SEGREGASI SOSIAL DALAM PENDIDKAN PDF

Title SEGREGASI SOSIAL DALAM PENDIDKAN
Author Errick Worabay
Pages 20
File Size 3.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 128
Total Views 367

Summary

SEGREGASI SOSIAL SISTEM SOSIAL OLEH : Errick Worabay 3613100701 M. Akhid Yunanto 3614100052 Putu Audrina Utama 3614100062 Syifa Nashella Rahmah Astaman 3614100071 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015 i KATA PENGANTAR Pu...


Description

Accelerat ing t he world's research.

SEGREGASI SOSIAL DALAM PENDIDKAN Errick Worabay

Related papers Pengant ar Memahami Hak Ekosob Buni Yani

Sist em Pendidikan Dasar Menengah di 16 Negara Chaerun Anwar perbandingan pendidikan islam ant i monopoli.pdf Mahmazar mat ondang

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

SEGREGASI SOSIAL SISTEM SOSIAL

OLEH :

Errick Worabay

3613100701

M. Akhid Yunanto

3614100052

Putu Audrina Utama

3614100062

Syifa Nashella Rahmah Astaman

3614100071

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayat, dan karunia-Nya semata mendapatkan pelajaran dari segala fenomena yang menandakan kebesaran-Nya. Serta dengan anugerah-Nya pula kami dapat menyelesaikan kajian jurnal mengenai segregasi sosial yang berjudul “SOCIAL SEGREGATION IN SECONDARY SCHOOLS: HOW DOES ENGLAND COMPARE WITH OTHER COUNTRIES? Kajian ini merupakan bagian dari penyelesaian tugas mata kuliah Sistem Sosial untuk menunjang nilai kurikulum pada tahap persiapan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Dalam kajian ini, dari tahap awal sampai akhir penyelesaian tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarya pada pihak yang terkait. Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi kami, perbendaharaan di tempat kuliah kami, serta masyarakat. Kami mengucapkan terima kasih serta juga memohon maaf jika ada kesalahan kata dan pengetikan dalam laporan kami.

Surabaya, 23 April 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................

iii

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................

1

1.2 Tujuan dan Manfaat ...............................................................................

2

BAB II: PEMBAHASAN MATERI INTI ................................................................

3

2.1 Latar Belakang ........................................................................................

3

2.2 Data dan Metode .....................................................................................

5

2.3 Hasil Riset ...............................................................................................

5

2.4 Kesimpulan .............................................................................................

7

BAB III: ANALISA ..................................................................................................

8

BAB IV: KEMUNGKINAN PENERAPAN DI INDONESIA ................................

12

BAB V: REKOMENDASI .......................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

15

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan dari saat itulah bangsa Indonesia memulai pembangunan yang sebenarnya. Tujuan dari pembangunan yaitu tidak lain adalah menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan terdiri dari bermacammacam

suku

dan

kebudayaan.

Tidaklah

mudah

bangsa

Indonesia

melaksanakan pembangunan dengan keadaan yang beranekaragam. Indonesia memiliki penduduk sebanyak ±247 juta jiwa. Pendudukpenduduk tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda, seperti suku, agama, tempat tinggal, dan lain-lain. Sehingga, permasalahan sosial adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Sedangkan, menurut Soetomo masalah sosial adalah sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Jadi, bisa disimpulkan bahwa permasalahan sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Permasalahan-permasalahan masyarakat

ada banyak

sosial

yang

sering

terjadi

sekali. Sebagai contoh, masalah

dalam

tingginya

pertumbuhan penduduk, masalah kemiskinan, kriminal, lingkungan, dan sebagainya.

Permasalahan

yang

ada

ini

dapat

berdampak

kepada

pembangunan yang sedang berlangsung, bisa dampak negatif maupun positif. Namun, kebanyakan permasalahan sosial menyebabkan terhambatnya pembangunan.

1

Mentalitas masyarakat Indonesia dalam sejumlah kajian ahli dianggap memiliki beberapa kelemahan. Hal tersebut dapat dilihat dari pandangan H.J. Boeke, Mochtar Lubis, dan Koentjaraningrat. Kelemahan tersebut pada intinya memiliki sikap mental yang tidak mendukung bagi usaha-usaha pembangunan. Mentalitas yang lemah ini sedikit banyak dipengaruhi oleh permasalahan sosial. Karena itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Banyak sekali jurnal tentang studi kasus yang tersebar luas yang membahas tentang masalah-masalah sosial. Jurnal-jurnal tersebut dapat dijadikan acuan untuk mempelajari masalah sosial yang ada, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kemudian, dapat dibuat sebuah analisa yang akan

bermanfaat

untuk

menyelesaikan

masalah

sosial,

sekaligus

mengembangkan pembangunan di Indonesia. Karena itulah, kami di dalam makalah ini akan menjelaskan tentang sebuah permasalahan sosial, yaitu segregasi, berdasarkan jurnal dari negara Inggris dengan judul Social segregation in Secondary Schools: how does England compare with other countries?. 1.2 Tujuan dan Manfaat Dari latar belakang diatas, maka tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah, yaitu: 1.

Menjelaskan salah satu masalah sosial yang ada dalam

masyarakat, yaitu segregasi sosial. 2.

Menganalisa segregasi sosial yang terjadi di Indonesia.

3.

Memberikan

rekomendasi

pembangunan di Indonesia.

2

untuk

perkembangan

BAB II PENJELASAN MATERI INTI 2.1 Latar Belakang Segregasi sosial yang terjadi dalam lingkup pendidikan, dimana terjadi pengelompokkan sekolah-sekolah berdasarkan tingkat ekonomi seseorang, telah menjadi isu yang sering dibicarakan di Inggris. Segregasi sosial menjadi hangat untuk dibicarakan karena beberapa alasan. Jika prestasi seorang pelajar bergantung atau sesuai dengan prestasi teman-temannya, bisa saja segregasi sosial lebih banyak mempengaruhi ketimbang akademik yang dibutuhkan untuk masa depan. Bahkan, sering kali terjadi perataan nilai-nilai akademik terhadap para pelajar sesuai dengan tingkat ekonomi dari orang tua mereka, yang memperlihatkan bahwa segregasi terlihat lebih menonjol dibandingkan alasan-alasan lainnya. Lalu, apakah tingkat segregasi di Inggris lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan negara industri lainnya di Eropa? Untuk mengetahui hal tersebut, maka tim riset dari Institute for Social and Economic Research (ISER) melakukan penilitan dengan membandingkan tingkat segregasi di Inggris dengan 24 negara industri lainnya di Eropa dengan menggunakan data tahun 2000 dan 2003 secara berkesinambungan, yang dikeluarkan oleh PISA (Programme of International Student Assessment). Tim riset ini juga melakukan studi dengan membandingkan tingkat segregasi di Inggris dengan Skotlandia dan Irlandia Utara yang juga masih berada dalam satu kawasan Britania Raya. Selain itu, tim ini juga mempertimbangkan langkah-langkah lain mengenai segregasi itu sendiri, dan variasi sampling (sampel yang digunakan dalam riset) dipaparkan dengan menghitung indeks kesalahan standar dan tingkat kepercayaan, sehingga dapat ditemukan perkiraan tinggi rendahnya indeks segregasi. Dan yang terakhir, tim ini menggunakan indeks segregasi

3

dekomposisi kuantitatif berdasarkan jenis sekolah untuk dapat menjelaskan pola lintas negara di 25 negara di Eropa yang diamati. Dalam membuat penjelasan ini, tim riset menggunakan data dari PISA mengenai prevalensi pilihan sekolah oleh orang tua dan murid dengan sekolah. Dengan melakukan banding seperti metode di atas, tim ini menemukan bukti bahwa Inggris berada dalam tingkat segregasi menengah, yang dimana Inggris memiliki tingkat segregasi yang lebih tinggi daripada Skotlandia dan negara bagian Nordic, tetapi tidak juga lebih tinggi dengan Jerman dan negara-negara lainnya, dikarenakan jalur sekolah menengah yang berbeda secara akademik dan teknik antara negara-negara tersebut dengan Inggris. Lalu, bagaimana seseorang menjelaskan hasil penelitian tingkatan segregasi sosial di Inggris dan pengaruhnya terhadap posisi Inggris di negaranegara Eropa lainnya? Dan bagaimana pelajar dengan berbagai macam latar belakang sosial dan ekonomi tersebar dengan tidak merata di seluruh sekolah di Inggris? Tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Tempat tinggal orang tua pelajar dengan latar belakang sosial yang berbeda. 2. Bagaimana orang tua dengan latar belakang sosial yang

berbeda memilih sekolah untuk anak-anak mereka, dan jenis yang seperti apa, semisal sekolah negeri atau sekolah swasta. 3. Bagaimana sekolah memilih murid mereka, mengingat bahwa

faktor yang diperhitungkan dalam penerimaan, termasuk kemampuan, berhubungan dengan latar belakang sosial para orang tua. Perbandingan dari segregasi di sektor sekolah negeri di Inggris dengan segregasi di sektor sekolah negeri dari negara-negara industri di Eropa menunjukkan bahwa Inggris adalah negara dengan peringkat menengah dalam hal segregasi. Dan segregasi sosial di sekolah negeri di Inggris jelas lebih tinggi daripada di Skotlandia. Tim ini kemudian memprediksi apakah data

4

PISA tentang prevalensi pilihan orang tua sekolah, dan prevalensi pilihan sekolah siswa, membantu menjelaskan posisi Inggris dengan negara-negara lainnya. 2.2 Data dan Metode Data yang digunakan dalam penelitian terhadap tingkat segregasi sekolah di Inggris ialah menggunakan data yang disusun oleh PISA pada tahun 2000 dan 2003. PISA mengumpulkan data-data mengenai segregasi sosial dengan metode menyebar kuisioner kepada anak-anak usia 15 tahun di Inggris dan 27 negara-negara industri lainnya di Eropa. 2.3 Hasil Riset 1. Pengamatan Latar Belakang Sosial Tim riset dari PISA mengatakan bahwa mereka menyebarkan kuisioner kepada anak-anak usia 15 tahun di Inggris dan 27 negara-negara industri lainnya. Dalam kuisioner tersebut, anak-anak ditanya mengenai pekerjaan saat ini atau pekerjaan terakhir dari orang tua mereka. Dari data pekerjaan orang tua para pelajar, tim riset dari PISA memperoleh dua indeks sosial-ekonomi internasional bagi para pelajar yang diusulkan oleh Ganzeboom (1992). Kemudian, data setiap anak dirubah dari data indeks posisi sosial menjadi dua variabel inti saja, yaitu tinggi dan rendah. Jika tinggi maka nilai indeks mengacu pada nilai di atas rata-rata nasional negara-negara di Eropa, sedangkan rendah mengacu pada nilai yang sama atau di bawah rata-rata. Oleh karena itu, persentase anak-anak yang dibagi dalam dua posisi sosial (tinggi dan rendah) adalah sama di setiap negara di Eropa.

2. Peran dari Sekolah Swasta Kemudahan pemilihan sekolah yang disediakan oleh sektor swasta dan berkembang dengan baik membuat para orang tua beralih untuk

5

memilih sekolah swasta. Hal ini merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya segregasi sosial dalam lingkup pendidikan. Untuk menyekolah anak-anak mereka, para orang tua harus mampu untuk membayar biaya pendidikan dan juga banyak juga sekolah swasta yang menentukan kriteria penerimaan berdasar kemampuan akademik mereka, yang dimana kemampuan akademik sering kali dihubungkan oleh latar belakang sosial orang tua). Walaupun terjadi hal tersebut, anak-anak usia 15 tahun yang mengemban dunia pendidikan di sekolah swasta di Inggris memiliki nilai lebih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa lainnya, tetapi nilainya lebih besar bila dibandingkan dengan Skotlandia dan Irlandia Utara. Perancis dan Irlandia adalah dua negara dimana banyak anak usia 15 tahun mengemban pendidikan di sekolah swasta. Dalam kasus Irlandia, nilai anak usia 15 tahun yang bersekolah di sekolah swasta termasuk tinggi karena kualitas manajemen dari sekolah tersebut. Sedangkan dalam kasus Perancis, nilai tinggi disebabkan oleh besarnya pendanaan.

3. Pilihan Sekolah oleh Orang Tua dan Pilihan Siswa oleh Sekolah Penerima PISA memperoleh data dari sekolah-sekolah swasta melalui administrasi sekolah. Mereka bertanya kepada kepala sekolah mengenai kriteria penerimaan bagi siswa baru. Berdasarkan riset, diketahui bahwa faktor utama penerimaan siswa di sekolah mereka ialah berdasarkan pada kemampuan akademik dan adanya rekomendasi dari pihak komite sekolah, yang dimana kemampuan akademik serta rekomendasi ini dilihat dari latar belakang sosial orang tua dari sang anak. Alasan ini disebut sebagai pilihan sekolah. Hasil riset juga menyatakan data mengapa anak-anak tersebut memilih untuk bersekolah di sekolah swasta. Alasan utama bersekolah di sekolah swasta adalah karena sekolah tersebut favorit dan jauh lebih baik jika dibandingkan sekolah lainnya. Alasan inilah yang disebut sebagai pilihan orang tua. 6

4. Segregasi Sosial, Pilihan Orang Tua, dan Pilihan Sekolah Banyak

orang yang

menyarankan

bahwa pilihan

sekolah

merupakan faktor penting, yang memicu para orang tua untuk lebih memilih sekolah swasta. Tingkat pemilihan sekolah swasta yang tinggi inilah yang menyebabkan terjadinya segregasi sosial. Selain itu, kewenangan setiap sekolah swasta dalam menentukan kriteria penerimaan siswa juga dapat menyebabkan segregasi sosial, yang dimana terjadi pengelompokkan dengan memilih siswa-siswi dengan nilai akademik yang baik, dan juga latar belakang sosial-ekonomi yang baik atau di atas ratarata. 2.4 Kesimpulan Analisis

ini

menunjukkan

pandangan

internasional

yang

memperlihatkan taraf segregasi sosial di Inggris. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketatnya kriteria penerimaan siswa-siswi baru di sekolah swasta dapat meningkatkan taraf segregasi sosial, terutama jika sekolah swasta ini dibagi kembali menjadi dua, yaitu sekolah umum dan sekolah kejuruan. Analisis ini juga memaparkan tolok ukur untuk tingkat pilihan sekolah oleh orang tua dan pilihan siswa-siswi oleh sekolah, yang dapat dipantau menggunakan data yang dikeluarkan oleh PISA.

7

BAB III ANALISA Segregasi sosial adalah salah satu bentuk hubungan dalam kelompok sosial. Segregasi merupakan pemisahan kelompok sosial berdasarkan tradisi atau hukum. Kelompok yang mengalami perlakuan ini biasanya berbeda dalam hal asal-usul etnik, agama, kesejahteraan, atau kebudayaan. Segregasi dapat terjadi dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Misalnya, dalam hal memperoleh perumahan,

pendidikan,

pekerjaan,

dan

penggunaan

berbagai

fasilitas

umum(sarana transportasi, rumah makan, dan lain-lain). Segregasi adalah lawan kata dari integrasi, yang menunjukkan kecenderungan individu untuk berkelompok sesuai dengan preferensi mereka. Integrasi adalah pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan tersebut. Segregasi sosial terjadi karena adanya heterogenitas sosial. Masyarakat yang begitu beragam menjadikan terbentuknya kelompok-kelompok sosial. Individu-individu dalam kelompok tersebut memiliki kecenderungan untuk mencari kepuasaan berdasarkan preferensi yang ia miliki. Sehingga, dinamika sosial seperti ini terjadi sepertinya bukan karena kelompok tertentu menyepakati secara eksplisit keinginan untuk memisahkan diri, namun karena perilaku individu mendorong terjadinya perilaku bersama (sosial). Dalam sebuah kelompok sosial akan ada struktur sosial yang merupakan sebuah tatanan masyarakat, yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara status dan peranan. Struktur sosial inilah yang akan membatasi apakah seseorang termasuk ke dalam suatu kelompok sosial atau tidak. Apabila seseorang tidak memiliki status dalam sebuah kelompok sosial, maka ia akan mencari kelompok sosial yang lain, dimana ia akan memiliki status sehingga dapat

8

berperan di dalam kelompok tersebut. Hal inilah yang memunculkan banyak kelompok sosial dengan kepentingan yang berbeda-beda. Dari kelompok-kelompok yang terbentuk ini akan ada satu atau beberapa kelompok yang lebih dominan karena memiliki sesuatu yang lebih dibandingkan kelompok lainnya, misal tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Hal inilah yang kemudian akan menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial atau gap. Salah satu contoh nyata segregasi sosial menyebabkan kesenjangan sosial adalah munculnya komunitas berpagar. Komunitas berpagar adalah sebutan untuk perumahan elite, yang membatasi interaksi sosial dengan masyarakat sekitar, sehingga dilihat seolah ‘mempagari’ diri mereka dari kehidupan di luar kehidupan mereka. Memang pada awalnya pembangunan perumahan mewah berpagar dibangun dengan tujuan untuk membatasi diri dari persoalan sosial maupun keamanan lingkungan. Akan tetapi konsep perumahan berpagar dewasa ini tidak lagi hanya persoalan keamanan lingkungan, tetapi sudah mengarah pada simbol masyarakat yang berduit. Perumahan berpagar dalam prosesnya membentuk masyarakat berpagar yang dihuni oleh mereka golongan kaya raya yang mempunyai kecenderungan konsumsi dan gaya hidup mewah. Contoh diatas adalah akibat negatif dari segregasi sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan masyarakat dewasa ini yang individualistik juga menjadi salah satu faktor utama dalam terjadinya segregasi sosial. Masyarakat sekarang lebih mengutamakan kepentingan mereka sehingga secara sadar ataupun tidak mereka cenderung untuk lebih memprioritaskan hal-hal yang bisa memenuhi kepentingan mereka tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan diatas segregasi sosial terjadi dalam segala aspek kehidupan, salah satunya aspek pendidikan. Seperti jurnal yang kami ambil, dengan judul Social segregation in Secondary Schools: how does England compare with other countries?, yang menjelaskan tentang posisi Inggris dalam hal segregasi sosial di sekolah tingkat menengah.

9

Di Indonesia, segregasi sosial dalam hal pendidikan adalah hal yang sudah lumrah terjadi, terutama di kota-kota besar. Disini kami akan menjelaskan segregasi sosial yang sudah terlihat secara fisik. Saat ini banyak sekolah-sekolah yang sepertinya sengaja dibangun untuk golongan kelompok ter...


Similar Free PDFs