TEORI PERKEMBANGAN BAHASA PDF

Title TEORI PERKEMBANGAN BAHASA
Pages 6
File Size 86.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 27
Total Views 110

Summary

TEORI PERKEMBANGAN BAHASA Oleh: Hasriani Umar Email : [email protected] Bahasa merupakan alat pikiran dan komunikasi verbal untuk menyampaikan ide, konsep ataupun jalan pikiran kepada orang lain. Pupu Saeful Rahmat (2018: 117) dalam bukunya Perkembangan Peserta Didik menungkapkan bahwa ...


Description

TEORI PERKEMBANGAN BAHASA Oleh: Hasriani Umar Email : [email protected]

Bahasa

merupakan

alat

pikiran

dan

komunikasi

verbal untuk

menyampaikan ide, konsep ataupun jalan pikiran kepada orang lain. Pupu Saeful Rahmat (2018: 117) dalam bukunya Perkembangan Peserta Didik menungkapkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang sering digunakan dalam berinteraksi sehari-hari. Bahasa sering digunakan yakni bahasa lisan yang berfungsi untuk menyampaikan maksud kepada orang lain dengan tatanan kata dan kaidah yang dimengerti. Dalam perkembangan manusia, bahasa tidak dapat dipisahkan sebagai alat komunikasi antar sesama. Perkembangan bahasa secara struktural merupakan proses terjadinya kemampuan mempergunakan bahasa, mulai ucapan-ucapan yang sederhana sampai dengan kemampuan mempergunakan kata, kalimat dan bahasa. Perkembangan kemampuan mempergunakan bahasa merupakan objek lapangan psikologi perkembangan. Hal ini disebabkan bahwa secara sistematis dapat dilakukan pengamatan adanya perubahan pada setiap tahap perkembangan secara bertingkat dan struktural. Timbulnya masalah-masalah bahasa yang dalam kenyataannya sering ditemukan pada anak-anak, terutama di dunia Barat. Hal ini lebih merangsang para ahli psikologi perkembangan untuk mengetahui proses-proses secara bertahap dan bertingkat pada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa ini. Teori perkembangan bahasa diperkenalkan oleh Noam Chomsky pada tahun 1928. Noam Chomsky adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. Menurut Chomsky dalam Woolfolk (2010), bahasa diperoleh secara kodrati dan berjalan terus menerus sesuai jadwal genetik yang berkembang. Artinya perkembangan bahasa menyesuaikan dengan pertkembangan tubuh atau biologis anak. Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis atau teori psikologi yang dianut. Dalam

pekembangan bahasa terdapat pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak yang berkembang, antara lain: 1.

Teori Behaviorisme Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan bahasa

pertama dikendalikan dari luar diri anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Dengan kata lain, behaviorisme menekankan perhatian pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak behaviorisme. Istilah bahasa bagi kaum behaviorisme dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Menurutnya, bahasa merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus-respons. Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Kaum behaviorisme menganggap anak sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, serta tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Behaviorisme juga tidak mengakui kematangan anak dalam pemerolehan bahasa, dan tidak mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa serta memiliki kemampuan untuk mengabstrakkan ciriciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka berpendapat stimulus dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa dipandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S-R (stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan.

Gambar 1. Teori Stimulus Respon Unsur-unsur dasar dari teori stimulus respon meliputi bantuan, hukuman, operant conditioning, dan mengurangi perilaku tidak baik (Skinner, dalam Sujiono, 2013). Skinner mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku

Teori Perkembangan Bahasa Hasriani Umar

yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit. 2.

Teori Nativisme Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama,

kanak-kanak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya secara genetis yang telah diprogramkan. Lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam pemerolehan bahasa. Bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti "peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting mengenai sistem bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah. Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurut Chomsky bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, dan binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Hal ini didasarkan pada asumsi: Pertama, perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan lingkungan hanya memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device (LAD). Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kognitif lainnya (Chaer, 2003) . McNeill (Brown, 1980: 22) menyatakan bahwa LAD terdiri dari: (a) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain, (b)

Teori Perkembangan Bahasa Hasriani Umar

kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian, (c) pengetahuan tetang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkin, dan (d) kecakapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem linguistik, dengan demikian dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin di luar data linguistik yang ditemukan. 3.

Teori Kognitivisme Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam

proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bisa dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran. Jean piaget menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Piaget menyatakan adanya beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak. Tahap perkembangan kognitif Piaget (dalam Sujiono, 2013) yaitu : a.

Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi anak dan

berlangsung pada sebagian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya, lalu pada tahun kedua muncul koordiansi dari kedua kemampuan awal ini. Pada akhirnya periode sensorik bayi dapat berpikir tentang dunia, yaitu yang berhungan dengan pengalaman dan tindakan yang sederhana. Pada tahap ini ditandai dengan adanya interaksi lingkungan yang didasarkan pada penerimaan anak berkaitan dengan reaksi otot anak melalui indera. Periode ini dimulai dengan tindakan yang refleks secara berangsur b.

Tahap Praoperasional (2-7 tahun) Pada tahap ini cara "berpikir " anak-anak masih didominasi oleh cara

bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berpikir anak-anak masih kurang operasional. Pada tahap ini ditandai dengan: pertama, kemampuan memperoleh pengetahuan melalui imitasi, permainan simbolik, menggambar, gambaran mental, dan bahasa lisan. Kedua, anak masih memiliki perilaku egosentris menganggap semua orang sama dengan dirinya sendiri dan semua orang memikirkan hal yang sama dengan dirinya. Ketiga, anak mulai memusatkan suatu masalah. Keempat, anak cenderung berkonsentrasi pada salah satu unsur dan bukan pada proses transformasi dari objek ke bentuk lainnya.

Teori Perkembangan Bahasa Hasriani Umar

c.

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep konvensi. Tahap ini dilalui

anak yang berusia sekitar tujuh sampai dengan menjelang sebelas tahun. Pada tahap ini anak memungkinkan untuk menyelesaikan masalah, dan tidak egosentris lagi dalam berpikir. Anak juga memahami konsep matematika yang diajarkan melalui objek benda yang nyata. d.

Tahap Operasional Formal (11 tahun) Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke atas, anak-anak

sudah berpikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka merumuskan dan mengetes hipotesis-hipotesis yang rumit, mereka berpikir abstrak dan mereka menggeneralisasikan sesuatu dengan menggunakan konsep yang abstrak dari satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986). 4.

Teori Sosiokultural Teori sosiokultural memandang bahasa dan artefak sosiokultural berperan

memediasi aktivitas manusia dan praktek sosial (Cross, 2009). Tesis sentral dalam teori sosiokultural Vygotsky ini kemudian dikembangkan oleh rekan sezamannya, Leontiev menjadi culturalhistoric activity theory (Leontiev, 1981 dikutip dalam Cross, 2005), yang menggeser penekanan analisis dari tools (bahasa, artefak budaya lainnya dalam konteks pendidikan bahasa) sebagai unit analisis ke aktivitasaktivitas yang melibatkan tools tersebut (Cross, 2005). Pengembangan pemikiran Vygotsky oleh Leontiev ini kemudian diformulasikan oleh Engestrom menjadi sebuah sistem aktivitas dengan model sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Aktivitas Manusia (Engestrom, 1987, dalam Hapsari, 2015) Diagram bagian atas menggambarkan tesis sentral Vygotsky mengenai hubungan subject dan object, yang dimediasi instrument (tools) sehingga mencapai

Teori Perkembangan Bahasa Hasriani Umar

hasil tertentu. Diagram bagian bawah adalah perluasan tesis sentral Vygotsky dalam lingkungan sosiokultural dimana produksi terjadi. Perluasan ini menciptakan hubungan pertukaran, konsumsi dan distribusi dalam struktur aktivitas manusia. Interaksi subjek dan objek merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari sistem aktivitas timbal balik yang lebih besar, sehingga praktek transfer ilmu dalam ruangan kelas pada hakikatnya terkonstruksi secara sosiokultural. Sumber Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik kajian teoritik, Jakarta : PT Rineka Putra. Cross, R. (2005). Making Sense of the Eclectic: Conceptualising Teacher Practice in the Communicative Classroom, Babel. 40(2), 16-38. ______. (2009). A Sociocultural Framework for Language Policy and Planning, Language Problems and Language Planning. 33(1), 22-42. Desiani & Gandana, Gilar. (2019). Komunikasi dalam PAUD. Tasikmalaya: Ksatria Siliwangi. Gunarsa, Singgih D. (2008). Dasar dan Teori Perkembangan. Jakarta : Gunung Mulia. Hapsari, A. (2015). Pengembangan Kerangka Kerja Sosiokultural untuk Membangun Karakter Islami di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. UNISIA, 37, 10–17. Rahmat, Pupu Saeful. (2018). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara. Sujiono, Y N. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks. Suparno, Paul. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogyakarta: Kansinius. Woolfolk, Anita. (2010). Educatinal Psychology. London: Pearson Education.

Teori Perkembangan Bahasa Hasriani Umar...


Similar Free PDFs