TIME STUDY: METODE STOPWATCH PDF

Title TIME STUDY: METODE STOPWATCH
Author Ragil Sukma
Pages 20
File Size 1 MB
File Type PDF
Total Downloads 41
Total Views 291

Summary

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan : 23 Jurusan : Teknik Industri Modul : 10 Praktikum : Fisiologi dan Pengukuran Kerja Tanggal : 22 Desember 2014 TIME STUDY: METODE STOPWATCH A. DESKRIPSI Metode Stopwatch (jam henti) merupakan pengukuran waktu kerja secara langsung yang biasa diaplikasikan unt...


Description

Accelerat ing t he world's research.

TIME STUDY: METODE STOPWATCH ragil sukma

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan Prakt ikum Perancangan Sist em Kerja Dan Ergonomi Modul 3 – St opwat ch T ime St ud… Alvin Set ya Widhyawan BAB X T IME ST UDY (ST OPWAT CH) 10.1 Tujuan Prakt ikum Ganda Wirat ama Modul 2 - Perancangan Sist em Kerja.pdf Alif Mawaddah Alfiana

Fakultas Jurusan Praktikum

: Teknologi Industri : Teknik Industri : Fisiologi dan Pengukuran Kerja

Pertemuan Modul Tanggal

: 23 : 10 : 22 Desember 2014

TIME STUDY: METODE STOPWATCH

A. DESKRIPSI Metode Stopwatch (jam henti) merupakan pengukuran waktu kerja secara langsung yang biasa diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulangulang/repetitive (Wignjosoebroto, 2003). Pengukuran metode stopwatch ini diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekiar abad 19. Hasil pengukuran metode ini adalah waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, dimana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama.

Tujuan Praktikum 1. Memperkenalkan

kepada

praktikan

metode

StopwatchTime

Studydalam

aplikasipengukuran waktu kerja secara langsung. 2. Praktikan mampu mendefinisikan jenis pekerjaan yang dapat diukur dengan menggunakan metode stop watch time study. 3. Praktikan mampu menghitung waktu normal dan waktu baku suatu pekerjaan dengan mengidentifikasi serta mengukur elemen-elemen pekerjaannya. 4. Praktikan mampu menentukan jumlah siklus kerja dengan menghitung uji kecukupan dan keseragaman data. 5. Praktikan mampu menentukan ratingfactorseorang operator dengan menganalisa performansi kerja operator. 6. Praktikan mampu menentukan allowance pekerja dengan menganalisa keadaan dan lingkungan kerja operator saat bekerja.

B. INPUT DAN OUTPUT Input : a) Elemen-elemen kerja pada suatu pekerjaan. b) Durasi pada masing-masing elemen pekerjaan. c) Jumlah data pengamatan Output :

a) Uji Kecukupan Data b) Uji Keseragaman Data c) Waktu normal d) Waktu baku

C. REFERENSI Barnes, R.M. 1980. Motion and time study.New York: John Wiley& Sons. Meyers, F.E. 1999. Motion and Time Study. Prentice-Hall. Niebel, B.W., Freivalds, A. 1999. Methods, Standards, and Work Design.Singapore : McGraw-Hill. Wignjosoebroto, S., 2003.Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu.Edisi ketiga. Jakatrta: Penerbit PT. Guna Widya. Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Edisi kedua.Yogyakarta : Graha Ilmu. Sutalaksana, Iftikar Z, dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB. D. LANDASAN TEORI D.1

PENGUKURAN WAKTU KERJA SECARA LANGSUNG

D.1.1 Definisi Pengukuran Waktu Kerja Menurut Wignjosoebroto (2003), Niebel dan Freivalds (1999) dan Barnes (1997), pengukuran waktu kerja dapat diklasifikasikan sesuai dengan bagan dibawah ini:

Gambar 10.1 Metode Pengukuran Kerja Menurut Wignjosoebroto(2003), pengukuran kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki ketrampilan

rata – rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Untuk mengetahui apakah suatu sistem kerja yang diterapkan sudah baik, maka diperlukan prinsip-prinsip pengukuran kerja yang meliputi teknik-teknik pengukuran mengenai waktu yang dibutuhkan, tenaga yang dikeluarkan, pengaruh psikologis dan fisiologis. Salah satu pengukuran kerja adalah pengukuran waktu kerja (time study). Pengukuran waktu kerja bertujuan untuk mendapatkan waktu standar/waktu baku penyelesaian pekerjaan secara wajar, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam suatu sistem kerja yang telah

berjalan

dengan

baik(Barnes,

1980).Manfaat dari menghitung waktu baku ini

Gambar 10.2. Time Study

adalah (Wignjosoebroto, 2003): 1. Untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja 2. Untuk menentukan standar biaya dalam mempersiapkan anggaran 3. Untuk menentukan pemanfaatan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan seorang operator dan embantu dalam menyeimbangkan lintasan produksi. 4. Perencanaan system pemberian bonus dan intensif bagi karyawan. 5. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. D.1.2 Metode Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode Stopwatch Metode Stopwatch (jam henti) merupakan pengukuran waktu kerja secara langsung yang biasa diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulangulang/repetitive(Wignjosoebroto, 2003). Pengukuran metode stopwatch ini diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekiar abad 19. Menurut Barnes (1980), metode pembacaan stopwatch yang sering digunakan adalah:

continuous timing

repetitive timing

accumulative timing

Gambar 10.3. Metode pembacaan

a) Continuous Timing Pada metode ini stopwatch dijalankan terus menerus selama pengamatan Stopwatch baru akan dihentikan pada saat pengamatan selesai dilakukan dan pada akhir pengamatan waktu yang telah didapat dicatat. Selain itu untuk mendapatkan masing-masing waktu individu maka perlu dilakukan proses pengurangan. Kata Kunci : Stopwatch tidak di STOP hingga semua produk selesai dilakukan.

Tabel 10.1. Contoh hasil pengambilan data metode continuous timing NO

Elemen Kerja

Detik Ke-

Waktu

1

Memasang Badan Atas

15

15 Detik

2

Memasang Kunci Body

18

3 Detik

3

Memasang Sayap

23

5 Detik

4

Packing

31

8 Detik

b) Repetitive Timing Untuk metode ini cara menggunakan stopwatch, stopwatch ini dibaca secara simultan dan angka pada stopwatch dikembalikan ke angka nol setelah setiap proses selesai. Metode ini dapat dilakukan pencatatan langsung tanpa perlu mengurangi waktu. Kata Kunci : Stopwatch di STOP setelah elemen kerja 1 selesai dikerjakan, START kembali dalam posisi jarum Stopwatch diangka NOL ketika elemen ke-2 mulai dikerjakan

Tabel 10.2. Contoh hasil pengambilan data metode repetitive timing NO

Elemen Kerja

Waktu

1

Memasang Badan Atas

15 Detik

2

Memasang Kunci Body

3 Detik

3

Memasang Sayap

5 Detik

4

Packing

8 Detik

c) Accumulative Timing Pada metode ini cara menggunakan stopwatch melibatkan dua atau lebih stopwatch, hal ini dikarenakan metode yang digunakan yaitu ketika stopwatch yang pertama berhenti kemudian stopwatch yang kedua mulai dijalankan dan ketika stopwatch yang kedua berhenti maka stopwatch yang ketiga dijalankan. Kata Kunci : Menggunakan 2 atau lebih stopwatch. Stopwatch beroperasi secara bergantian per tiap elemen kerja.

Tabel 10.3. Contoh hasil pengambilan data metode accumulative timing Stopwatch Elemen Kerja

Waktu

1

Memasang Badan Atas

15 Detik

2

Memasang Kunci Body

3 Detik

3

Memasang Sayap

5 Detik

4

Packing

D..

Detik

D.1.3Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran Metode Stopwatch Menurut Sutalaksana (1979), beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode stopwatch adalah 1. Penetapan tujuan pengukuran 2. Melakukan Penelitian 3. Menentukan operator. Beberapa kriteria operator yang tidak dianjurkan adalah :  Orang yang tercepat dalam melakukan pekerjaan  Orang yang paling lambat dalam melakukan pekerjaan  Pekerja dengan kelakuan yang wajar ketika sedang diamati. Objek pengamatan haruslah memiliki waktu pengerjaan yang tepat dantelah terlatih dengan baik (Meyers, 1999). 4. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa elemen kerja. 5. Menyiapkan alat-alat pengukuran

1. Stopwatch 2. Papan Pengamatan 3. Kalkulator 4. Pena atau pensil

Gambar 10.4. Alat Studi Waktu

D.1.4Pelaksanaan pengukuran Metode Stopwatch Setelah dilakukan langkah-langkah persiapan pada D.1.3, kemudian dilaksanakan pengukuran kerja. Adapun langkah-langkah yang dikerjakan selama pengukuran waktu kerja berlangsung, yaitu (Sutalaksana, 1979): 1. Pengukuran Pendahuluan Pengukuran pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang didapat dari hasil perhitungan waktu pengamatan. Biasanya pengukuran waktu dilakukan sebanyak 25 kali pengukuran. 2. Uji kecukupan data Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecukupan data : 1. Tingkat kepercayaan (Confidence Level). 2. Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy). Asumsikan operator adalah manusia normal, sehingga kecukupan data dapat dihitung dengan (Purnomo, 2004) :

 k / s ( N .  X 2 )  ( X ) 2   N’ =  X   Dimana: k = tingkat keyakinan Jika tingkat keyakinan99%,maka=2,58 ≈ 3 Jika tingkat keyakinan95%,maka=1,96≈ 2

2

Jika tingkat keyakinan68%,maka≈ 1 S =derajat ketelitian Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu : a. Apabila N’ ≤ N (jumlah pengamatan teoritis lebih kecil atau sama dengan pengamatan yang sebenarnya dilakukan), maka data tersebut dinyatakan telah mencukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat ketelitian yang diinginkan tersebut, sehingga data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku. b. Tetapi jika sebaliknya, dimana N’ > N (jumlah pengamatan teoritis lebih besar dari jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan tidak cukup. Dan agar data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku, maka data pengamatan harus ditambah lagi sampai lebih besar dari jumlah data pengamatan teoritis. 3. Uji Keseragaman Data Proses analisa keseragaman data ini dilakukan dengan menggunakan control yang diperoleh dari pengamatan. Data-data yang didapat dari pengamatan kemudian dikelompokkan kedalam beberapa sub grup dan diselidiki apakah rata-rata sub grup tersebut berada dalam batas kontrol. Formulasi uji keseragaman data :

Dimana:

UCL/LCL= 𝑥̅ ± 𝑘𝜎

𝑥̅ = rata – rata waktu elemen kerja 𝜎 = standar deviasi

n = jumlah pengamatan Catatan:

A. Data berada dalam batas control sehingga data dapat digunakan B. Data keluar dalam batas control. Perlu dilakukan penggantian data atau penambahan data

4. Rating Performansi Salah satu metode tertua dalam menentukan performance erating adalah metode yang dikembangkan oleh Westinghouse Electric Corporation.Sistem rating Westinghouse menguraikan enam kelas yang mereprentasikan kemahiran yang ada dalam evaluasi (Niebel, 1999). Tabel 10.4 TabelWestinghouse SKILL +0,15 +0,13 +0,11 +0,08 +0,06 +0,03 0,00 -0,05 -0,10 -0,16 -0,22 +0,06 +0,04 +0,02 0,00 -0,03 -0,07 Sebagai

A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2

Superskill Excellent Good Average Fair Poor

CONDITION A Ideal B Excellent C Good D Average E Fair F Poor

+0,13 +0,12 +0,10 +0,08 +0,05 +0,02 0,00 -0,04 -0,08 -0,12 -0,17

EFFORT A1 Superskill A2 B1 Excellent B2 C1 Good C2 D Average E1 Fair E2 F1 Poor F2

CONSISTENCY +0,04 A Ideal +0,03 B Excellent +0,01 C Good 0,00 D Average -0,02 E Fair -0,04 F Poor

contoh, apabila diketahui bahwa waktu

rata-rata

yang diukur

terhadap suatu elemen kerja adalah 0,05 menit dan rating performance operator adalah memenuhi klasifikasi berikut:

- Excellent Skill

(B2)

: + 0,08

- Good Effort

(C2)

: + 0,02

- Good Condition

(C)

: + 0,01

- Good Consistency

(C)

: + 0,01 +

Total

: + 0.13

Maka, waktu normal untuk elemen kerja ini adalah :0,05 x 1,13 = 0,565 menit Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri – ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:

SUPER SKILL :

1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik 4. Gerakan – gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti. 5. Kadang – kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan – gerakan mesin. 6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya. 7. Tidak terkesan adanya gerakan – gerakan berpikir dan merencanakan dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis) 8. Secara

umum

dapat

dikatakan

bahwa

pekerjaan

bersangkutan adalah pekerjaan yang baik.

EXELLENT SKILL

:

1. Percaya pada diri sendiri 2. Tampak cocok dengan pekerjaannya. 3. Terlihat telah terlatih baik. 4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran–pengukuran

atau

pemeriksaan–

beserta

urutan–urutannya

pemeriksaan. 5. Gerakan–gerakan

kerja

dijalankan tanpa kesalahan. 6. Menggunakan peralatan dengan baik.

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. 8. Bekerjanya cepat tetapi halus. 9. Bekerja berirama dan terkoordinasi.

GOOD SKILL

:

1. Kwalitas hasil baik. 2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya. 3. Dapat memberikann petunjuk – petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. 4. Tampak jelas sebagai kerja yang cakap . 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu - raguan 7. Bekerjanya “stabil” 8. Gerakannya – gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9. Gerakan – gerakannya cepat.

AVERAGE SKILL

:

1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat. 3. Terlihatnya ada pekerjaan – pekerjaan yang perencana. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap. 5. Gerakan – gerakannya cukup menunjukan tidak adanya keragu – raguan. 6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerjanya cukup teliti. 9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

FAIR SKILL :

1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. 2. Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya. 3. Terlihat adanya perencanaan – perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama. 6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak selalu tidak yakin. 7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan – kesalahan sendiri. 8. Jika tidak bekerja sungguh – sungguh outputnya akan sangat rendah 9. Biasanya tidak ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakanya. POOR SKILL :

1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan – gerakannya kaku. 3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan – urutan gerakan. 4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya. 6. Ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan – kesalahan 8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas – kelas dengan ciri masing -

masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang

ditunjukan atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri – cirinya. EXCESSIVE EFFORT

: 1. Kecepatan sangat berlebihan. 2. usahanya sangat besungguh – sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. 3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

:

EXELLENT EFFORT

1. Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi 2. Gerakan – gerakan lebih “ekonomis” daripada operator – operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Banyak memberi saran - saran. 5. Menerima saran – saran dan petunjuk dengan senang. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8. Bangga atas kelebihannya. 9. Gerakan – gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10. Bekerja sitematis. 11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu element keelemen lainnya tidak terlihat.

GOOD EFFORT

:

1. Bekerja berirama 2. Saat – saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang – kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaan. 4. Senang pada pekerjaannya 5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu. 7. Menerima saran – saran dan petunjuk – petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberikan saran – saran untuk perbaikan kerja. 9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 10. Menggunakan alat – alat yang tepat dengan baik. 11. memelihara dengan baik kondisi peralatan.

AVERAGE EFFORT :

1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan Stabil. 3. Menerima saran – saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set Up dilakukan dengan baik. 5. Melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan.

FAIR EFFORT

:

1. Saran – saran yang baik diterima dengan kesal. 2. Kadang



kadang

perhatian

tidak

ditujukan

pada

pekerjaanya. 3. Kurang sungguh – sungguh. 4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat – alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik. 7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaanya. 8. Terlampau hati – hati. 9. Sistematika kerjanya sedang – sedang aja. 10. Gerakan – gerakan tidak terencana. POOR EFFORT

1. Banyak membuang – buang waktu. 2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3. Tidak mau menerima saran – saran. 4. Tampak malas dan lambat bekerja. 5. Melakukan gerakan – gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat – alat dan bahan – bahan. 6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi. 7. Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8. Mengubah – ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9. Set Up kerjanya terlihat tidak baik.

5. Allowance Allowance diberikan untuk tiga penggolongan, yaitu untuk kebutuhan pribadi, untuk menghilangkan kelelahan, serta untuk hal-hal yang tidak dapat dihindari. Ketiga hal ini merupakan

hal-halnyata

yangperluolehpekerjayangselama

diamati, diukur, direkam, atau dihitung.

pengukurantidakdapat

CONTOH PEKERJAAN FAKTOR A. Tenaga yang dikeluarkan 1 Dapat diabaikan 2 Sangat ringan 3 Ringan 4 Sedang 5 Berat 6 Sangat berat 7 Luar biasa berat B. Sikap kerja 1 Duduk 2 Berdiri diatas dua kaki 3 Berdiri diatas satu kaki 4 Berbaring 5 Membungkuk

Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop,ringan Mencangkul Mengayuh palu yang berat Memanggul beban Memanggul karung berat Berkerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagaian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukana bertumpu pada kedua kaki

C. Gerakan kerja 1 Normal Ayunan bebas dari palu 2 Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 3 Sulit Membawa beban berat satu tangan 4 Pada anggota - anggota badan terbatas Berkerja dengan tangan diatas kepala 5 Seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit. D. Kelelahan Mata *) 1...


Similar Free PDFs