Skripsi Model Pembelajaran Sepakbola Pada Anak Usia SD PDF

Title Skripsi Model Pembelajaran Sepakbola Pada Anak Usia SD
Author Baitz Amr
Pages 33
File Size 405.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 151
Total Views 403

Summary

1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Kampus Sekaran Gunung Pati, Semarang 50229 Telp. (024) 8508007 PROPOSAL SKRIPSI Nama : Nur Baiti Amrin NIM : 6101404073 Program Studi : Pendidikan jasmaniKesehatan Dan Rekreasi, S1 Jurusan : Jasmani Kesehatan Dan...


Description

1

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Kampus Sekaran Gunung Pati, Semarang 50229 Telp. (024) 8508007

PROPOSAL SKRIPSI

Nama

: Nur Baiti Amrin

NIM

: 6101404073

Program Studi

: Pendidikan jasmaniKesehatan Dan Rekreasi, S1

Jurusan

: Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi

Fakultas

: Fakultas Ilmu Keolahragaan

I. JUDUL PENELITIAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA

PADA SISWA

KELAS V MI DARUL HIKMAH JATIMAKMUR KEC. SONGGOM KAB. BREBES TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

II. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan jasmani merupakan proses belajar untuk bergerak, dan belajar melalui gerak. Sumbangan yang diberikan dari Pendidikan jasmani adalah memberikan perkembangan secara menyeluruh, karena yang dikembangkan bukan hanya aspek keterampilan gerak dan kebugaran jasmani (ranah jasmani dan psikomotorik), tetapi pengembangan ranah kognitif dan afektif juga dikembangkan melalui Pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memang sangat menarik dan sangat indah. Selain bertugas untuk mendidik, guru juga sekaligus mengasuh. Yang dibina ialah anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Tidak ada mata pelajaran lain yang tujuannya sedemikian majemuk dan selengkap Penjasorkes. Tujuan yang ingin dicapai bukan saja

1

2

perkembangan aspek jasmani tetapi juga aspek mental sosial dan moral. Sayangnya tujuan yang serba lengkap tidak sepenuhnya dapat tercapai karena pelaksanaan Pendidikan jasmani belum sesuai dengan harapan. Dalam A. Erlina Listyarini, menurut Agus SS (2004: 1) Pendidikan jasmani dapat berjalan dengan sukses dan lancar ditentukan oleh beberapa unsur antara lain guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan yang mendukung dan penilaian. Guru merupakan unsur yang paling menentukan keberhasilan proses pendidikan jasmani. Namun lebih sukses harus didukung oleh unsur yang lain seperti tersebut diatas. Pendidikan jasmani juga merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual, dan sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Kurikulum yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar meliputi materi permainan dan olahraga. Materi permainan dan olahraga diantaranya meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya, (BSNP, 2006: 703). Permainan dalam konteks pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai pembekalan pentingnya aktivitas fisik untuk meningkatkan kondisi sehat, kebugaran fisik, hubungan sosial, pengendalian emosi, dan moral. Untuk itu, guru perlu memahami konsep dasar dan strategi pembelajarannya. Permainan atau bermain merupakan fenomena masyarakat, dari mulai kanak-kanak hingga orang tua. Bagi anak-anak bermain menjadi suatu kebutuhan utama dan terkadang mereka lupa waktu. Dalam bermain dilakukannya secara sungguh-sungguh dan tidak ada paksaan. Dalam konteks pendidikan, permainan telah mampu membuat peserta didik lebih cepat, cermat, dan cerdas dalam bertindak dan berpikir dan yang lebih esensial tentunya

3

adalah kepuasan dan kesenangan yang menjadi pendorong peserta didik untuk mau belajar sungguh dalam suasana menyenangkan tersebut. Oleh karena itu, maka permainan perlu ditentukan aturannya agar berjalan tertib dan teratur. Dalam

sistematika

pembelajaran permainan

di

sekolah,

guru

harus

menyusunnya dari mulai materi termudah menuju yang kompleks. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran mudah diserap oleh peserta didik. Karena karakteristik peserta didik itu sangat heterogen, maka pembelajaran permainan yang mampu menyesuaikan dengan kemampuan anak akan sangat cepat diserap dan dikuasai dibandingkan yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Peraturan permainan sepakbola anak usia SD/MI yang dimaksud adalah permainan sepakbola yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar, yang berkaitan dengan aspek usia anak, fisik anak, kemampuan fisik anak, dan perkembangan psikososial anak. Permainan Sepakbola anak usia SD yang terjadi selama ini dilapangan baik di lingkup sekolah formal (SD) dan nonformal Sekolah Sepakbola (SSB) mengadopsi model permainan anak usia 12 tahun dan remaja. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali lengan dalam memainkan bola. Menurut Agus Salim (2008: 42) Permainan sepakbola merupakan permainan beregu, sekaligus pertandingan atau kompetisi, serta arena olahraga prestasi. Permainan sepakbola sebagai olahraga kompetisi dan prestasi dapat terpenuhi oleh anak-anak secara bertahap demi setahap. Kemungkinan diubahnya sepakbola kecil-kecilan, memberi kemungkinan untuk mengajukan persyaratan prestasi itu dalam takaran yang selaras. Tetapi hal tersebut dirasa belum cukup untuk dijadikan model yang efisien dalam pembelajaran jasmani di Sekolah Dasar, sebab permasalahan pengajaran tidak hanya dalam lingkup psikomotor dan sarana prasarana saja, tetapi juga dalam lingkup afektif, seperti kerjasama antar siswa, dan isu kesetaraan gender. Dilihat dari sisi jumlah dan proporsi yang ada, posisi perempuan lebih besar dari laki-laki. Ini berarti bahwa perempuan dapat memberikan sumbangan yang sebanding dengan laki-laki apabila mempunyai kemampuan yang setara. Sementara

4

di lain pihak perempuan diletakkan dalam posisi yang lebih rendah, yang mengakibatkan kemampuan untuk berperan dalam pembelajaran menjadi lebih kecil. Pada dasarnya dalam pengajaran jasmani, posisi laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama. Dalam kenyataan di lapangan banyak pembelajaran gerak yang memisahkan antara keduanya, misalnya dalam pembelajaran sepak bola adalah identik dengan olahraga laki-laki sehingga perempuan canggung jika harus melakukan permainan tersebut. Permainan sepakbola ini dapat dimainkan oleh siapa saja dari mulai anak-anak hingga orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Ada beberapa keterampilan dasar yang perlu dikuasai peserta didik dalam cabang olahraga sepakbola, yaitu (1) kemampuan menendang, (2) menggiring bola atau mengontrol bola, dan (3) menembak. Untuk keterampilan dasar ini, guru jangan menekankan pada aspek teknik tapi mengembangkan potensi yang anak miliki. Untuk itu perlu di buat suatu produk atau modifikasi permainan dimana unsur permainan sepakbola terdapat di dalamnya, dapat membuat bekerja sama dengan temannya, dan dapat dimainkan oleh siswa putra maupun siswa putri sehingga tujuan pendidikan jasmani dapat terwujud. Model peraturan permainan sepakbola anak usia SD/MI yang dikembangkan adalah memperhatikan karakteristik anak usia SD/MI dengan segala aspek perkembangan; yaitu perkembangan jasmani, psikologis, dan sosialnya, disamping aspek pendidikan yang utama. Model permainan anak usia SD/MI secara konstruk mengikuti model permainan sepakbola yang sudah ada, yaitu meliputi; (1) Luas lapangan permainan sepakbola, (2) Gawang permainan sepakbola, (3) Bola permainan sepakbola, dan (4) Cara permainan sepakbola yang cocok untuk anak SD. Pengembangan permainan sepakbola perlu dilakukan oleh karena, aktivitas jasmani merupakan proses belajar yang tidak tergantikan untuk perkembangan kognitif, sosial, dan psikomotorik, letak dasar hidup sehat aktif sepanjang hayat, letak dasar dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Aneka kegiatan jasmani yang mendorong siswa untuk berlatih dan mengekplorasi keterampilan, karena itu aktivitas

5

jasmani perlu disajikan secara sistematis, bertujuan, melibatkan semua, dan menggembirakan (Rusli Lutan, 2001). Praktik permainan sepakbola yang baik adalah program yang sistematis memberi dampak terhadap domain fisik: pertumbuhan dan kematangan, kebugaran jasmani, kebugaran metabolik; domain psikologis: citra-badan, citra diri, dan harga diri, dan psikosomatis menurun. Dalam proses pembelajaran penjas guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga yang melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dedaktik dan metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran (menurut standar kompetensi mata pelajaran penjas di SD/MI) sudah merupakan kewajiban guru penjas mengajarkan berbagai keterampilan gerak, meskipun ada berbagai kendala masing-masing sekolah yang harus dihadapi, maka guru penjas dituntut untuk selalu kreatif dan modifikatif dalam melakukan tugasnya. Dalam pembelajaran permainan dan olahraga diharapkan siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk aktivitas permainan dan berbagai cabang olahraga salah satunya adalah cabang olah raga permainan sepakbola. Telah disebutkan di atas bahwa berdasarkan observasi,sebagian besar Sekolah Dasar tidak memiliki lapangan yang luas. Namun demikian materi-materi pokok yang ada pada kurikulum harus diajarkan sehingga sebagai guru harus bisa memodifikasi sarana dan prasarana serta harus bisa membuat strategi dalam proses pembelajarannya.

III. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan adalah: 1.

Diperlukan modifikasi permainan sepakbola yang dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes.

2.

Diperlukan modifikasi permainan sepakbola yang adil gender.

6

IV. TUJUAN PENELITIAN Penelitian pengembangan ini berusaha untuk menghasilkan suatu model permainan yang dapat digunakan sebagai alat bantu guru sekolah dasar dalam pendidikan jasmani. Tujuan pengembangan model permainan sepakbola untuk siswa Sekolah Dasar, yaitu: 1. Perlunya modifikasi permainan sepakbola yang dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam mengikuti pelajaran penjasorkes. 2. Mengembangkan model permainan sepakbola yang dapat meningkatkan kesetaraan gender dalam pelajaran penjasorkes.

V. MANFAAT PENELITIAN Manfaat produk antara lain: (1) mengaktifkan siswa dalam pendidikan jasmani, (2) meningkatkan nilai kerja sama dalam pendidikan jasmani, (3) menumbuhkan kesetaraan gender dalam pendidikan jasmani, (4) meningkatkan pengetahuan guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tentang pembelajaran sepakbola.

VI. LANDASAN TEORI 1.

Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan

olahraga. Di dalamnya terkandung bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Apabila ditanyakan kepada anggota masyarakat secara acak yang telah mengenyam pendidikan, tentang apa yang mereka pahami tentang "pendidikan jasmani" peneliti yakin jawaban yang keluar dan mereka tentunya cukup bervariasi tergantung pada pengalaman sewaktu belajar di sekolah. Mungkin ada yang mengatakan bahwa pendidikan jasmani itu sama artinya dengan pelajaran bermain, latihan senam, latihan atletik, olahraga dan lain-lain. Banyak sekali para

7

pakar telah mendefinisikan tentang pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani. Berikut adalah beberapa pandangan atau pendapat tentang arti pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani yang berpangkal pada gerakan manusia, serta mengarah kepada kepribadian yang bulat dan kreatif dan manusia, adalah dasar dari segala pendidikan. Pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk jasmani. Namun pandangan demikian sudah di tinggaikan dan organisme manusia secara wajar dan alami sekarang dilihat dalam satu kesatuan individu hingga pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani. Jasmani adalah kata sifat dengan asal kata jasad yang berarti tubuh atau badan. Jasmani menunjuk kepada hal-hal yang mengenai jasad, yang berhubungan dengan tubuh atau badan manusia, sebagaimana rohani yang menunjuk kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan roh. Dengan pandangan ini maka pendidikan jasmani berkaitan dengan perasaan, hubungan pribadi, tingkah laku kelompok, perkembangan mental dan sosial, emosional, intelektual serta estetik. Pendidikan jasmani meskipun berusaha untuk mendidik manusia melalui sarana jasmani, dengan aktifitas-aktifitas jasmani atau aktifitasaktifitas fisik, tetap berkepentingan dengan tujuan-tujuan pendidikan yang tidak semuanya jasmani atau fisik (Abdul Kadir Ateng, 1989:6). Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktifitas jasmani yang pada umumnya dilakukan dengan tempo yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar, ketangkasan dan keterampilan, yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu hares dan sesempurna atau berlcualitas tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak-siswa. Meskipun sarana pendidikan tersebut fisikal, manfaat bagi siswa mencakup bidang-bidang nonfisik seperti intelektual, sosial, estetik, dalam kawasankawasan kognitif maupun afektif. Adang Suherman (2000:7), mengemukakan pandangan filsafat idealisme terhadap pendidikan jasmani adalah sebagai berikut : 1) Pendidikan jasmani tidak hanya sekedar melibatkan fisik semata.

8

2) Aktifitas kesegaran jasmani memberi kontribusi terhadap perkembangan kepribadian seseorang. 3) Pendidikan jasmani merupakan pusat berbagai gagasan (ideals). 4)

Harus menjadi seorang model bagi siswa.

5) Guru bertanggung jawab terhadap efektifitas program pendidikan jasmani. 6) Pendidikan di tujukan untuk kehidupan. Pandangan terhadap pendidikan jasmani menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 pasal 9, yaitu : pendidikan jasmani yang menuju keselarasan antara tumbuhnya badan perkembangan jiwa dan merupakan usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat kuat lahir batin, diberikan pada segala sekolah (2000:17). Menurut pendapat Frost, pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak manusia (Harsuki, 2003:27). Selanjut nya batasan pendidikan jasmani menurut UNESCO dalam "International Charter of Phyisical Education and Sport" (1978) sebagai berikut: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara radar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak (2003:28). Bentuk olahraga yang lain selain pendidikan jasmani yaitu sport dapat diambil dari ketentuan International Council of Sport and Physical Education. UNESCO dalam "Declaration of Sport" nya yakni:"Setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan adalah (Struggle) mclawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur- unsur alam adalah sport". Sport harus dilakukan dengan semangat "fair play" supaya is tetap murni. Sport yang dilakukan dengan semangat fair play tersebut merupakan alat yang ampuh bagi pendidikan.

9

Ant ara pendidikan jasmani dan sport sering dikatakan ada interface, tidak sama namun ada bagian-bagiannya yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar atau muscle activity, bukan fine muscle activity seperti yang terjadi pada kegiatan menulis, menggambar, menganyam dan sebagainya. Keduanya permainan dalam arti bukan bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang lain dan yang dikerjakan. Kepuasan bukan karena ada hasil lain di luar aktivitas namun diperoleh karena melakukan aktivitas itu sendiri. Jika pendidikan jasmani memang dirancang untuk pendidikan, maka olahraga dengan syarat dilakukan semangat sportif itupun merupakan alat yang ampuh untuk pendidikan. Dari pendapat-pendapat yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang tujuannya harus serasi dan selaras dengan tujuan pendidikan pada umumnya.

2.

Fungsi Pendidikan Jasmani Engkos Kokasih (1997:11), merumuskan fungsi pendidikan jasmani adalah

sebagai berikut: 1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras, dan seimbang. 2) Merangsang perkembangan sikap, mental sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. 3) Memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani, serta memenuhi hasrat bergerak. 4) Memacu perkembangan dan aktifitas sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan saraf. 5) Memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani peserta didik.

10

3.

Tujuan Pendidikan Jasmani Sebelum membicarakan tentang tujuan dari pendidikan jasmani yang

dirumuskan oleh para pakar pendidikan jasmani perlu diajukan pertanyaan mengapa tujuan itu diperlukan dan dipahami dengan baik oleh para pendidik pada umumnya dan guru pendidikan jasmani pada khususnya. Menurut Arma Abdullah dan Agus Manadji (1994:16), menyebutkan beberapa alasan mengapa diperlukan pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: 1) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik apa yang ingin dicapai. Tujuan dapat dijadikan pedoman oleh guru pendidikan jasmani dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan jasmani yang bermanfaat dan bermakna bagi para siswa. 2) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik nilai pendidikan jasmani dalam pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani harus sesuai dengan tujuan pendidikan karena pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan. 3) Pemahaman tentang tujuan pendidikan jasmani akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengambil keputusan yang baik bila ada masalah yang timbul. Dalam tugas melaksanakan kegiatan jasmani yang telah dirancang dengan hati-hati bagi siswa kadangkala timbul masalah, misalnya apakah siswa yang sudah sangat terampil bermain sepakbola sebaiknya dibebaskan dari pelajaran bermain sepakbola. Dengan memahami secara baik tujuan pendidikan jasmani guru akan mengambil keputusan yang tepat. 4) Pemahaman tujuan dengan baik akan dapat membantu guru pendidikan jasmani memberikan penjelasan tentang pendidikan jasmani kepada teman sejawat pendidikan lainnya dan juga kepada orang lain, yang mungkin kurang mengetahui atau mempunyai sikap yang kurang baik terhadap pendidikan jasmani.

11

5) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui dan menghargai hasil akhir yang diharapkan dari proses belajar mengajar. Perubahan perilaku yang diharapkan harus erat kaitannya dengan tujuan pendidikan jasmani. Ia harus dapat mempertanggungjawabkan perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah mendapat pelajaran pendidikan jasmani. Tujuan pendidikan jasmani seringkali dituturkan dalam redaksi yang beragam, namun keragaman penuturan tujuan pendidikan jasmani tersebut pada dasarnya bermuara pada pengertian pendidikan jasmani itu sendiri. Beberapa pernyataan tentang tujuan pendidikan jasmani telah dibuat oleh tokoh-tokoh dan penulis pendidikan jasmani. Dalam beberapa pernyataan tersebut, ada yang sama dan ada yang berbeda dalam penekanannya. Dalam beberapa pernyataan lain ada yang dihilangkan dan ada pula yang sama dengan yang lainnya. Menurut Adang Suherman (2002: 23)., tujuan pendidikan jasmani dapat diklarifisikasikan kedalam empat kategori: 1) Perkembangan Fisik Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktifitas-aktifitas yang melibatkan kesatuan-kesatuan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical Fitness). 2) Perkembangan Gerak Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah , dan sempurna (Skillful). 3) Perkembangan Mental Tujuan ini berhubungan dengan berpikir dan menginterprestasika...


Similar Free PDFs