Tanggung Jawab dan Kebebasan (Etika: Franz Magnis) DOCX

Title Tanggung Jawab dan Kebebasan (Etika: Franz Magnis)
Author Y. Jusuf
Pages 11
File Size 35.4 KB
File Type DOCX
Total Downloads 203
Total Views 482

Summary

Makalah Presentasi Mata Kuliah Etika Kelompok II : John Meydi Tarigan (2015510005) Alando Wewengkang (2015510013) Yung Sutrisno Jusuf (2015510014) Dimas Wuri Haryanto (2015510009) Tanggung Jawab dan Kebebasan Kebebasan Eksistensial dan Kebebasan Sosial Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia...


Description

1 Makalah Presentasi Mata Kuliah Etika Kelompok II : John Meydi Tarigan (2015510005) Alando Wewengkang (2015510013) Yung Sutrisno Jusuf (2015510014) Dimas Wuri Haryanto (2015510009) Tanggung Jawab dan Kebebasan Kebebasan Eksistensial dan Kebebasan Sosial Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk mengambil sikap sendiri. Sedangkan kebebasan sosial merupakan ruang gerak yang diberikan masyarakat kepada kita. Kebebasan eksistensial ini tidak dapat dipisahkan dari kebebasan sosial. Dalam buku "Etika Dasar" yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno, dua kebebasan ini digambarkan sebagai dua sudut dari satu kenyataan. Kebebasan yang diberikan oleh lingkungan sosial merupakan batas kemungkinan untuk menentukan diri kita sendiri atau kebebasan diri sendiri. Kebebasan eksistensial menyangkut persoalan, "bebas untuk apa?", sedangkan kebebasan sosial menyangkut persoalan, "bebas dari apa?". Contoh (ilustrasi): Udin adalah seorang frater yang tinggal di sebuah biara yang berada di puncak gunung. Ketika malam tiba, Si Udin merasa lapar, dan berarti dia tidak merasa kenyang. Dia sungguh ingin makan, tetapi dia tidak memiliki makanan. Si Udin memiliki beberapa pilihan terkait dengan kelaparannya, antara lain: mengambil makanan dari dapur biara (namun ini akan menjadi suatu tindakan indisipliner, menurut peraturan biara), memasak mie instan (ini juga indisipliner), meminta makanan dari kepala biara (namun sepertinya si Udin tidak berani), dan pilihan yang terakhir adalah dia menikmati rasa lapar itu sebagai suatu bentuk spiritualitas askese. Sekarang, si Udin menjadi bingung, entah apakah rasa lapar itu hilang seturut kebingungannya atau tidak. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa Si Udin bebas untuk memilih setiap kemungkinan atau pilihan-pilihan. Dia dapat memenuhi rasa laparnya dengan bertindak indisipliner atau tindakan yang menuntut keberaniannya (minta makanan kepada kepala biara), ataupun dia dapat menahan diri dan menikmati rasa laparnya itu sebagai sebuah spiritualitas...


Similar Free PDFs