SUARDI MASYARAKAT MULTIKULTURAL PDF

Title SUARDI MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Author Suardi S.Pd.,M.Pd
Pages 14
File Size 187.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 285
Total Views 628

Summary

MASYARAKAT MULTIKULTURAL BANGSA INDONESIA Suardi [email protected] Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar A. PENDAHULUAN Multikulturalisme menurut Tariq Modood dalam Hoon, C. Y. (2013) adalah suatu istilah yang menarik. Ia bisa dipahami berbeda oleh banyak...


Description

MASYARAKAT MULTIKULTURAL BANGSA INDONESIA

Suardi [email protected]

Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

A. PENDAHULUAN Multikulturalisme menurut Tariq Modood dalam Hoon, C. Y. (2013) adalah suatu istilah yang menarik. Ia bisa dipahami berbeda oleh banyak negara tergantung latar belakang sosial politik yang mengiringi kemunculan istilah ini.

Seperti halnya dengan Negara Amerika Serikat, multikulturalisme

diartikan secara politik digunakan untuk mengakui hak asasi manusia dan kesetaraan warga negara sebagai respon atas meningkatnya klaim atas perbedaan kelompok, seperti etnis Afrika, kelompok etnis minoritas, perempuan, gay dan lain sebagainya.

Berbeda dengan Negara-negara Eropa, multikulturalisme adalah

respon yang muncul dari imigrasi pendatang dari luar Eropa, dari orang non-kulit putih yang masuk ke negara-negara mayoritas kulit putih. Dalam hal ini, multikulturalisme berbentuk pengakuan atas kelompokkelompok yang berbeda dalam ruang publik dan memiliki fokus yang lebih sempit yaitu berfokus pada konsekuensi imigrasi dan perjuangan dari beberapa kelompok marjinal. (Modood 2013). Kebanyakan negara Eropa bisa jadi memiliki pengalaman yang mirip terkait imigrasi, akan tetapi fokus dari kebijakan multikulturalnya bisa bermacam-macam. Di beberapa negara, bisa jadi rasisme dan warisan kolonialisme menjadi sentral; di beberapa yang lain, perhatiannya mungkin tertuju pada bagaiamana merubah kondisi pekerja tamu ini menjadi warga negara yang setara ketika kondisi sebelumnya tidak menawarkan kesempatan untuk menjalankan kuasa demokratis (Modood 2013). Kesimpulan dari berbagai pendapat tentang multikulturalisme adalah merupakan respon suatu masyarakat atau pemerintah terhadap isu-isu keragaman budaya dalam suatu masyarakat, selain itu multikulturalisme sudah menjadi suatu ideology untuk melegitimasi masuknya keragaman etnis dalam struktur umum masyarakat termasuk dalam struktur politik dan multikulturalisme merupakan salah satu desain kebijakan publik untuk menciptakan kesatuan nasional dalam suatu keragaman. Sedangkan pluralism menurut Furnivall dalam Helmiati, H. (2013) mendefiniskan masyarakat plural sebagai "comprising two or more kehadiran dua atau lebih komunitas yang berbeda, tinggal berdampingan dalam satu unit politik, akan tetapi tidak saling berkait antara yang satu dengan yang lain; pembagian ekonomi berjalan seiring dengan pembagian budaya. Jadi masyarakat plural merupakan masyarakat yang memiliki lebih dari satu komunitas yang berbeda (beda bahasa, adat ataupun nilai sosial yang dianut), yang hidup berdampingan dalam suatu tatatanan pemerintahan seperti pemerintahan kerajaaan atau adat, namun antara komunitas yang satu dengan yang lain tidak saling terkait atau memiliki hubungan darah secara geneologis, setiap komunitas menjalankan kehidupan sosialnya masing-masing seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari sampai pada menciptkan budaya sendiri. 1

Berdasar prespektif yang berbeda tersebut tentang multikulturalisme dan pluralisme maka Indonesia lebih cocok sebagai masyarakat pluralism, yang sejak dulu memiliki budaya yang berbeda hidup berdampingan satu sama lain. Meskipun sekarang Indonesia Juga merupakan masyrakat multikulturalisme karena adanya perjuangan hak asasi manusia dan perjuangan kesetaraan diberbagai komnitas marjinal, sehingga sekarang ini isu-isu keberagaman dalam konteks multikulturalisme dan pluralisme ini menjadi suatu keniscayaan dalam masyarakat Indonesia. Hal tersebut berdampak pada isu keragaman budaya, hak asasi manusia dan hubungan antara kelompok minoritas dan mayoritas atau negara dalam dinamika pembangunan bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang pluralisme dan multikulturalisme. Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah ‘masyarakat multikultural Indonesia’ yang bercorak ‘masyarakat majemuk’ (plural society). (Suparlan, P. 2014). Masyarakat Indonesia ditandai dengan kehidupan masyarakat yang beranekaragam dalam berbagai bentuk suku, agama, ras dan golongan, namun tetap dalam kesatuan ‘Bhineka Tunggal Ika’. Menurut Taufani, P., Holillulloh, H., & Adha, M. M. (2013) Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” yang semula menunjukkan semangat toleransi keagamaan, kemudian diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia. Sebagai semboyan bangsa konteks permasalahannya bukan hanya menyangkut toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), Semboyan itu dilukiskan di bawah lambang negara Indonesia yang dikenal dengan nama Garuda Pancasila. Lambang negara Indonesia lengkap dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 tentang Lambang Negara. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikulturalisme adalah adanya ideologi yang dipegang oleh setiap masyarakat Indonesia yang menghargai perbedaan dan keragaman baik secara individual (person) maupun secara kelompok (komunitas) yaitu masyarakat multikulturalisme (Fay 1996). Berkaitan dengan masyarakat multicultural seperti Negara Indonesia memiliki kebudayaan dan ideologi yang berlaku secara umum bagi seluruh bangsa Indonesia, seperti ideology pancasila sebagai wujud keseluruhan budaya Indonesia dalam keragaman

masyarakat.Indonesia

dalam

pembangunan

bangsa

masyarakat

telah

menjadikan

multikulturalisme sebagai dasar sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 32 UUD 1945 yang berbunyi ‘Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia

seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Hal tersebut menunjukkan bahawa kebudayaan bangsa merupakan hasil buah usaha budaya-budaya daerah, yang dijadikan menjadi satu (intisari) sebagai kebudayaan bangsa, sehingga masyarakat multicultural merupakan suatu keniscayaan bagi bangsa Indonesia. masyarakat multikultural merupakan suatu fakta, fakta semakin bercampur baurnya penduduk dunia yang mampu memberikan tekanan pada sistem pemerintahan pendidikan, ekonomi yang mapan untuk berubah. (Baidhawy, Zakiyuddin. 2005). Menurut Suparlan, P. (2014) masyarakat multicultural dapat tercapai jika (1) konsep multikulturalisme menyebarluas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya; (2) Kesamaan pemahaman di antara para ahli mengenai makna multikulturalisme dan bangunan

2

konsep-konsep yang mendukungnya, dan (3) Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.

B. PEMBAHASAN Hakikat Masyarakat Multikultural Menurut Usman Pelly dalam Gunawan, K., & Rante, Y. (2011) masyarakat multikultural adalah membicarakan tentang masyarakat negara, bangsa, daerah, bahkan lokasi geografis terbatas seperti kota atau sekolah, yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan. Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antar individu di masyarakat bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai (peace co-exixtence) satu sama lain dengan perbedaan yang melekat pada tiap entitas sosial dan politiknya. (Gunawan, K., & Rante, Y. 2011). Oleh Multikulturalisme dijadikan sebagai acuan utama terbentuknya masyarakat multikultural yang damai, masyarakat multikultural sangat mungkin terjadi konflik vertikal dan horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut. Sebagai contoh, pertikaian yang melibatkan sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia seperti konflik poso. Menurut Mahrus, M., & Muklis, M. (2015) Indonesia merupakan masyarakat multikultural. Hal ini terbukti di Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbedabeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan bahasa, adat istiadat, religi, tipe kesenian, dan lainlain. Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multikultural jika dalam masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur budaya yang berakar pada perbedaan standar nilai yang berbeda-beda, keragaman ras, suku, dan agama, keragaman ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut, raut muka, postur tubuh, dan lain-lain, serta keragaman kelompok sosial dalam masyarakat. Selain itu, masyarakat kultural dapat diartikan sebagai berikut (Gunawan, K., & Rante, Y. 2011) (1) Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat. (2) Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang mayoritas maupun minoritas. (3) Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik secara individu ataupun kelompok serta budaya. (4) Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling menghormati dalam perbedaan. (5) Unsur kebersamaan, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan. Ide multikulturalisme menurut Taylor dalam Wattimena, R. A. A. (2011) merupakan suatu gagasan untuk mengatur keberagaman dengan prinsip-prinsip dasar pengakuan akan keberagaman itu sendiri (politics of recognition). Gagasan ini menyangkut pengaturan relasi antara kelompok mayoritas dan minoritas, keberadaan kelompok imigran masyarakat adat dan lain-lain. Sedangkan Parsudi Suparlan mengungkapkan bahwa multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Oleh karena itu, konsep multikulturalisme 3

tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa (ethnic) atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri khas masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan kebudayaan dalam kesederajatan. Berkaitan dengan konflik sosial, multikulturalisme merupakan paradigma baru dalam upaya merajut kembali hubungan antarmanusia yang belakangan selalu hidup dalam suasana penuh konflik. Secara sederhana, multikulturalisme dapat dipahami sebagai suatu konsep keanekaragaman budaya dan kompleksitas dalam masyarakat. Melalui multikulturalisme masyarakat diajak untuk menjunjung tinggi toleransi, kerukunan dan perdamaian bukan konflik atau kekerasan dalam arus perubahan sosial. Meskipun berada dalam perbedaan sistem sosial berpijak dari pemikiran tersebut, paradigma multikulturalisme diharapkan menjadi solusi konflik sosial yang terjadi saat ini. Dengan demikian, inti multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnis, gender, bahasa, ataupun agama. Sedangkan fokus multikulturalisme terletak pada pemahaman akan hidup penuh dengan perbedaan sosial budaya, baik secara individual maupun kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini individu dilihat sebagai refleksi dari kesatuan sosial dan budaya. Bagi Indonesia, multikultural merupakan suatu strategi dan integrasi sosial di mana keanekaragaman budaya benar diakui dan dihormati, sehingga dapat difungsikan secara efektif dalam mengatasi setiap isu-isu separatisme (memisahkan diri) dan disintegrasi sosial. Multikulturalisme mengajarkan semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan melahirkan persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka) budaya bangsa inilah yang lebih menjamin persatuan bangsa.

Macam-Macam Masyarakat Multikultural Keragaman struktur budaya dalam masyarakat menjadikan multikulturalisme terbagi menjadi beberapa bentuk (lihat Hasan, A. M. (2016) dan Mubit, R. (2016)), yaitu: (1) Multikulturalisme Isolasi. Masyarakat jenis ini biasanya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang saling mengenal satu sama lain. Kelompok-kelompok tersebut pada dasarnya menerima keragaman, namun pada saat yang sama berusaha mempertahankan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya. Contohnya masyarakat suku Kajang yang ada di Kabupaten Bulukumba yang masih mengisolasi diri dan mempertahankan budaya mereka dari budaya luar, namun tetap menerima keragaman masyarakat selain masyarakat mereka seperti tetap berinteraksi dengan masyarakat lain. (2) Multikulturalisme Akomodatif. Masyarakat ini memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian-penyesuaian dan akomodasiakomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum minoritas. Masyarakat multikultural akomodatif merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, serta memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mengembangkan/ mempertahankan kebudayaan mereka. Sebaliknya, kaum minoritas tidak menentang kultur dominan. Contohnya suku Jawa yang ada di daerah Palopo. (3) Multikulturalisme Otonomi. Dalam model ini kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif dapat diterima. Prinsip-prinsip pokok kehidupan kelompokkelompok dalam multikultural jenis ini adalah mempertahankan cara hidup mereka masing-masing yang 4

memiliki hak-hak sama dengan kelompok dominan. Mereka juga menentang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar. Contohnya

kelompok feminis

yang memperjuangkan kesetaraan gender.

(4) Multikulturalisme

Kritikal/Interaktif. Jenis multikulturalisme ini terjadi pada masyarakat plural di mana kelompok-kelompok yang ada sebenarnya tidak terlalu menuntut kehidupan otonom, akan tetapi lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang menegaskan perspektif-perspektif distingtif (membedakan) mereka. Kelompok dominan dalam hal ini tentunya menolak, bahkan berusaha secara paksa menerapkan budaya dominan mereka dengan mengorbankan budaya kelompok-kelompok minoritas. Contohnya kelompok lesbian, gay, biseksual dan transeksual (LGBT) sebagai kelompok minoritas yang ingin diakui eksistensi oleh kelompok mayoritas atau masyarakat luas, sebagai kelompok yang ingin mendapatkan perlakuan yang sama dengan kelompok yang lain. (5) Multikulturalisme Kosmopolitan. Kehidupan dalam multikulturalisme jenis ini berusaha menghapus segala macam batas-batas kultural untuk menciptakan masyarakat yang setiap individu tidak lagi terikat pada budaya tertentu. Bisa juga sebaliknya, yaitu tiap individu bebas dengan kehidupan-kehidupan lintas kultural atau mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. Contohnya kehidupan di kota Makassar yang hidup berdampingan dengan kultur yang berbeda.

Penyebab Terciptanya Multikultural Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural. Adanya masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut. Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri, sebagaimana bangsa Indonesia yang unik dan rumit karena kemajemukan suku bangsa, agama, bangsa, maupun ras. Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat Indonesia pada tingkat nasional dan lokal. Berkaca dari masyarakat multikultural bangsa Indonesia, kita akan mempelajari penyebab terbentuknya masyarakat multikultural. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa jadi merupakan sebuah ”monumen” betapa bangsa yang mendiami wilayah dari Sabang sampai Merauke ini memang merupakan bangsa yang majemuk, plural, dan beragam. Majemuk artinya terdiri atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan, plural artinya lebih dari satu, sedangkan beragam artinya berwarna-warni. Bisa dibayangkan bagaimana wujud bangsa Indonesia. Mungkin dapat diibaratkan sebagai sebuah pelangi. Pelangi itu akan kelihatan indah apabila beragam unsur warnanya bisa bersatu begitu pula dengan bangsa kita. Indonesia akan menjadi bangsa yang damai dan sejahtera apabila suku bangsa dan semua unsur kebudayaannya mau bertenggang rasa membentuk satu kesatuan. Kita mencita-citakan keanekaragaman suku bangsa dan perbedaan kebudayaan bukan menjadi penghambat tetapi perekat tercapainya persatuan Indonesia. Namun, kenyataan membuktikan bahwa tidak selamanya keanekaragaman budaya dan masyarakat itu bisa menjadikannya pelangi. Keanekaragaman budaya dan masyarakat dianggap pendorong utama munculnya persoalan-persoalan baru bagi bangsa Indonesia. Keanekaragaman yang berpotensi menimbulkan permasalahan baru (Nurdin Hasan (2011) sebagai berikut. (1) Keanekaragaman Suku Bangsa. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki 5

kekayaan budaya yang luar biasa banyaknya. Yang menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa yang hidup dan berkembang di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Kita bisa membayangkan apa jadinya apabila masing-masing suku bangsa itu mempunyai karakter, adat istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain. Kompleksitas nilai, norma, dan kebiasaan itu bagi warga suku bangsa yang bersangkutan mungkin tidak menjadi masalah. Permasalahan baru muncul ketika suku bangsa itu harus berinteraksi sosial dengan suku bangsa yang lain. (2) Keanekaragaman Agama. Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara dua Samudra dan Benua, jelas mempunyai pengaruh yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat dan budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka Indonesia menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Agama-agama besar pun muncul dan berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-idaman hampir semua orang, karena tidak satu agama pun yang mengajarkan permusuhan. (3) Keanekaragaman Ras. Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia, banyak bangsa luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. Misalnya, keturunan Arab, India, Korea, Cina, Amerika dan lain-lain. Dengan sejarah, kita bisa mercari bagaimana asal usulnya. Bangsa-bangsa asing itu tidak saja hidup dan tinggal di Indonesia, tetapi juga mampu berkembang secara turun-temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat kita. Mereka saling berinteraksi dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu.

Pandangan tentang Masyarakat Mulitikultural Masyarakat Indonesia memiliki agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda-beda. Tiap-tiap agama dan kepercayaan tersebut memiliki tata cara beribadah yang berbeda-beda pula. Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik sosial muncul tiga kelompok sudut pandang yang berkembang (Sudharto, S. (2012, Isnaini, M), yaitu: (1) Pandangan Primordialisme. Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku, ras, agama merupakan sumber utama

lahirnya

benturan-benturan

kepentingan

etnis

maupun

budaya.

(2)

Pandangan

Kaum

Instrumentalisme. Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil. (3) Pandangan Kaum Konstruktivisme. Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah. Kenyataan ini menjadikan suatu tantangan baru bagi bangsa untuk mewujudkan masyarakat multikultural yang damai.

Dampak Keragaman di Masyarakat Keragaman di masyarakat dapat ditinjau dari beberapa hal...


Similar Free PDFs