh Tuhan berupa potensi berkehendak), dari teori ke tindakan (Tindakan yang benar yang didasarkan atas teori yang salah memiliki nilai lebih baik daripada teori yang benar tanpa tindakan)10. B. Tataran Praktis Di tataran praktis ini, teologi dimaknai oleh Ali sebagai pemikiran tauhid yang menyelesaikan masalah sosial bukan sekedar menyelesaikan masalah spiritual semata. Akan tetapi, untuk menyingkap arti dari masalah sosial yang bisa mengantarkan kepada penyelesaian terlebih dahulu haruslah disertai pembangunan...


Similar Free PDFs