SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ABBASIYAH.pdf PDF

Title SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ABBASIYAH.pdf
Author nurhayati olii
Pages 20
File Size 229.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 744
Total Views 974

Summary

BIODATA NAMA : NURHAYATI OLII ALAMAT : BOLAANG MONGODOW URATA (BOLMUT) T.T.L : BOHABAK, 28 OKTOBER 1997 FAKULTAS : TARBIYAH JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NIM : 15.2.3.074 SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN BANI ABBASIYAH BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah ada...


Description

BIODATA

NAMA

: NURHAYATI OLII

ALAMAT

: BOLAANG MONGODOW URATA (BOLMUT)

T.T.L

: BOHABAK, 28 OKTOBER 1997

FAKULTAS : TARBIYAH JURUSAN

: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NIM

: 15.2.3.074

SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN BANI ABBASIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang berkuasa di Baghdad. Kehalafihan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebut dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah adalah keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termudah, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750-1258 M. Pemerintahan Abbasiyah dari Tahun 132 H. Hingga tahun 656 H. Temponya ialah selama 524 tahun. Pada tahun 656 H. Kaum tatar melanggar dunia Islam, membunuh khalifah Abbasiyah serta kaum keluarganya dan mengumumkan berakhirnya pemerintahan Abbasiyah. Tempo sebegitu lama yang dinikmati oleh golongan Abbasiyah ketika memegang tampuk pemerintahan, tidak berarti bahwa kekuasaan para khalifahnya sama sejajar. Sebaliknya kekuasaan tersebut adalah berbeda-beda yang menyebabkan para pengkaji memberikan tempo pemerintahan Abbasiyah itu kepada beberapa periode. Pandangan ahli-ahli tentang pembagian ini dan sebabsebabnya mungkin berbeda. Tetapi di pihak kita, tempo pemerintahan Abbasiyah itu kita bagi kepada tiga periode yang masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dari yang lain. Periode-periode tersebut ialah : Periode pertama (132-232 H.). Kekuasaan pada periode ini berada di tangan para khalifah. Periode kedua (232-590 H.). Pada periode ini kekuasaan hilang dari tangan para khalifah. Dan periode ketiga (590-656 H.). Pada periode ini kekuasaan berada kembali di tangan para khalifah. Tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya. Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4.

Bagaimana Sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah ? Kedudukan Khalifah ? Sistem Politik, pemerintah dan Bentuk Negara ? Sistem Sosial ?

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA DAULAH ABBASIYAH Berdirinya daulah Abbasiyah diawali dengan dua strategi, yaitu : satu dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini sudah berlangsung sejak akhir abad pertama hijriah yang bermarkas di Syam dan tempatnya di Al Hamimah, sistem ini berakhir dengan bergabungnya Abu mulim al-Khurasani pada jum’iyah yang sepakat atas terbentuk Daulah Abbasiyah. Sedangakan strategi kedua dilanjutkan dengan terang-terangan dan himbauan-hibauan di forum-forum resmi untuk mendirikan Daulah Abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan Daulah Umawiyah. Dari dua strategi yang diterapkan oleh Muhammad bin Al-‘Abasy dan kawankawannya sejak akhir abad pertama sampai 132 H akhirnya membuahkan hasil dengan berdirinya Daulah Abbasiyah.1 Berbagai teknis diterapkan oleh pengikut Muhammad Al-‘Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji di balik itu terprogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya Daulah. Penulis melihat pendirian Daulah tidak semudah membalik telapak tangan dan tidak semudah meminum air, tetapi memerlukan tenaga dan usahausaha yang sampai mengorbankan nyawa dalam jumblah yang tidak sedikit. Dan ini bisa terlihat pada peperangan yang terjadi antara Daulah Umawiyah dan pendukung berdirinya Daulah Abbasiyah seperti peristiwa 11 jumadil Al-Akhirah 132 H dalam waktu itu terbunuh 300 orang dari Daulah Umawiyah dan termasuk Ibrahim bin Al-Walid bin Adil Malik saudara dari Yazid. Seperti dikatakan : terbunuhnya Marwan bin Muhammad malam Ahad 3 Zulhijjah 132 H dan dikirim kepalanya kepada Asyafah di kuffah dan berakhirlah Daulah Umawiyah dengan kematiannya pada usia 65 tahun 9 bulan dan beberapa hari. Pemerintahan Abbasiyah adalah keturunan daripada al-Abbas, paman Nabi SAW pendiri kerajaan al-Abbas ialah Abdullah s-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas, dan pendiriannya di dianggap suatu kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan Bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW, agar jabatan khlifah diserahkan kepada keluarga Rasul dan sanak-saudaranya. Tetapi idea ini telah dikalahkan di zaman permulaan Islam, di mana pemikiran Islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh kaum Muslimin, dan mereka berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka untuk menjadi ketua setelah mendapat dukungan. Tetapi orang-orang Parsi yang masih berpegang kepada prinsip hak ketuhanan yang suci, terus berusaha menyebarkan prinsip tersebut, sehingga mereka berhasil membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan.

1 Samsul Munir Amin,M.A, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Amzah, 2009) h. 36

Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya. Kelahiran bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela. Gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali, ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama dari perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.2 



Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap : Gerakan secara rahasia Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah. Tahap terang-terangan dan terbuka secara umum Tahap ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad. Abul Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan Marwan bin Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini tambah mendorong semangat Abul 2 Badri Yatim,M.A, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993) h. 24

Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad. Pertempuran terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran disana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M.3 Pada tahun 132 H/ 750 M Abul Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai’ah menjadi khalifah , dalam pidato pembiatan tersebut , ia antara lain mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami ( Bani Abbas ) akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian. Wahai penduduk koufah, bukan intimidasi, kezaliman, malapetaka dan sebagainya. Keberhasilan kami beserta ahlul Bait adalah berkat pertolongan Allah SWT. Hai penduduk koufah, kalian adalah tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak pernah berubah dalam pandangan kami, walaupun penguasa yang zalim ( Bani Umayyah ) telah menekan dan menganiaya kalian. Kalian telah dipertemukan oleh Allah dengan Bani Abbas, maka jadilah kalian orang-orang yang berbahagia dan yang paling kami muliakan….. ketahuilah, hai penduduk koufah, saya adalah al-saffah”. Setelah Abul Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus 2. Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah 3. Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan khalifah AlMansur (754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani Abbas yang baru.

Faktor-faktor pendorong berdirinya Daulah Abbasiyah dan penyebab suksesnya. a. Banyak terjadi perselisihan antara intern bani Umawiyah pada dekade terakhir pemerintahannya hal ini di antara penyebabnya : memperebutkan kursi kekhalifahan dan harta.

3 Chadijah Ismail, sejarah pendidikan Islam (Padang : IAIN-IB Press, 1999) h. 56

b. Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani Umawiyah, seperti khalifah Yazid bin al-walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan. c. Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang di kerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidilah sebagai putra mahkota. d. Bergabungnya sebagian afrad keluarga Umawi kepada mazhab-mazhab agama yang tidak benar menurut syariah, seperti Al-Qadariah. e. Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani Umawiyah. f. Kesombongan pembesar-pembesar bani Umawiyah pada akhir pemerintahannya. g. Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non-Arab). Umawiyah mengakibatkan runtuhnya Daulah dan berdiri Daulah bani Abbas hal ini dapat dilihat dengan bantuan para Mawali dari Khurasan dan Persi. Misalnya, bergabungnya Abu muslim al-Khurasani, ia berhasil menjadi pimpinan di Khurasan yang pada awalnya di bawah kekuasaan Umawiyah.

Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan ilmu pengetahan dalam Islam. Peradaban dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.4 Puncak kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India. Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan. Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya dengan perkembangan Universitas Islam.

4 Ridwan, Modul Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Kirana Cakra Buana, 2004) h. 17

Pabrik kertas ini memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan naskah-naskah, dimasa itu seluruh buku ditulis tangan. Ilmu cetak muncul pada tahun 1450 M ditemukan oleh gubernur di Jerman. Dikota-kota besar islam muncul toko-toko buku yang sekaligus juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran non-formal. Popularitas Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandianpemandian umum didirikan. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut : 1. Ilmu Kedokteran Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran. 2. Ilmu tafsir Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist dan pendapat tokohtokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. 3. Ilmu Hadist Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang.

4. Ilmu Kalam

Bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. 5. Ilmu Tashawuf

Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya’ Al-Din, yang terdiri dari lima jilid 6. Ilmu Matematika Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu matematika. 7. Ilmu Farmasi Diantara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami’ al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).

B. KEDUDUKAN KHALIFAH Sistem pemerintahan ke khalifah atau pemerintahan bani Abbasiyah meniru cara Umawiya bukan mncontoh Khulafaurrasiddin yang berdasarkan pemilihan khalifah dengan musyawarah dari rakyat. Dan ada satu hal yang baru lagi bagi khalifah Abbasyiah ialah pemakaian gelar AlMansyur. Hal tersebut dapat di telusuri dari lokasi di mana Abbasyiah berkuasa yang bertumpu pada bekas kekuasaan persiah, sehingga model persiah dijadikan acuan bagi pemerintahannya. Antara lain dengan mengatakan seorang penguasa adalah wakil Tuhan di bumi. Dalam masa pemerintahan Al-Mansyur terjadi pembunuhan terhadap orang-orang yang kuat yang berjasa dalam merebut kekuasaan dari tangan bani Umawiyah karena khalifah itu tidak ingin ada tandingannya sehingga melampangkan jalan bagaimana keinginannya. Dalam masa pemerintahan Al-Mansyur, ibu kota Bani Abbas dipindahkan ke kota Baghdad. Al-Mansyur ini memerintah selama 22 tahun dan wafat tahun 158 H. Sebelum wafat Al-Mansyur mewasiatkan kepada anaknya Al-Mahdi untuk menggantikannya dengan menomorduakan Isa Ibn Musa yang pernah ditetapkan oleh As-Saffah untuk memegang pemerintahan setelah Al-Mansyur.5 Dalam masa pemerintahan Al-Mahdi terjadi perubahan dari sifat keras yang diterapkan oleh ayahnya ke sifat moderat dan murah hati. Dia mengembalikan harta kekayaan yang disita oleh ayahnya kepada pemilik harta tersebut, serta membebaskan para tawanan politik dari kelompok Si’ah serta memerangi kaum kafir yang menyimpang dari ajaran Islam. Sifat lembut dan kecintaannya kepada manusia karena politiknya ingin menyatukan hati, mencintai sesama manusia, serta mendapatkan keridhaan dan cinta mereka. Al-Mahdi bisa 5 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta : Kencana Sunanto, Musyifah. 2003) h. 78

melakukan hal tersebut, karena dia mencintai dan dekat dengan orang-orang. Hal pertama yang dia lakukan adalah mencintai musu. Dia membebaskan para tawanan yang ditawan oleh ayahnya karena sebab-sebab politik- bukan sebab-sebab syariat. Mereka dibebaskan dan dieri kemerdekaan setelah sebelumnya disiksa dipenjara. Kemudian, dia pun menggunakan politik, yaitu politik kasih sayang terhadap pengikut, komandan, dan keluarganya. Dia mengambil harta yang banyak dari kas negara kemudian membagi-bagikannya dengan ikhlas. Diceritakan, bahwa dia pernah duduk memberikan hadiah sambil disaksikan oleh keluarga dan para komandannya. Dia membacakan nama-nama, menyuruh untuk menambah sepuluh ribu atau dua puluh ribu, dan hal yang sejenisnya. Hal itu terjadi pada tahun 169 Hijriah. Kemudian, dia pun mengembalikan barangbarang yang telah disita oleh keluarganya kepada peimiliknya dalam jumlah yang sangat banyak. Adapun kepada rakyat, dia telah menempuh jalan yang baik untuk mengetahui pemikiranpemikiran mereka. Dia membuat daftar bagi orang-orang yang dizhalimi dan mendirikan sebuah dewan untuk hal tersebut. Di dalam istana dia membuat sebuah tempat untuk mengajukan keluhan dan keinginan. Setiap hari dia duduk bersama orang-orang yang dizhalimi. Majelisnya selalu didatangi oleh para hakim. Dia berkata, “jika saya tidak malu kepada seorang pun, saya malu kepada mereka.” Kedudukan khalifah pada masa kepemerintahan Bani Abbasiyyah sangatlah berbeda dengan

khalifah-khalifah sebelumnya (Khulafa’ al-Rasyidin dan Bani Ummayah), mereka

beranggapan bahwa seorang khalifah merupakan seseorang yang diberi m...


Similar Free PDFs