STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PDF

Title STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG
Author Abulais Aljawi
Pages 111
File Size 461.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 10
Total Views 51

Summary

STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-MANAR DAN TAFSIR IBNU KATSIR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I.) Oleh Lilis Maulida NIM: 100034019055 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS...


Description

STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-MANAR DAN TAFSIR IBNU KATSIR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I.)

Oleh Lilis Maulida NIM: 100034019055

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./ 2008 M.

STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-MANAR DAN TAFSIR IBNU KATSIR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I.) Oleh Lilis Maulida NIM: 100034019055

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Drs. H. Zaenal Arifin, MA. Si.

Drs. Zahruddin AR, M. M. NIP. 150 202 341

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./ 2008 M.

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-MANAR DAN TAFSIR IBNU KATSIR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th. I.) pada Program Studi Tafsir Hadis. Jakarta, 11 Juni 2008 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Agus Darmaji, M. Fils

Dra. Joharotul Jamilah, M.

Si. Anggota Penguji I

Penguji II

Drs. M. Anwar Syarifudin, MA

Drs. Rifqi Mukhtar, MA Anggota

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. H. Zaenal Arifin, MA

Drs. Zahrudin AR, M. Si NIP. 150 202 341

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT. atas hidayah dan kemurahan-Nya yang dianugrahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas Skripsi ini dengan baik, dan tak lupa juga shalawat serta salam disampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. keluarganya, para sahabatnya, para pengikutnya sampai akhir zaman. Tujuan Penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S. Th. I) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Tafsir Hadis. Dalam rangka itulah penulis membuat Skripsi dengan judul “Studi Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Riba Dalam Tafsir al-Manar dan Tafsir Ibnu Katsir”. Dalam menyelesaikan Skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data), maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselenggaranya Skripsi ini, terutama kepada Bapak Drs. H. Zaenal Arifin, MA. (pembimbing I), dan Bapak Drs. Zahruddin AR, M. M. Si. (pembimbing II), yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan

yang sangat berarti bagi penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. 2. Bapak Drs. Bustamin, M.B.A. selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan Bapak Edwin Syarif, MA. selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis, para dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, terutama dosen-dosen Ilmu Hadis dan Tafsir, serta para Staf yang yang selalu membantu kelancaran terselesaikannya kuliah ini. Beserta Tata Usaha Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. 3. Pegawai perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, perpustakaan Utama, dan perpustakaan Iman Jama’, yang telah membantu melengkapi literatur yang diperlukan dalam penulisan Skripsi ini. 4. Ayahanda Ruhiyat Nur Hayat dan Ibunda Siti Salamah, atas kesabaran dan keikhlasannya memberikan do’a, biaya dan motivasi kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Kakaku Asep Maulana Yusuf, S.Th. I, yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, tak kurang tulusnya terima kasih pada Pamanda Cecep Suryana, S. Ag. serta Bibinda Irlaily Fatmi, S. Ag., serta kepada adik-adikku – Neneng Maulani Uswatun Hasanah, Atep Mauludin Nur Falah, Denden Syarief Hidayatullah, dan Lies Suryani – yang telah memberikan dorongan dan semangatnya kepada penulis.

6. Khusunya kepada teman baikku Yayah Fajriyah, Siti Masyitoh, serta temanku waktu KKN (Neneng Hasanah, Nurul Fitria, Idha Widiawati, Lulu Kholifah, Nur Albar, Saeful Alam, Fian Muhammad Abduh), dan Anak-anak Tafsir Hadits (TH – D) angkatan 2000, Titin Yulianti, Risma, Lilis Susanti, Hidayatullah, Ucup Subahis, Eka Saefullah, Bambang Tti Atmojo, dll, yang tidak bisa namanya disebutkan satu persatu. Mereka merupakan tempat me refresh dari segala bentuk keluh kesah. Di sana pula, tempat kubercermin dan menyelami makna hidup ini. 7. Tak mungkin lupa, kenangan panjang dan penuh liku bersama The best Friend in Sweet and Sweet. Semoga kebersamaan ini merupakan langkah untuk menjadi awal yang baik menuju cita-cita. Semoga kita tidak salah mengartikan kebersamaan ini. Saat inilah pertama kalinya terasa, terpikir dan teralami perjalanan yang seakan tak bertepi. 8. Selanjutnya, semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan, Penulis hanya dapat mengembalikan segala-Nya kepada Allah SWT. untuk membalas kebaikan mereka, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya pecinta ilmu dan pembaca umumnya. Amin.......! Jakarta, 15 Juni 2008 Penulis

Lilis Maulida

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................................i HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...........................................................ii PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................................iii KATA PENGANTAR .....................................................................................................iv DAFTAR ISI ...................................................................................................................vii

BAB I

PENDAHULUAN ..............................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...........................................................7 C. Metodologi Penelitian ...................................................................................8 D. Tujuan Penulisan .........................................................................................10 E. Sistematika Penulisan .................................................................................10

BAB II TAFSIR AL-MANAR DAN TAFSIR IBNU KATSIR...................................12 1. A. Biografi Pengarang Tafsir al-Manar .....................................................12 1. Biografi Muhammad Abduh ...........................................................12 2. Biografi Muhammad Rasyid Ridha ................................................14 B. Metode dan Corak Penulisan Tafsir al-Manar........................................17 C. Karya-karya Penulis Tafsir al-Manar ....................................................23 2. A. Biografi Pengarang Tafsir Ibnu Katsir ...................................................27

B. Metode dan Corak Penulisan Tafsir Ibnu Katsir ....................................29 C. Karya-karya Penulis Tafsir Ibnu Katsir .................................................30

BAB III SEKILAS TENTANG RIBA ........................................................................33 A. Pengertian Riba .........................................................................................33 B. Pembagian Riba ........................................................................................35 C. Sejarah Riba ..............................................................................................39

BAB IV STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-MANAR DAN TAFSIR IBNU KATSIR .......47 A. Penafsiran Ayat-ayat Riba dalam Tafsir al-Manar ....................................48 1. Penafsiran pada Surah Ali Imran ayat 130 .....................................48 2. Penafsiran pada Surah al-Baqarah ayat 275, 276, 278, dan 279 ...52 B. Penafsiran Ayat-ayat Riba dalam Tafsir Ibnu Katsir .................................58 1. Penafsiran pada Surah Ali Imran ayat 130 .....................................59 2. Penafsiran pada Surah al-Baqarah ayat 275, 276, 278, dan 279....59 C. Analisa Perbandingan Penafsiran Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha dan Ibnu Katsir atas Ayat-ayat Tentang Riba .................................70

BAB V

PENUTUP ......................................................................................................76 A. Kesimpulan ................................................................................................76 B. Kritik dan Saran .........................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................78 PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Hijaiyah ‫ا‬

=

‫س‬

=

s

‫ل‬

=

l

‫ب‬

=

b

‫ش‬

=

sy

‫م‬

=

m

‫ت‬

=

t

‫ص‬

=

sh

‫ن‬

=

n

‫ث‬

=

ts

‫ض‬

=

d

‫و‬

=

w

‫ج‬

=

j

‫ط‬

=

th

=

h

‫ح‬

=

h

‫ظ‬

=

zh

‫ء‬

=

‫خ‬

=

kh

‫ع‬

=



‫ي‬

=

‫د‬

=

d

‫غ‬

=

gh

y

Vokal tunggal

(harakah) ‫د‬

=

dz

‫ف‬

=

f

=

a

‫ر‬

=

r

‫ق‬

=

q

=

i

‫ز‬

=

z

‫ك‬

=

k

=

u

Bacaan Panjang (Mad)

Vokal rangkap (diptong)

‫ي‬

=

a

‫ي‬

=

ay

‫ي‬

=

i

‫ي‬

=

iy

‫و‬

=

u

‫و‬

=

aw

Kata sandang (‫ )ا ل‬untuk kata syamsiyah dan qamariyah adalah al-

Contoh:

‫اﻟﻘﻤﺮ‬

=

al-Qamar

‫اﻟﺸﻤﺲ‬

=

al-Syams

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an memiliki berbagai macam keistimewaan, keistimewaan tersebut salah satunya, yakni susunan bahasanya yang unik dan mempesonakan. Al-Qur’an al-Karim juga merupakan sumber utama ajaran Islam berfungsi sebagai petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya demi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad saw. adalah orang yang pertama yang menguraikan maksudmaksud al-Qur’an dan menjelaskan kepada umatnya wahyu-wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Pada masa itu tak seorang pun dari sahabat Rasul yang berani menafsirkan al-Qur’an, karena Rasul masih berada di tengah-tengah mereka. Rasul memahami al-Qur’an secara global dan rinci. Dan adalah kewajibannya menjelaskan kepada para sahabatnya. Atas dasar wewenang yang diberikan Allah untuk menafsirkan al-Qur’an.1 Al-Qur’an juga mengandung beberapa ajaran, seperti akidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah. Mu’amalah adalah satu dimensi hubungan kehidupan manusia antar sesama, termasuk dalam konteks hubungan ekonomi, seperti jual beli. Maka, di dalam Islam harta sangat dijunjung tinggi, karena tanpa harta manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, Allah SWT. menyuruh manusia memperolehnya, memilikinya dan

1

Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad ‘Abduh; Kajian Masalah Akidah dan Ibadat, (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 91.

memanfaatkannya bagi kehidupan manusia. Dan Allah SWT. melarang berbuat sesuatu yang akan merusak dan meniadakan harta itu.2 Maka, tidaklah mengherankan jika dikatakan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang lengkap dan berisi petunjuk yang komprehensif dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia termasuk ajaran-ajaran tentang tata cara beribadah, etika, transaksi, politik, hukum, perang dan damai, sistem ekonomi, yang diwahyukan Allah sebagai anugerah bagi semua manusia, khususnya sebagai petunjuk.3 Ketika Islam membicarakan materi atau harta, maka pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian-kejadian. Karena, disana kewajiban itu lebih dipentingkan dari pada materi. Tetapi materi adalah menjadi jalan untuk merealisir sebagian kebutuhan-kebutuhan dan manfaat-manfaat yang tidak cukup bagi manusia, yaitu dalam pelayanan seseorang kepada hal yang bersifat materi, yang tidak bertentangan dengan kemaslahatan umum, tanpa berbuat dhalim dan berlebih-lebihan.4 Bukti begitu pentingnya arti harta bagi manusia, Allah SWT. dalam salah satu ayat al-Qur’an memerintahkan untuk mencarinya, seperti tertera dalam surat al-Jumu’ah ayat 10.

‫ﻞ اﷲ‬ ِ‫ﻀ‬ ْ ‫ض وَا ْﺑ َﺘﻐُﻮا ﻣِﻦ َﻓ‬ ِ ‫ﻷ ْر‬ َ ‫ﺸﺮُوا ﻓِﻲ ْا‬ ِ ‫ﻼ ُة ﻓَﺎ ْﻧ َﺘ‬ َ ‫ﺖ اﻟﺼﱠ‬ ِ ‫ﻀ َﻴ‬ ِ ‫َﻓِﺈذَا ُﻗ‬ “Maka apabila shalat telah dilaksanakan, bertebaranlah di permukaan carilah karunia (kekayaan) Allah…” (QS. Al-Jumu’ah: 10).

2

bumi,

Amir Syarifuddin , Garis-garis Besar Fiqh. (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 177. Sayyid Quthb, Dasar-dasar Sistem Ekonomi Sosial dalam Kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, terj. Muhammad Abbas Aula, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1994), h. ix. 4 Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta menurut Pandangan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 5. 3

Sesuai dengan petunjuk ayat di atas, maka harta yang dapat dan boleh diperoleh dan dimanfaatkan terikat kepada dua syarat: Pertama, harta itu adalah yang baik, baik secara zat dan materinya, tidak merusak pada diri yang memakainya dan tidak merusak kepada orang lain.5 Kedua, harta itu adalah yang halal, dalam arti diperoleh sesuai dengan petunjuk Allah SWT. dan menghindari dari yang dilarangnya.6 Dua hal inilah yang menjadi prinsip pokok dalam bermuamalah dengan harta yang ditetapkan Allah dalam alQur’an. Sebaliknya juga, Islam sangat menentang segala transaksi yang bertujuan merusak dan merugikan orang lain dengan cara-cara yang bathil. Salah satunya ialah riba. Riba yang secara sederhana didefinisikan dengan “bertambah dari asalnya” merupakan satu transaksi yang dilarang oleh Allah. Karena itulah, dalam al-Qur’an dengan tegas dikatakan tentang keharamannya, seperti tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 275:

‫ﺣ ﱠﺮ َم اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ‬ َ ‫ﷲ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ َﻊ َو‬ ُ ‫ﻞا‬ ‫ﺣﱠ‬ َ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ َوَأ‬ ُ ‫ﻗَﺎﻟُﻮا ِإ ﱠﻧﻤَﺎ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ ِﻣ ْﺜ‬ Artinya: “Mereka berkata, sesungguhnya jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS AlBaqarah: 275) Mengapa riba haram? Karena ia tidak sesuai dengan prinsip Islam yang menyuruh umatnya untuk menolong sesama umat untuk bersikap pamrih. Sebab, 5

Hal ini juga ditegaskan dalam salah satu ayat al-Qur’an yang artinya “Dan menghalalkan bagi mereka yang baik-baik dan mengharamkan atas mereka yang buruk-buruk….” (QS. Al-A’raf: 157). Dalam surat al-‘Adhiyat, harta benda itu disebut sebagai sesuatu yang baik dan pada surat al-Jumu’ah ayat 10 harta disebut sebagai keutamaan dari Tuhan. Sementara itu dalam beberapa ayat lainnya anjuran untuk memberi perhatian kepada harta ( Surat an-Nahl: 5-8). Atas alasan inilah, maka kemudian harta menjadi lima ajaran pokok (al-kulliyah A-khams) yang menjadi kebutuhan dasar (dharuriyah) dalam kehidupan manusia. Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung, Mizan, 1994), h. 169. 6 Al-Qur’an mengatakan “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu secara bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka…” (QS. An-Nisa’: 29). Lihat Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh…h. 180-181.

tindakan riba secara tidak langsung memberikan kesenangan dan kerelaan kepada satu pihak, sedangkan Islam menghendaki kesenangan dan kerelaan itu secara timbal balik.7 Islam juga menginginkan hidup ini dengan cara sosial dan berbudaya yang dilandaskan kepada tatanan moral. Jadi, cara-cara membelanjakan harta yang tidak sesuai dengan syara’ tidak dapat dibenarkan adanya. Mekanisme yang dianjurkan itu adalah, diantaranya dengan prinsip sukarela, menarik manfaat dan menghindarkan mudharat bagi kehidupan manusia, memelihara nilai-nilai keadilan dan tolong-menolong. Sebaliknya, bila ada praktek yang bertentangan dengan di atas, seperti mendapatkan harta yang mendatangkan mudharat atau jauh dari prinsip keadilan seperti riba adalah dilarang.8 Dalam sejarahnya, tulis Quraish Shihab bahwa Thaif, tempat pemukiman suku Tsaqif yang terletak sekitar 75 mil sebelah tenggara Mekkah, yang juga merupakan daerah subur dan menjadi pusat perdagangan antar suku, terutama suku Quraisy telah mengenal praktek-praktek riba. Bahkan sebagian tokoh-tokoh sahabat Nabi, seperti ‘Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi) dan Khalid bin Walid, dia telah mengenal riba sampai turunnya larangan tersebut.9 Dan seperti dituturkan dalam banyak literatur sejarah, betapa rusaknya tatanan sosial-ekonomi masyarakat saat itu, akibat praktek yang salah satunya akibat riba ini. Maka, sebabnya menjadi sangat penting mengkaji bagaimana riba sebenarnya dalam al-Qur’an, terutama sekali dalam tela’ah kajian kontemporer.

7

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh…h. 212. Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman; Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan Ekonomi, (Bandung: Mizan,1996), h. 201. 9 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan, 1998), h. 259. 8

Suatu fenomena yang cukup menarik untuk diteliti, walaupun para ulama sejak dahulu hingga kini, ketika membahas masalah ini, tidak melihat esensi riba guna sekadar mengetahuinya, tetapi mereka melihat dan membahasnya sambil meletakkan di pelupuk mata hati mereka beberapa praktek transaksi ekonomi guna mengetahui dan menetapkan apakah praktek-praktek tersebut sama dengan riba yang diharamkan itu sehingga ia pun menjadi haram, ataukah tidak sama? Bagaimana penerapan esensi riba pada praktekpraktek bentuk baru dalam transaksi ekonomi yang sedang berlangsung saat ini? Dan apakah dengan sesuatu yang menjadi kelebihan itu haram? Bagaimanapun, di masa lampau, riba dengan segala sifat dan dampaknya sudah dipahami, kendati dalam pengertiannya yang sederhana. Artinya, berbagai kegiatan ekonomi sudah dapat dikategorikan sebagai riba atau tidak. Perkembangan ekonomilah kelihatannya yang membentuk persepsi tertentu dalam masyarakat menyangkut penilaian terhadap kegiatan ekonomi, sehingga kegiatan terte...


Similar Free PDFs