Ringkasan Buku Pengantar Ilmu Antropologi Karya Koentjaraningrat PDF

Title Ringkasan Buku Pengantar Ilmu Antropologi Karya Koentjaraningrat
Author A. Abidin
Pages 42
File Size 354.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 554
Total Views 978

Summary

1 PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI (RINGKASAN BUKU ILMU ANTROPOLOGI KARYA PROF. KOENTJARANINGRAT) Oleh: Amin Khoirul Abidin1 A. LATAR BELAKANG Sebagai sebuah disiplin ilmu, antropologi bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu baru. Dalam kamus bahasa Indonesia, Ilmu antropologi dijelaskan sebagai ilmu tentang...


Description

1

PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI (RINGKASAN BUKU ILMU ANTROPOLOGI KARYA PROF. KOENTJARANINGRAT) Oleh: Amin Khoirul Abidin1

A. LATAR BELAKANG Sebagai

sebuah

disiplin

ilmu,

antropologi

bisa

dikatakan sebagai disiplin ilmu baru. Dalam kamus bahasa Indonesia, Ilmu antropologi dijelaskan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau. Berbicara tentang ilmu antropologi khususnya di Indonesia, tentu nama Koentjaraningrat selalu menjadi salah satu tokoh rujukan utama. Pemikirannya yang kritis dan keluasan ilmunya dalam bidang antropologi selalu menarik untuk dibahas. Dapat dikatakan, beliaulah yang meletakkan dasar-dasar ilmu antropologi di Indonesia. Beberapa capain yang berhasil beliau lakukan diantaranya; 1) mengembangkan prasarana akademis ilmu antropologi; 2) mempersiapkan dan membina tenaga-tenaga pengajar dan tenaga ahli di bidang 1

Alumni Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Indonesia, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

2

antropologi; 3) mengembangkan bahan pendidikan untuk pembelajaran bidang antropologi. Tidak dapat disangkal, jika Koentjaraningrat telah banyak memberikan sumbangsih pemikiran antropologis terhadap

kebijakan-kebijakan

pembangunan

nasional

di

Indonesia, khususnya pada era presiden Soeharto; sumbangan pemikirannya

sangat

bermanfaat

bagi

kesuksesan

dan

kelancaran bagi bangsa Indonesia secara umum. Bagi siapapun yang belajar antropologi, buku pengantar ilmu antropologi karya Pak Koen (panggilan Koentjaraningrat) sangat layak untuk dibaca dan dijadikan refrensi akademik. Gaya bahasa yang sederhana dan sistematika penulisan yang runtun, membuat buku ini mudah untuk dipahami. Tulisan ini adalah sebuah ringkasan, catatan kecil dan dapat dikatan sebagai resensi buku. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mempermudah pembaca memahami konsep dasar antropologi dan sistematika pemikiran Koentjaraningrat. Berikut resensi buku Pengantar Ilmu Antropologi karya Koentjaraningrat.

3

B. BIOGRAFI SINGKAT KOENTJOROINGRAT Koentjaraningrat adalah seorang guru besar antropologi di Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada dan Perguruan Tinggi Hukum Militer. Gelar doktor dalam bidang antropologi, ia peroleh dari Universitas Indonesia dengan desertasi beberapa metode antropologi dalam penyelidikan masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Koentjaraningrat (biasa dipanggil “Pak Koen” atau ‘Mas Koen”) lahir di Yogyakarta, Jawa Tengah, pada 15 Juni 1923. Beliau meninggal di Jakarta pada 23 Maret 1999 dalam usia 76 tahun. Pak Koen dikenal sebagai begawan ilmu antropologi, penari, pelukis, dan filsuf kebudayaan. Beliau dikenang sebagai Guru Besar Antropologi di Universitas Indonesia. Karya-karya filosofis beliau yang berkaitan dengan kebudayaan terjalin berkelindan dalam karya-karya beliau di bidang Ilmu Antropologi. Oleh sebab itu, peneliti filsafat kebudayaan

yang

hendak

meneliti

unsur-unsur

filsafat

kebudayaan di dalam karya-karyanya harus berhati-hati memilah dan memilih, sebab filsafat kebudayaan yang dianut Pak Koen ada bersandingan dengan dan bersamaan dengan pandangan-pandangan antropologisnya. Karya-karya beliau yang paling terkenal, di antara lain, adalah: Manusia dan 4

Kebudayaan di Indonesia (1970); Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (1974); Pengantar Ilmu Antropologi (1980); Sejarah Teori Antropologi Jilid I (1982); Cultural Value Orientation and Development in Indonesia (1984), berbahasa Inggris; Ritus Peralihan di Indonesia (1985); Sejarah Teori Antropologi

Jilid

II

(1990);

Irian

Jaya:

Membangun

Masyarakat Majemuk (1994); dan berpuluh-puluh karangan lepas yang diterbitkan di jurnal-jurnal dan majalah-majalah di dalam negeri maupun di luar negeri.

BAB I: AZAS-AZAS DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGI 1. Fase-Fase Perkembangan Ilmu Antropologi Antropologi tergolong sebagai ilmu baru yang terus mengalami fase perkembangan. Koetjaraningrat membagi fase perkembangan Ilmu Antropologi menjadi empat fase, yaitu: 1) Sebelum 1800, masa di mana penduduk pribumi di Benua Afrika, Asia dan Amerika mulai kedatangan bangsa Eropa Barat.

5

2) Kira-kira pertengahan abad ke-19, masa munculnya karangan-karangan bahan etnografi, bangsa Eropa menganggap bangsa-bangsa di luar Eropa sebagai bangsa primitif dan kuno. 3) Permulaan abad ke-20, ilmu antropologi digunakan untuk memahami dan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa, singkatnya tujuan ilmu antropologi adalah untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan sukusuku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapatkan suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. 4) Sesudah kira-kira 1930, dalam fase ini ilmu antropologi mengalami perkembangan yang signifikan, baik dalam bahan pengetahuan yang lenih teliti, dan metode ilmiahnya yang lebih tajam. 2. Definisi Antropologi Antropologi termasuk ilmu yang masih muda, oleh karenanya menyebabkan bahwa tujuan dan ruang lingkupnya masih merupakan suatu kompleks masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antara berbagai aliran yang ada dalam kalangannya sendiri. Antropologi dikenal juga dengan istilah-istilah lain seperti Ethnography, Ethnology, 6

Volkerkunde,

Kulturkunde,

Antropologhy,

Cultural

Antropologgy, dan Social Anthropology. Koentjaraningrat

dalam

bukunya

yang

berjudul

“Pengantar Antropologi I” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia. Sedangkan secara praktis, antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut. Lima masalah penelitian khusus dalam antropologi 1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biologi; 2. Masalah

sejarah

terjadinya

anekawarna

makhluk

manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya; 3. Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran anekawarna bahasa yang diucapkan manusia; 4. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya anekawarna kebudayaan manusia di seluruh dunia; 5. Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini. 7

3. Ilmu-Ilmu Bagian dari Antropologi Ilmu antropologi juga mengenal ilmu-ilmu bagian yaitu; 1. Paleo-antropologi Ilmu bagian yang meneliti tentang asal-usul atau soal terjadinya dan evolusi makhluk manusia dengan mempergunakan sebagai bahan penelitian sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil manusia dari zaman dahulu, yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi yang harus didapat oleh peneliti dengan berbagai metode penggalian. 2. Antropologi Fisik Bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya anekawarna manusia dipandang dari sudut pandang ciri-ciri tubuhnya. 3. Etnolinguistik Suatu

ilmu

bagian

yang

pada

asal

mulanya

bersangkutan erat dengan ilmu antropologi. Bahkan penelitiannya yang berupa dafta-daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata-bahasa dari beratus-ratus bahasa suku-bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi. 8

4. Prehistori Mempelajari

tentang

sejarah

perkembangan

dan

penyebaran semua kebudayaan manusia di muka bumi dalam zaman sebelum manusia mengenal huruf. 5. Etnologi Ilmu yang mencoba mencapai pengertian mengenai azas-azas manusia, dengan mempelajari kebudayaankebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku-bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi. 4. Metode Ilmiah dari Antropologi Antropologi menjadikan berbagai cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan sebagai obyek penelitian dan analisis. Menurut Koentjaraningrat, untuk mencapai suatu ilmu pengetahuan dibutuhkan suatu metode ilmiah, karena tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan hanya kumpulan pengetahuan, tentang suatu gejala alam atau masyarakat. Suatu kesatuan ilmu dapat dicapai setidaknya melalui tiga tingkat, yaitu: 1. Pengumpulan fakta; 2. Penentuan ciri-ciri umum dan sistem; dan 3. Verifikasi Pengumpulan fakta dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu; 1) penelitian lapangan, peneliti harus menunggu gejala 9

yang menjadi obyek obeservasinya; 2) penelitian laboratorium, dalam penelitian ini gejala yang menjadi obyek observasi dapat dibuat dan sengaja diadakan oleh peneliti dan; 3) penelitian kepustakaan, gejala yang akan menjadi obyek penelitian harus dicari dalam suatu himpunan dari banyak buku yang beranekaragam. Penentuan ciri-ciri umum dan sistem. Hal ini merupakan tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Tingkat dalam proses berpikiri secara ilmiah dalam rangka ilmu antropologi ini, menimbulkan metode-metode yang hendak mencari ciriciri yang sama, yang umum, dalam anekawarna fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia. Verifikasi, metode-metode untuk melakukan verifikasi atau pengujian dalam kenyataan terdiri dari cara-cara yang harus menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau yang harus memperkuat “pengertian” yang telah dicapai, dalam kenyataan alam atau dalam masyarakat yang hidup. Untuk memperoleh suatu kesimpulan penelitian antropologi dapat menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif. Metode kualitatif dalam ilmu antropologi mencoba memperkuat 10

pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam. Sedangkan metode kuantitatif, digunakan untuk menguji kebenaran dari “pengertian” dan kaidah-kaidah dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mengenai kejadian dan gejala sosial-budaya yang menunjukkan azas persamaan. Metode kuantitatif sering digunakan untuk mengolah fakta sosial dalam jumlah besar.

BAB II: MANUSIA DALAM PANDANGAN ANTROPOLOGI 1. Teori Evolusi Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi, khususnya di antara mereka yaitu Charles Darwin, mengenalkan teori tentang evolusi biologi atau dikenal dengan teori penciptaan manusia. Menurut Darwin dalam teori evolusi, dulu nenek moyang manusia adalah makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti Protozoa, seiring dengan berjalannya waktu selama beratus-ratus juta tahun lamanya, makhluk tersebut terus berevolusi menjadi organisme yang makin kompleks, dan evolusi terakhir menjadi makhluk-makhluk seperti kera dan 11

manusia. Singkatnya, manusia adalah hasil dari evolusi dari makhluk-makhluk sebelumnya. Dan hasil terakhir dari proses evolusi manusia disebut dengan Manusia sekarang atau Homo Sapiens. 2. Perbedaan Organisme Manusia dan Organisme Binatang Manusia adalah makhluk hidup dalam kelompok, dan mempunyai organisma yang secara biologis sangat kalah kemampuan fisiknya dengan jenis-jenis binatang berkelompok lainnya. Meskipun demikian otak manusia telah berevolusi paling jauh jika dibandingkan dengan makhluk lain. Otak manusia yang telah dikembangkan oleh bahasa, tetapi yang juga mengembangkan bahasa mengandung kemampuan akal, yaitu kemampuan untuk membentuk gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang makin lama makin tajam, untuk memilih alternatif tindakan yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup manusia. Dibandingkan dengan binatang, kapasitas otak manusia memiliki keunggulan berupa akal, yang menyebabkan manusia dapat mengembangkan sistem pengetahuan yang menjadi dasar dari kemampuannya untuk membuat bermacam-macam alat 12

hidup seperti senjata, alat-alat produksi, alat-alat berlindung, transportasi dan sumber energi yang lain. Selain

itu,

melalui

akal

budi

manusia

dapat

mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu dan menyambung keterbatasan kemampuan manusia. Adapun keseluruhan sistem tersebut, yaitu; 1) sistem perlambangan vokal atau bahasa; 2) sistem pengetahuan; 3) organisasi sosial; 4) sistem peralatan hidup dan teknologi; 5) sistem mata pencaharian hidup; 6) sistem religi; dan 7) kesenian, yang keseluruhan tersebut disebut dengan kebudayaan manusia. Kebudayaan inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Kebudayaan manusia tidak terkandung dalam kapasitas organismenya, artinya tidak ditentukan oleh sistem gennya, berbeda dengan binatang. Kemampuan serangga dalam membuat sarang contohnya, telah ditentukan oleh gen serangga bersangkutan.

Sebaliknya,

manusia

harus

mempelajari

kebudayaannya sejak lahir, selama hidupnya, dengan penuh susah payah. Dengan demikian, dengan kebudayaannya manusia mampu menjadi mahluk yang paling berkuasa dan berkembang biak paling luas di muka bumi.

13

3. Aneka Warna Manusia Manusia yang tersebar di seluruh muka bumi dan yang hidup di dalam segala macam sekitaran alam, menunjukkan suatu aneka warna fisik yang tampak nyata. Ciri-ciri lahir seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk-bentuk bagian muka, dan sebagainya menyebabkan bahwa aneka warna itu tampak dengan sekejap pandangan, dan menyebabkan timbulnya pengertian “ras” sebagai suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh yang tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Dalam sejarah kehidupan manusia, seringkali terdapat kesalah fahaman mengenai ras, yang berkaibat negatif dalam kehidupan manusia. Misalnya, anggapan bahwa ras Caucasoid atau ras Kulit Putih, lebih baik dan lebih kuat dibandingkan dengan ras-ras lainnya. Sehingga dari anggapan tersebut muncullah suatu gejala sosial yaitu diskriminasi ras. Berikut klasifikasi ras-ras menurut A.L Kroeber 1. Australoid (penduduk asli autralia) 2. Mongoloid: i) Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur) 14

ii) Malayan

Mongoloid

(Asia

Tenggara,

Kep.

Indonesia, Malaysia, Filipina dan Penduduk Asli Taiwan) iii) American

Mongoloid

(penduduk

asli

Benua

Amerika Utara dan Selatan dari Orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra Del Fuego di Amerika Selatan 3. Caucasoid i.

Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)

ii.

Alpine (Eropa Tengah dan Timur)

iii.

Mediterranean (Penduduk Sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)

iv.

Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka)

4. Negroid i.

African Negroid (Benua Afrika)

ii.

Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)

iii.

Melanesian (Irian, Melanesia)

5. Ras-ras Khusus (Tidak dapat diklasifikasikan ke dalam keempat ras pokok) i.

Bushman ( di daerah Gurun Kalahari di afrika Selatan) 15

ii.

Veddoid

(di pedalaman Sri

Langka dan

Sulawesi Selatan) iii.

Polynesia

(di

Kepulauan

Mikrosenia

dan

Polinesia) iv.

Ainu (di pulau Karafuto dan Hokaiddo di Jepang Utara) BAB III: KEPRIBADIAN

1. Definisi Kepribadian Binatang dan manusia memiliki pola kelakuan yang berbeda. Dalam satu spesies tertentu, setiap binatang memiliki pola-pola kepribadian yang sama, misalnya pola kelakuan mencari makan, menghindari ancaman bahaya, menyerang musuh, beristirahat, mencari betina ketika masa birahi, bersetubuh, mencari tempat untuk melahirkan, memeliharadan melindungi keturunannya dan sebagainya. Berbeda dengan manusia, pola-pola kelakuan yang berlaku untuk seluruh manusia hampir tidak ada, bahkan untuk semua individu manusia yang memiliki ras yang sama atau dalam 1 ras, memiliki pola kelakuan yang seragam. Hal ini disebabkan karena perilaku manusia tidak hanya timbul dari 16

dan ditentukan oleh sistem biologi saja, akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh akal dan jiwanya, sehingga variasi perilaku antara seorang individu manusia dengan individu manusia lainnya berbeda. Setiap individu memiliki perilaku unik dan berbeda, dengan individu-individu lainnya. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa manusia adalah hal yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari setiap

individu

manusia,

itulah

yang

disebut

dengan

“kepribadian” atau dalam bahasa inggris disebut dengan personality. Dalam bahasa populer, “kepribadian” memiliki arti ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu khusus. 2. Unsur-Unsur Kepribadian a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa manusia yang sadar, secara sadar terkandung dalam otaknya. Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur “pengetahuan” seorang individu yang sadar. Persepsi, seluruh proses akal manusia

yang

sadar

(conscious).

Apersepsi

adalah

penggambaran baru dengan pengertian baru. Pengamatan, 17

penggambaran yang lebih intensif terfokus, yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif terfokus. Konsep, penggambaran abstrak. Fantasi, penggambaran baru yang seringkali tidak realistis. b) Perasaan Selainn pengetahuan, alam sadar manusia juga mengandung berbagai macam “perasaan”. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam

kesadaran

manusia

yang

karena

pengaruh

pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif ata negatif. Suatu perasaan yang selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilian, biasanya menimbulkan suatu “kehendak” dalam kesadaran individu. Kehendak itu bisa juga positif – artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal-hal yang dirasakannya sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan kepadanya, atau bisa juga negatif, artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya. c) Dorongan Naluri Kesadaran manusia mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah ada dalam organismenya, dan khususnya dalam 18

gen-nya sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada manusia inilah yang disebut dengan dorongan (drive). Setidaknya ada paling sedikit tujuh macam dorongan naluri manusia; 1) dorongan untuk mempertahankan hidup; 2) dorongan sex; 3) dorongan untuk mencari makan; 4) dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia; 5) dorongan untuk meniru tingkah-laku sesama; 6) dorongan untuk berbakti; 7) dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara atau gerak. 3. Aneka Warna Kepribadian Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada setiap manusia yanghidup

di

muka

bumi,

dan

menyebabkan

bahwa

kepribadian tiap individu itu unik berbeda dengan lainnya. Satu tingkah laku berpola, yaitu suatu kebiasaan (habit) maupun berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadia...


Similar Free PDFs