Ridwan Saidi 201010080311064 (Perbaikan) PDF

Title Ridwan Saidi 201010080311064 (Perbaikan)
Author Nurhidayah 1994
Pages 37
File Size 178.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 176
Total Views 636

Summary

Nama : Ridwan Saidi NIM : 201010080311064 Kelas : Bhs. Indonesia VIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumberdaya manuasia (SDM) bangsa indonesia. Selain itu, pendidikan juga menjadi sarana bagi pembentukan intelektualitas, bakat, budi...


Description

Nama : Ridwan Saidi NIM : 201010080311064 Kelas : Bhs. Indonesia VIA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumberdaya manuasia (SDM) bangsa indonesia. Selain itu, pendidikan juga menjadi sarana bagi pembentukan intelektualitas, bakat, budi pekerti atau akhlak, serta kecakapan peserta didik (Zubaedi, 2005). Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas hasil dan proses belajar yang dicapai siswa. Rendahnya kualitas hasil belajar ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum. Dalam setiap mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya, proses belajar yang dilakukan siswa terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau penambahan pengetahuan sebagai bahan ujian atau tes. Padahal menurut tuntunan kurikulum 2013 yang berlaku siswa diharapkan bukan hanya sekedar dapat mengakumulasi pengetahuan akan tetapi, diharapkan dapat mencapai kompetensi, yakni perpaduan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan McAshan (dalam Wina 2009: 140), kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan atxau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai prilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.Dengan demikian, proses balajar mengajar Bahasa Indonesia bukan hanya sekedar pelajaran yang harus dihafal, tetapi bagaimana materi pelajaran yang dihafalnya itu dapat mengembangkan sikap dan kemampuan tertentu sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan siswa. Proses belajar mengajar itu sendiri merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut berupa pengoptimalan pengetahuan siswa dan pembentukan pengetahuan siswa secara menyeluruh seiring dengan perkembangan iptek. Seiring perkembangan iptek, guru dituntut semakin kreatif dan edukatif dalam membimbing siswa (anak didiknya) menjadi sosok yang mandiri dan berpengetahuan luas. 1

Menurut

Kusaeri

(2001:23)

guru

sebagai

pelaksana

terdepan

harus

dapat

mengantisipasi perkembangan dengan memberikan materi pembelajaran dengan strategi pengajaran yang diinginkan oleh siswa. Hal ini didorong oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Guru senantiasa harus membimbing siswa dalam menghadapi perkembangan yang cepat. Disini guru di tuntut untuk semakin kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan sisswa, terutama dalam materi menulis cerpen pada kelas VII. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia yang sangat penting. Dengan menulis, seseorang (siswa) akan menghilangkan masalah di bawah sadarnya. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung (Tarigan, 1994:3). Dengan menulis, seseorang dapat mengomunikasikan ide dan gagassannya agar diketahui oleh pembacanya. Kelemahan proses belajar khususnya dalam keterampilan menulis cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN18 Malang, khususnya kelas VII semester 2, dapat diidentifikasikan dari rendahnya motivasi belajar karya tulis cerpen siswa. Berdasarkan studi pendahuluan hampir seluruh siswa mengganggap bahwa proses belajar Bahasa Indonesia adalah proses menghafal materi pelajaran. Mereka beranggapan bahwa materi pelajaran Bahasa Indonesia tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan persoalan dengan menggunakan potensi otak. Akibatnya, proses pembelajaran adalah mendengar, mencatat dan menghafal sesuai dengan sumber belajar yang ditentukan. Asumsi inilah yang kemudian mendorong siswa untuk menempatkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran hafalan yang membosankan sebagian siswa. Adanya fenomena di atas, mendorong penulis untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis cerpen dengan menggunakan media video supaya dapat merangsang siswa untuk berpikir dan mengembangkan imajinasi, sekaligus dapat menguasai materi pelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas 7E SMPN-18 Malang. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas VII E SMP Negeri 18 Malang sebagai pengenalan awal kegiatan menulis cerpen sesuai dengan standar isi pendidikan Bahasa Indonesia dan Kurikulum 2013. Pemilihan media dalam menulis cerpen akan menggunakan media audiovisual yang berupa video rekaman pendek. Dari media ini, diharapkan siswa dapat menulis cerita pendek tanpa kesulitan dalam menemukan ide dan menuangkan idenya dalam bentuk cerpen yang menarik dan mempunyai jalan cerita yang bagus. 2

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menginformasikan salah satu media pembelajaran yang diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Media yang dimaksud adalah media audiovisual berupa rekaman video pendek. Dengan media tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan, maka rumusan masalah umum penelitian adalah: a. Bagaimana proses meninggkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan media video pada siswa kelas 7E Semester II SMPN-18 Malang? b. Bagaimana hasil penelitian meninggkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan media video pada siswa kelas 7E Semester II SMPN-18 Malang?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai dan digunakan untuk mencari data. Tujuan penelitian dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan Umum Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan media video. b. Tujuan Khusus Menjabarkan cara meninggkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan media video pada siswa kelas 7E semester2 SMPN-18 Malang. Serta menguraikan proses mengimplementasikan cara meninggkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dengan media video pada siswa kelas 7E semester 2 SMPN-18 Malang.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mengacu pada apa yang diberikan penelitian kepada bidang ilmu tertentu, instansi, masyarakat, dan semua pihak yang terlibat dalam ilmu-ilmu terapan yang terkait (Arikunto, 2005:55). Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. a. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur penelitian di bidang pendidikan, yaitu penerapan sebuah media terhadap suatu materi. 3

b. Manfaat Praktis 1) Manfaat bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen dengan media video sehingga kompetensi dalam mata pelajaran bahasa indonesia dapat tercapai secara optimal. 2) Manfaat bagi Guru Untuk guru diharapkan bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas menulis cerpen pada siswa kelas7E semester2 SMPN-18 Malang. 3) Manfaat bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya di bidang Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

1.5 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman pengertian terhadap istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, perlu adanya penegasan istilah. Istilah-istilah tersebut antara lain sebagai berikut. a. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dsb.) (Depdiknas, 2005:1198). Dengan kata lain peningkatan yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu usaha yang bertujuan untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan sengaja, yaitu dalam hal meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas 7E semester2 SMPN-18 Malang. b. Kemampuan menulis yang dimaksud adalah pengetahuan dan keterampilan siswa kelas 7E semester2 SMPN-18 Malang dalam menuangkan pikiran, ide, perasaan, dan kemauan dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tatanan tertentu sesuai dengan tahapan, tujuan dan aspek untuk menulis cerpen. c. cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop dan banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-10.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem. d. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat. Dalam hal ini yang dimaksud 4

penulis adalah media video. Video yang digunakan tersebut bertemakan kehidupan masyarakat sosial.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Mulyasa (dalam Khusairi, 2006:11) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pembelajar dan lingkungannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan prilaku yang lebih baik. Hal ini menunjukan pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. 2.1.1 Pembelajaran Sastra Pembelajaran sastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Aminuddin (1999:62) menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat memberikan manfaat interaksi yang berhubungan dengan perolehan nilai-nilai kehidupan, serta memperkaya kebudayaan dan wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri. Dalam pembelajaran sastra terdapat tujuh komponen yang perlu diperhatikan, yaitu guru, siswa, kurikulum, materi, metode, media, dan evaluasi (Sudikan, 2008:3). a. Guru Dunia pembelajaran sastra dapat menjadi ideal apabila para guru terkatagori sebagai tenaga yang profesional, yaitu memiliki keahlian dan kepakaran di bidang sastra. Dengan kata lain, guru harus menguasai teori sastra, sejarah sastra, apresiasi sastra, kritik sastra, serta metode-metode sastra. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (in-service training). b. Siswa Siswa merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan belajar yang diikutinya, karena siswalah penentu yang paling dominan. Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus senantiasa memperhatikan keadaan siswa dan memilihkan metode yang tepat dengan karakteristik siswannya. 2.2 Menulis Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Orang yang melakukan kegiatan coret mencoret di tembok itu juga bisa dikatakan dia sedang menulis, dengan atau tanpa maksud dan perangkat tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa 6

Indonesia menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menulis Cerpen sebagai salah satu karya rekaan (fiksi), merupaka satu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur. Unsur-unsur itu saling berkaitan, tidak terpisahkan satu sama lain. Dan secara bersama-sama membentuk cerita (Rusyana, 1982 : 65) Unsur-unsur yang membentuk cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, yaitu diciptakan tidak dari kekosongan, tetapi dari meniru realitas sosial yang telah ada (Khuta, 2003:33), meskipun sifatnya tetap hayal. 2.2.1 Tujuan menulis Tujuan dari menulis itu sendiri adalah sarana untuk mengungkapkan diri, maksudnya mengungkapkan perasaan hati (kegelisahan, keinginan, kemarahan dan lain-lain). Jadi menulis bisa dijadikan alat untuk menyalurkan uneg-uneg (perasaan hati). Bisa jadi perasaan seseorang tersebut tidak mampu atau tidak bisa diungkapkan dalam lisan, maka menulis menjadi salah satu sarananya. Seorang penulis cerpen akan mengungkapkan perasaannya ke dalam cepenya. Penulis artikel juga tidak jauh berbeda. Banyak di antara para penulis artikel melancarkan ketidakpuasan dan ketidakadilan yang selama ini menghinggapi masyarakat. Seseorang yang senang dengan penelitian juga bisa mengungkapkan kebenaran yang ada di lapangan. Mereka yang menulis buku juga bisa meluruskan sejarah yang selama ini timpang. Sebab, sejarah tidak pernah memihak pada mereka yang punya kekuasaan. Seorang penulis juga bisa mengungkapkan perasaan bahwa selama ini ada ketidakadilan dan cendeerung membela satu pihak atas nama sejarah. Sarana untuk pemahaman, artinya menulis bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan ke dalam otaknya. Ini berarti menulis sebenarnya menancapkan pemahaman kuat dalam otak penulis. Selanjutnya untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri maksudnya banyak orang yang pandai berbicara tapi sangat sedikit dari mereka yang bisa menulis. Selain itu tujuan dari menulis yaitu keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah artinya seorang penulis adalah seorang pencipta dengan kata lain, ia adalah manusia kreatif. Jika ada sesuatu yang menurut dia tidak baikatau kurang pas, dia akan terpanggil untuk mengomentari lewat tulisan-tulisannya. Ia menjadi manusia yang gelisah karena ada hak yang terampas dan kurang pas berkembang di sekitarnya. Ketika ia menulis artikel misalnya, ia sedang menciptakan sesuatu. Artikel adalah sebuah proses penciptaan yang tidak gampang dilakukan dan punya kemanfaatan baik dirinya maupun orang lain. Penulis novel adalah seorang pencipta sebuah fakta dan sejarah yang pernah dia

7

lihat, baik ia mengalaminya langsung atau membaca buku-buku. Novelis dan penulis lain adalah saksi sejarah yang tidak bisa dipandang sebelah mata pula. Kemudian mengembangkan suatu pemahaman tentang kemampuan menggunakan bahasa, artinya seorang penulis tidak asal tulis. Ia harus punya alat yakni bahasa. Seseorang yang ingin menulis harus menguasai bahasa yang dijadikan alat untuk menulis tersebut (Nurudin, 2012: 3-9). 2.3 cerpen Cerita pendek merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya. Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa memahami dan mengamalkan penulisan cerpen dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut Suroto (1989:18), cerpen ialah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut dapat pula peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya dikonsentrasikan pada satu peristiwa yang menjadi pokok cerita. Dari pendapat Suroto di atas, penulis dapat memberi ulasan mengenai pendapatnya tersebut, bahwa cerpen adalah karangan prosa yang berisi sebuah cerita kehidupan manusia, dan manusia itulah yang menjadi pelaku atau tokohnya. Dalam cerpen, terdapat satu peristiwa saja. Namun biasanya ada peristiwa lain yang akan menjadi pendukung dari peristiwa pokoknya, sehingga peristiwa-peristiwa lain tersebut tidak dikembangkan atau diceritakan secara mendalam. Jadi, hanya satu peristiwa yang penjadi pokok suatu cerita. Tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut, berikut ada pengertian lain menurut ahli mengenai pengertian cerpen. Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ). Dari pengertian cerpen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, penulis dapar mengulas pengertian tersebut yaitu, cerpen merupakan tuturan yang memaparkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa, yang memiliki kurang dari sepuluh ribu kata dan memberikan sebuah kesan tunggal di dalamnya yang memusat dalam satu orang tokoh saja.

8

Tidak jauh berbeda pula dengan pengertian tersebut, dapat dibandingkan menurut pendapat ahli lain mengenai pengertian cerpen, yaitu sebagai berikut. Menurut Nursito (2000:112), mengatakan cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek digolongkan ke dalam cerpen. Dari pendapat Nursito di atas, tidak jauh berbeda dengan pendapat menurut Suroto yang mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya yang pendek. Cerita itu pula tidak menceritakan banyak peristiwa, meskipun kehidupan pelakunya memiliki banyak peristiwa penting. Karena cerita pendek ini hanya menceritakan satu peristiwa kehidupan sang pelaku. Namun, menurut Nursito tidak setiap cerita yang pendek dapat digolongkan ke dalam cerpen. Hal itu dikarenakan tidak semua cerita yang pendek menceritakan sebuah peristiwa seorang tokoh. Melainkan dapat berupa sebuah cerita curahan, prosa, dll. Dari pendapat Nursito di atas, berikut ada pendapat lain mengenai pengertian cerpen, yaitu menurut Surana. Menurut Surana (2001:68), cerita pendek menceritakan pokok persoalan yang sama dengan roman, yaitu perikehidupan manusia. Hanya dalam cerpen tidak terdapat uraian yang panjang lebar. Yang diceritakan adalah sejumput dari kehidupan yang menimbulkan pertikaian yang harus diselesaikan. Dari pendapat Surana di atas, tidak jauh berbeda pula dengan pendapat-pendapat ahli lainnya, yaitu cerpen adalah menceritakan pokok persoalan, yang meurutnya sama dengan roman yang sama-sama menceritakan kehidupan manusia. Hanya saja, Surana mengatakan bahwa dalam cerpen tidak terdapat uraian-uraian yang panjang seperti halnya dalam roman yang bercerita panjang lebar tentang tokoh dalam cerita. Cerpen ini hanya menceritakan sejumput atau sebuah kehidupan pelaku yang menimbulkan pertikaian dan pertikaian tersebut harus diselesaikan. Dai pendapat di atas, dapat dibandingkan pengertian cerpen menurut ahli lain, yaitu pengertian menurut Lailasari dan Nurlaila. Menurut Lailasari dan Nurlaila (2006:62), cerita pendek adalah suatu karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau cerita prosa yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, mengharukan, atau menggembirakan, dan mengandung kesan yang sulit dilupakan.

9

Dari pendapat ahli di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai cerpen. Cerpen dalam pendapatnya ialah karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau cerita prosa yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, memberikan cerita yang mengharukan, atau cerita yang menggembirakan, dan bagi pembaca akan menimbulkan kesan-kesan yang sulit dilupakan. Setelah pembaca membaca cerpen, maka akan menyisakan kesan yang akan selalu diingat, sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya.

2.3.1 Menulis cerpen Menulis cerpen adalah kemampuan dalam menuangkan pikiran, ide, perasaan, dan kemauan dalam membuat puisi dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tatanan tertentu sesuai dengan tahapan, tujuan dan aspek (Farida, 2008:14). Pada standar kompetensi menulis, siswa diharapkan dapat mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam bentuk tulisan sastra, misalnya berupa cerpen, secara teoritis sangat bagus. Melihat hal ini, siswa dituntut untuk tidak hanya menjadi penikmat sastra, tetapi diarahkan menjadi pencipta karya sastra. Sebelum kita menulis sebuah cerpen ada baiknya kita paham dulu mengenai cerpen. Sebenarnya tidak ada kata baku untuk mendifinisikan cerpen. Antara satu sastrawan dengan sastrawan lain memiliki rumusan yang tidak sama. Cerita pendek disini bukan berarti hanya terdiri dari satu halam...


Similar Free PDFs