Tafsir Hadis dan Hikmah Pendidikan PDF

Title Tafsir Hadis dan Hikmah Pendidikan
Author Rosidin Rosidin
Pages 26
File Size 2 MB
File Type PDF
Total Downloads 132
Total Views 946

Summary

Copyright ©Rosidin, 2019 TAFSIR HADIS DAN PENDIDIKAN Penulis: Dr. Rosidin, M.Pd.I Editor: Engkus Kuswandi Desainer sampul: Slamet Guyun Layout: E. Kuswandi RR.AG-…-01-2018 ISBN …-…-…-…-… Cetakan pertama, Desember 2019 Diterbitkan oleh: PT REMAJA ROSDAKARYA Jln. Ibu Inggit Garnasih No. 40 Bandung 40...


Description

TAFSIR HADIS DAN

Copyright ©Rosidin, 2019

PENDIDIKAN Penulis: Dr. Rosidin, M.Pd.I Editor: Engkus Kuswandi Desainer sampul: Slamet Guyun Layout: E. Kuswandi

RR.AG-…-01-2018 ISBN …-…-…-…-… Cetakan pertama, Desember 2019

Diterbitkan oleh: PT REMAJA ROSDAKARYA Jln. Ibu Inggit Garnasih No. 40 Bandung 40252 Tlp. (022) 5200287 Fax. (022) 5202529 e-mail: [email protected] www.rosda.co.id

Anggota IKAPI Hak Cipta yang dilindungi undangundang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh: PT Remaja Rosdakarya Offset -Bandung

Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang menganugerahkan berbagai nikmat dan rahmat dalam hidup ini. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat dan setiap orang muslim yang melanjutkan jejak perjuangan beliau untuk menegakkan syariat Islam. Amma Ba’du. Tema pokok buku ini adalah pendidikan Islam, yang disarikan dari Al-Quran, Hadis dan kalam hikmah; kemudian disajikan dalam bentuk esai ilmiah ringan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, kendati tidak disertai dengan catatan kaki di dalamnya. Materi dari Al-Quran disusun berdasarkan metode tafsir tarbawi yang penulis gagas secara mandiri, sebagaimana tersaji dalam karya pribadi penulis yang berjudul Metodologi Tafsir Tarbawi. Secara garis besar, ada tiga tahap penafsiran. Pertama, menganalisis kata kunci dalam ayat Al-Quran dengan tafsir bahasa (lughawi) berdasarkan kitab al-Mufradat fi Gharib Al-Quran karya alAshfahani dan Maqayis al-Lughah karya Ibn Faris. Kedua, menganalisis ayat Al-Quran dengan tafsir analitik (tahlili) berdasarkan kitab tafsir klasik maupun kontemporer yang relevan. Misalnya, Tafsir al-Jalalain, Tafsir al-Mawardi, Tafsir Ibn ‘Asyur, Tafsir al-Munir, dan

iv

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

Tafsir al-Mishbah. Khusus Tafsir al-Mishbah, penulis juga mengacu pada pemaparan lisan yang disampaikan Quraish Shihab dalam program Tafsir Al-Mishbah yang ditayangkan MetroTV setiap bulan suci Ramadhan; yang terdokumentasikan dalam video Youtube. Ketiga, menganalisis ayat Al-Quran dengan tafsir tarbawi (kependidikan) berdasarkan literatur pendidikan Islam. Misalnya, Ilmu Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam, Pendidikan Agama Islam, dan sebagainya. Selanjutnya tafsir tarbawi ini disajikan sesuai dengan sistematika lima Maqashid Syariah, yaitu: (1) Pendidikan Agama (Hifzh al-Mal), (2) Pendidikan Jiwa-Raga (Hifzh al-Nafs), (3) Pendidikan Intelektual (Hifzh al-‘Aql), (4) Pendidikan Sosial (Hifzh al-Nasl), dan (5) Pendidikan Vokasional (Hifzh al-Mal). Metode penafsiran yang identik, penulis terapkan ketika menjelaskan edukasi kisah Qur’ani yang memuat kisah 25 nabi dan rasul dalam Al-Quran. Demikian halnya saat menyajikan Hadis tarbawi, namun disertai sedikit modifikasi, terutama dari aspek referensi. Terkait hikmah tarbawi, penulis hanya memberi dua contoh dan dilanjutkan hasil terjemah kitab Alala yang memuat syair-syair tentang pendidikan, sehingga wajar jika dilabeli sebagai “kidung pendidikan Islam.” Buku ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi primer maupun sekunder untuk mata kuliah terkait pendidikan Islam, terutama Tafsir Tarbawi, Hadis Tarbawi, Ilmu Pendidikan Islam, dan Filsafat Pendidikan Islam. Di samping dapat dijadikan bahan inspirasi bagi para teoretikus maupun praktisi pendidikan Islam. Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berjasa dalam penerbitan buku ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam di bawah pimpinan Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag. yang meluncurkan Program Penerbitan 5000 Buku tahun 2019. Semoga buku ini menjadi sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan panduan bagi penciptaan generasi masa depan yang saleh salehah. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Singosari, Januari 2020

Rosidin

Daftar Isi

Pengantar



iii

Daftar Isi



v

Bagian I TAFSIR PENDIDIKAN Bab I

— 1

Pendidikan Agama — 3 Memulai dengan Basmalah — 3 Kasih Sayang Allah Swt. — 6 Pemeliharaan Allah Swt. — 9 Tugas Ibadah — 12 Doa dan Pengabulan — 15 Tantangan Dakwah — 18 Ujian Masuk Surga — 21 Tingkatan Umat Muslim — 25 Sikap Manusia Terhadap Islam — 28 Sikap Manusia Terhadap Al-Quran — 31 Musuh Agama — 34

vi

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

Bab II

Pendidikan Jiwa Raga

— 39

Spirit Isra' Mi'raj — 39 Rumahku, Surgaku — 42 Psikologi Perkembangan Manusia — 44 Urgensi Asi Bagi Anak 48 Terminologi Cinta — 51 Mengubah — Menumbuhkan Optimisme — 56 Godaan Setan dan Nafsu — 58 Evaluasi Diri — 61 Bab III Pendidikan Intelektual —

65

Quantum Reading — 65 Kreativitas Qur'ani — 73 Motivasi Belajar — 76 Etos Ilmiah — 79 Tafaqquh Fi Al-Din — 81 Pendidikan Shalat 84 'Ibrah Flora-Fauna — 87 Bekal Pendidik dan Da'i — 89 Kompetensi Pendidik — 92 Bab IV Pendidikan Sosial — 95 Pendidikan Anak — 95 Doa untuk Keluarga — 97 Kisah Qabil-Habil — 100 Selektif Memilih Teman — 103 Kepedulian pada Anak Yatim — 105 Pendidikan Inklusi — 108 Pendidikan Multikultural — 111 Budaya Jahiliah — 114 Pengabdian Sosial — 116 Persatuan dan Kesatuan — 118 Membangun NKRI — 121 Karakteristik Pemimpin Qur'ani — 125

Daftar Isi

Bab V Pendidikan Vokasional —

127

Ibadah dan Kerja — 127 Pro Kerja, Anti Nganggur — 130 Kerja Mencari Nafkah — 134 Etos Kerja — 136 Etika Bisnis Qur'ani — 138 Urgensi Administrasi — 141 Keteladanan Suku Quraisy — 145 Sikap Dermawan — 148 Cinta Harta — 151 Bagian II EDUKASI KISAH QUR'ANI — 155 Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi Nabi

Adam as. "Bapak Umat Manusia" — 155 Idris as. "Bapak Ilmu Pengetahuan" — 157 Nuh as. "Penuntun Umat Pertama" — 159 Hud as. "Rasul Arab Pertama" — 161 Shalih as. "Dakwah Rasional Dan Suprarasional" — 164 Ibrahim as. "Bapak Umat Beragama" — 166 Luth as. "Munculnya Nenek Moyang Kaum Lgbt" — 168 Isma'il as. "Teladan Birrul Walidain" — 170 Ishaq as. "Moyang Bangsa Romawi dan Yahudi" — 172 Ya'qub as. "Figur ORANG TUA Teladan" — 174 Yusuf as. "Rupawan Jasmani dan Ruhani" 177 Ayyub as. Simbol Kesabaran Sejati" — 180 Dzulkifli as. "Idola Kawula Muda" — 182 Syu'aib as. "Memberantas Perilaku Koruptif" — 185 Musa as. "Pembawa Risalah Nan Lengkap" 188 Harun as. "Partner Sejati Nabi Musa as." — 190 Dawud as. "Bersatunya Status Rasul dan Raja" — 193 Sulaiman as. "Rasul Bijaksana, Penguasa Adidaya" — 195 Ilyas as. "Sang Pembaru Ajaran Taurat" — 198 Ilyasa as. "Rasul Suksesor yang Sukses" — 200 Yunus as. "Risiko dan Solusi Kesalahan" — 203 Zakaria as. "Teladan Pendidikan dan Doa" — 206 Yahya as. "Hidup-Mati Berpijak Agama" — 208 Isa as. "Penyeimbang Aspek Spiritual Agama" — 211 Muhammad Saw. "Rasul Universal Umat Manusia" — 213

viii

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

Bagian III HADIS PENDIDIKAN



215

Investasi Akhirat — 217 Visi Hidup dalam Doa Shalat — 220 Tujuh Kelompok Vip di Akhirat — 223 Penyakit Pribadi — 230 Fluktuasi Motivasi — 232 Bahaya Narkoba — 233 Sasaran Pendidikan — 236 Fenomena Gerhana — 239 Hak Asasi Manusia — 241 Manusia Terbaik dan Terburuk — 243 Penyakit Umat — 245 Harta dan Ilmu — 248 Bagian IV HIKMAH PENDIDIKAN



251

Tips Sukses Hidup — 253 Tips Sukses Belajar — 255 Alala: Kidung Pendidikan Islam — 257 Daftar Pustaka Glosarium



Indeks

271





265

267

Tentang Penulis



273

Bagian I

TAFSIR PENDIDIKAN

Bab I

Pendidikan Agama

Tafsir Pendidikan Ke-1 MEMULAI DENGAN BASMALAH Tafsir Tarbawi Q.S. al-Fatihah [1]: 1

َ ْ َّ َ ّ ė َّ )1( ôā ِ ِ Çِ ÎɎ‫ ِ÷ ا‬öÇÎɎ‫ ا‬ȥ‫ا‬ Dengan asma Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (Q.S. al-Fatihah [1]: 1).

Nilai-Nilai Pendidikan Pertama Prinsip mempermudah. Sejalan dengan istilah Basmalah yang digunakan untuk mempermudah penyebutan Bismillahi al-Rahman al-Rahim.

4

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

Secara kontekstual, guru dapat mempraktikkan gaya pembelajaran yang mempermudah murid dalam memahami pelajaran. Misalnya, membuat akronim PBNU untuk mempermudah murid dalam mengingat empat pilar bangsa Indonesia (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945). Bentuk mutakhir pembelajaran yang dapat mempermudah murid antara lain peta konsep (mind map), yaitu meringkas materi pelajaran yang panjang-lebar, ke dalam bentuk visualisasi grafis yang singkat-padat, sehingga lebih mudah dipelajari. Kedua Toleransi. Para ulama berbeda pendapat terkait status Basmalah, apakah termasuk Surat al-Fatihah atau tidak? Kendati para ulama berbeda pendapat, namun setiap pihak menghormati pihak lain yang berpendapat berbeda. Saat ini, sudah bukan zamannya lagi mempertentangkan apakah seseorang itu shalat dengan membaca Basmalah secara keras (jahr) atau tidak, karena keduanya sama-sama memiliki dalil yang kuat. Perlu juga meneladani watak toleran yang dimiliki para ulama. Semisal semboyan Imam al-Syafi’i, “Pendapatku benar, namun berpeluang salah; sedangkan pendapat orang lain salah, namun berpeluang benar.” Ketiga Sesuai huruf Ba’ dalam Basmalah yang bermakna mushahabah atau menyertai, kita disunnahkan menyertai segala aktivitas yang positif dengan Basmalah. Terlebih ada Hadis Nabi Saw. bahwa: "Setiap perkara yang berguna, yang tidak diawali dengan (bacaan) Bismillahi al-Rahman al-Rahim, adalah terputus (minim berkah)." Aktivitas yang diawali Basmalah dapat mendatangkan pahala dan berbagai manfaat lain. Antara lain meredam keinginan maksiat dalam aktivitas yang akan dilakukan, karena Basmalah tidak boleh disandingkan dengan aktivitas kemaksiatan, seperti membully dan menyontek. Selain itu, jika seseorang membaca Basmalah sebelum memulai aktivitas, secara otomatis akan mengangkat aktivitas yang dilakukan ke derajat yang sangat luhur. Ibaratnya, orang niat bekerja demi keluarga atau orang tua saja sudah dinilai luhur, apalagi jika dia niat bekerja demi Allah Swt.

Tafsir Pendidikan

Keempat Prinsip “segera” dalam ibadah; dan “sabar” dalam pendidikan. Prinsip “segera” dalam ibadah diisyaratkan redaksi Bismillah ( ) yang ditulis tanpa Alif. Misalnya, Rasulullah Saw. ditanya: “Apakah amal yang paling afdhal (istimewa)?” Beliau menjawab: “Shalat di awal waktu.” Prinsip “sabar” dalam pendidikan diisyaratkan redaksi bismi-rabbika ) yang ditulis dengan Alif. Misalnya, dalam kisah rihlah ilmiah ( Nabi Khidhir as. bersama Nabi Musa as., kata sabar diulang tujuh kali (Q.S. al-Kahfi [18]: 65-82). Kelima Nama mencerminkan identitas dan keluhuran. Misalnya, akreditasi merupakan cermin identitas dan keluhuran institusi. Semakin tinggi nilai akreditasi, semakin tinggi reputasi institusi pendidikan. Dalam konteks subjek pendidikan (peserta didik, tenaga kependidikan, apalagi pendidik), wajib menjaga nama baik pribadi dan institusi. Keenam Menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya tempat berlindung melalui ibadah. Tujuan hakiki pendidikan Islam adalah menciptakan hamba Allah yang aktif beribadah (Q.S. al-Dzariyat [51]: 56). Jadi, baik-buruknya kualitas lulusan pendidikan Islam ditentukan baik-buruknya kualitas ibadah mereka. Itulah mengapa, hampir setiap institusi pendidikan Islam pasti menekankan IMTAQ (Iman dan Takwa). Ketujuh Pendidikan seharusnya mempromosikan kasih sayang, sesuai misi agung Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Ada dua jenis kasih sayang yang diimplementasikan: (1) kasih sayang dalam konteks al-Rahman yang bersifat universal dan objektif. Misalnya, mendidikkan toleransi dalam bentuk persaudaraan antar sesama muslim (ukhuwwah Islamiyyah), warga negara (ukhuwwah wathaniyyah), umat manusia (ukhuwwah basyariyyah), bahkan antar makhluk (ukhuwwah ‘alamiyyah); dan (2) kasih sayang dalam konteks al-Rahim yang bersifat

6

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

partikular dan subjektif. Misalnya, menerapkan metode pendidikan al-targhib wa al-tarhib yang identik dengan reward and punishment. Artinya, peserta didik, tenaga kependidikan, maupun pendidik yang dinilai berprestasi mestinya dianugerahi penghargaan yang relevan. Sebaliknya, peserta didik, tenaga kependidikan, maupun pendidik yang dinilai melalaikan kewajiban, maka dapat ditegur, diperingatkan, dihukum, bahkan dikeluarkan.

Tafsir Pendidikan Ke-2 KASIH SAYANG ALLAH SWT Tafsir Tarbawi Q.S. al-Rahman [55]: 1-4

ْ َّ َ َْ ْ ََ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ َ ُ öَ Ç ÎɎ‫ا‬ ó ã )1( ÷ ë ó ‫خ‬ )2( ‫َن‬ ‫آ‬ Î í ò‫ا‬ ô ‫¸ن‬ā»ò‫ ا‬úöóã )3( ‫¸ن‬ÒȺĆ‫ا‬ ِ )4( (Tuhan) Yang Maha Pengasih. Dia Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya al-Bayan. (Q.S. al-Rahman [55]: 1-4)

Nilai-Nilai Pendidikan Pertama Al-Rahman adalah nama Allah Swt. yang tidak familiar bagi kaum kafir, karena mereka terbiasa mengenal nama “Allah.” Buktinya, kaum kafir bertanya, “Siapakah al-Rahman itu?” (Q.S. al-Furqan [25]: 60). Jadi, kata al-Rahman selalu memantik rasa penasaran kaum kafir untuk mengetahui pesan yang akan disampaikan Al-Quran.

Tafsir Pendidikan

Kedua Bagi umat muslim, nama al-Rahman membuat mereka tertarik mengetahui apa saja rahmat yang akan dianugerahkan. Seperti halnya ketika kita mendengar, “Sang Dermawan telah datang”; maka akan terlintas dalam pikiran, apa yang akan didermakan. Ketiga Surat al-Rahman memuat berbagai kenikmatan duniawi dan ukhrawi yang mencerminkan kasih sayang Allah Swt. Kenikmatan tersebut begitu jelas, sehingga tidak wajar diingkari. Sampai-sampai Al-Quran mengulang redaksi, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” sebanyak 31 kali. Keempat Bentuk kasih sayang Allah Swt. kepada umat manusia adalah mengutus Rasulullah Saw. yang diajari Al-Quran secara langsung oleh-Nya. Hal ini sekaligus jawaban atas desas-desus kaum kafir yang menuduh Rasulullah Saw. diajari agamawan Yahudi atau Nasrani. Sekarang pun banyak orientalis menuduh Rasulullah Saw. meniru ajaran Yahudi dan Nasrani. Untuk menjawabnya, silahkan perhatikan ilustrasi berikut. Jika si A melukis Candi Borobudur tahun 1980, lalu si B melukis Candi Borobudur tahun 2018, maka hasil lukisan keduanya akan memiliki kemiripan; karena “sumber” lukisan tersebut sama (Candi Borobudur). Namun, si B tidak bisa dituduh meniru lukisan si A. Jadi, kemiripan Al-Quran dengan Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil) dikarenakan sumbernya sama (Allah Swt.). Kelima Allah Swt. mengajari Rasulullah Saw. melalui wahyu dan ijtihad yang dijamin benar. Artinya, setiap kali Rasulullah Saw. berijtihad, jika dinilai benar, tidak akan turun wahyu yang mengoreksinya. Jika dinilai salah, segera turun wahyu yang mengoreksinya. Walhasil, hasil pengajaran Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. adalah kebenaran mutlak (haq al-yaqin).

8

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

Keenam Penciptaan manusia yang dibekali kemampuan al-bayan (menjelaskan) merupakan kasih sayang Allah Swt. kepada umat manusia.

Ketujuh Redaksi al-insan (totalitas manusia secara ruhani atau psikis) yang disebut setelah redaksi Al-Quran, mengisyaratkan ruhani manusia berpengaruh besar terhadap sikapnya mengenai Al-Quran. Jika ruhaninya keruh, sulit menadaburkan Al-Quran; jika ruhaninya jernih, mudah menadaburkan Al-Quran (Q.S. Muhammad [47]: 24). Kedelapan Bayan (penjelasan) berasal dari akar kata bayna (antara), karena penjelasan berfungsi menjembatani ruang kosong (missing link) “antara” pihak yang mengetahui (semisal guru) dengan pihak yang belum mengetahui (semisal murid). Kesembilan Bayan dapat dilakukan melalui lisan, tulisan, isyarat, sorot mata, dan sebagainya. Namun, bayan hanya terlaksana apabila manusia memfungsikan akalnya. Tanpa akal, mustahil manusia mampu menjelaskan sesuatu. Relevan dengan definisi manusia sebagai hayawan nathiq atau binatang yang berbicara atau berpikir, karena berbicara merupakan tampilan lahiriah dari akal pikiran manusia. Kesepuluh Mengingat bayan berhubungan erat dengan kapasitas berpikir manusia, berarti sejak awal Allah Swt. sudah mempersiapkan manusia sebagai makhluk yang dapat menerima ilmu pengetahuan atau dapat dididik (homo educandum).

Tafsir Pendidikan

Kesebelas Melalui pendidikan, manusia tumbuh menjadi makhluk berkebudayaan, bahkan berperadaban. Lain halnya dengan makhluk seperti binatang yang tidak dibekali akal, sehingga tidak pernah terdengar istilah “kebudayaan binatang.” Keduabelas Pendidikan utama yang perlu diberikan kepada manusia adalah AlQuran, terutama isi Al-Quran yang mencerminkan kasih sayang Allah Swt. Harapannya, muncul peradaban Qur’ani yang menebarkan kasih sayang ke seluruh alam semesta. Pada titik itulah, Islam membuktikan diri sebagai ajaran yang mendatangkan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).

Tafsir Pendidikan Ke-3 PEMELIHARAAN ALLAH SWT Tafsir Tarbawi Q.S. al-Baqarah [2]: 21

َّ َ ْ ُ َ َ َ َ ّ ُ ُ َّ َ ُ ُ ْ ُ َ ّ َ ُ ّ َ َ ْ÷õ ÷Ā َ ِ Íِ ò‫ وا‬ôȲíó‫ي خ‬Íِ ò‫ ا‬ôȲɊ‫وا ر‬Ì»ȭ‫¸س ا‬ùò‫¸ ا‬üȬɆ ¸Ā َ ُ َّ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ )21( ‫ن‬ýí¿ȩ ôȲóäò ôȲóِ »Ȱ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa (Q.S. al-Baqarah [2]: 21).

10

Tafsir, Hadis, dan Hikmah Pendidikan

Nilai-Nilai Pendidikan Pertama “Wahai umat manusia.” Sesuai uraian ayat-ayat sebelumnya, ada tiga jenis manusia dalam konteks penerimaan Al-Quran: (1) orang mukmin (Q.S. al-Baqarah [2]: 2-5), (2) orang kafir (Q.S. al-Baqarah [2]: 6-7), (3) orang munafik (Q.S. al-Baqarah [2]: 8-20). Seluruhnya diseru beribadah kepada Allah Swt. Kedua “Beribadahlah.” Arti asli ibadah adalah kepatuhan. Tidak semua kepatuhan disebut ibadah. Agar disebut ibadah, kepatuhan harus ditujukan pada: (1) sesuatu (Dzat) yang tidak diketahui hakikatnya, (2) sesuatu (atau Dzat) yang diyakini menguasai jiwa-raga seseorang. Oleh sebab itu, kepatuhan kepada raja yang paling berkuasa sekalipun, tidak disebut ibadah, karena raja adalah manusia yang diketahui hakikatnya. Ketiga Ada tiga tanda orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada Allah Swt., yakni: (1) meyakini bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya, bukan miliknya, melainkan milik Allah Swt., (2) segala aktivitasnya selalu dalam koridor perintah dan larangan Allah Swt., (3) tidak memastikan melakukan sesuatu, kecuali atas izin Allah Swt. (mengucapkan Insya Allah). Keempat “Tuhan kalian” (Rabbakum). Kata Rabb memuat empat makna: (1) Tuhan yang menciptakan. Misalnya, menciptakan kita dan orang tua kita; (2) Tuhan yang memproses. Allah Swt. menciptakan manusia tidak langsung jadi, melainkan berproses, selaras dengan redaksi kun fayakun yang berarti, “jadilah, lalu berproses menjadi.” Misalnya, manusia berproses dari nuthfah (sperma), segumpal darah, segumpal daging, janin utuh, lalu terlahir sebagai manusia (Q.S. al-Mu’minun [23]: 13-14); (3) Tuhan yang menghentikan dan menghancurkan

Tafsir Pendidikan

(mudammir). Misalnya, napas manusia dihentikan (diwafatkan) pada usia tertentu; aneka bangunan dihancurkan melalui gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami; (4) Tuhan yang berkuasa dan berkehendak membuat aturan berupa Sunnatullah dan masyi’atullah. Kelima Sunnatullah adalah kehendak Allah Swt. berupa hukum alam (nyata maupun gaib) yang bersifat permanen dan tidak bisa diubah manusia; kecuali atas kehendak Allah Swt. sendiri. Misalnya, manusia pasti meninggal dunia, namun manusia kekal abadi di akhirat; matahari terbit dari timur, namun matahari akan terbit dari barat jelang hari kiamat. Keenam Masyi’atullah adalah kehendak Allah Swt. berupa hukum alam (nyata maupun gaib) yang bersifat sementara dan manusia dapat mengubahnya melalui ikhtiar dan doa. Misalnya, Allah Swt. berkehendak menciptakan manusia lahir dalam keadaan bel...


Similar Free PDFs