Timothy George, Is the Father of Jesus the God of Muhammad? (2002) PDF

Title Timothy George, Is the Father of Jesus the God of Muhammad? (2002)
Author D. Nggadas
Pages 3
File Size 554.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 72
Total Views 152

Summary

TINJAUAN BUKU Timothy George, Is the Father of Jesus the God of Muhammad? Understanding the Differences between Christianity and Islam. Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2002. 159pp. Deky Hidnas Yan Nggadas Dosen Logika, Hermeneutik, dan Biblika PB STT Huperetes Batam Timothy George adalah dekan se...


Description

TINJAUAN BUKU

Timothy George, Is the Father of Jesus the God of Muhammad? Understanding the Differences between Christianity and Islam. Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2002. 159pp.

Deky Hidnas Yan Nggadas Dosen Logika, Hermeneutik, dan Biblika PB STT Huperetes Batam

Timothy George adalah dekan sekaligus pengajar bidang Sejarah Gereja dan Doktrin di Beeson Divinity School di Samford University. Ia juga adalah anggota dewan redaksi Harvard Theological Review, Christian History, dan Book & Culture. George menulis buku ini satu tahun setelah peristiwa 9/11 yang bukan hanya membuka mata dunia Barat mengenai separoh wajah Islam yang sebenarnya, melainkan juga yang menstimulasi mereka untuk mempelajari core doctrines Islam. Melalui buku ini, George menyorot tiga area utama yang menandai perbedaan (lebih tepat: kontradiksi!) teologi Islam dan Kristen: Trinitas, inkarnasi Kristus, dan jalan penebusan melalui salib Kristus yang merupakan anugerah Allah bagi orang-orang berdosa. Ketiga isu teologis di atas memang dibahas dalam buku ini, namun George lebih fokus pada isu Trinitas yang tercermin melalui judul bukunya. Maka saya hanya akan meninjau argumen inti dari George mengenai isu Trinitas vs Tawhid dengan sejumlah pokok penting di bawah ini. NATUR MONOTHEISME George secara tepat menggarisbawahi bahwa perbedaan teologi Kristen dan Islam mengenai Allah bukan terletak pada isu Monotheisme. Isunya bukan soal apakah kedua agama ini menganut Monotheisme atau bukan Monotheisme, melainkan natur dari Monotheisme yang ditegaskan dengan solid dalam kedua agama Samawi ini. George menulis, Perbedaan antara Kekristenan dan Islam mengenai doktrin Trinitas bukan soal Keesaan Allah. Persoalannya adalah tentang natur dari Keesaan itu. Kedua tradisi iman ini mengafirmasi tanpa keraguan akan keunikan dan keesaan mutlak Allah sebagai perlawanan terhadap penyembahan berhala dan Politheisme. (p. 66). Doktrin Trinitas lebih berhubungan dengan bagaimana orang-orang Kristen memahami natur Allah yang Esa itu. Itulah sebabnya, rumusan paling ringkas yang mengekspresikan hal ini adalah: “Satu Esensi dan Tiga Pribadi” (Yun. mia ousia treis hupostaseis). Dalam rumusan ini, “Satu,” merujuk kepada esensi atau substansi (Lat. Substantia) ke-Allahan, sedangan “Tiga” merujuk kepada Pribadi (Lat. Persona).1 1

George sudah membahas semua data Alkitab yang relevan dengan Trinitas dalam Alkitab (p. 59-66).

1

Dengan rumusan di atas, ketika orang-orang Kristen berbicara tentang “Allah,” yang mereka maksudkan adalah hakikat atau esensi-Nya yang Esa – dan itulah sebabnya iman Kristen adalah iman Monotheistik. Allah yang Esa itu berkeberaaan dalam Tiga Pribadi yang berbeda namun berelasi secara harmonis dan setara. Artinya, Monotheisme Kristen adalah Monotheisme yang Trinitarian (kompleks). Berbeda dengan itu, doktrin Tawhid dalam Islam adalah doktrin Monotheistik yang Unitarian dan soliter (simpleks). George menulis, Di dalam Islam, terdapat dua aspek dari prinsip tawhid: (1) Keesaan [Allah] sebagai perlawanan terhadap penyembahan berhala, dan (2) Keesaan [Allah] yang didefinisikan melalui keberadaan Allah yang soliter – yakni, unitarianisme. (p. 81). Jadi, adalah tidak benar untuk menyematkan label Politheisme bagi Kekristenan sebagai konsekuensi dari doktrin Trinitas. Doktrin Trinitas TIDAK SAMA dengan doktrin Tritheisme. Kekristenan dan Islam berbeda bukan dalam hal bahwa yang satunya Monotheistik dan yang satunya Politheistik, melainkan yang satunya menganut Monotheisme yang kompleks-trinitarian dan yang satunya lagi menganut Monotheisme yang simpleks-solitarian-unitarian. IDENTIFIKASI QUR’AN: STRAW MAN Para teolog Muslim bersikeras bahwa Kekristenan menyembah Tiga Allah (Tritheisme) sebagai hasil pembacaan mereka terhadap presentasi (lebih tepat: misreprestansi!) Qur’an terhadap doktrin Allah Kristen (QS. 5:73, 114; 4:171, 114). Menurut Qur’an, orang-orang Kristen percaya akan Tiga Allah, yakni: Bapa, Yesus, dan Maria. Dalam skenario Qur’an, Kekristenan mengajarkan relasi antar-Ketiga Allah tersebut, demikian: “Allah Bapa melakukan hubungan seksual dengan Maria, yang melahirkan Yesus.” (p. 58). Pertama, seperti yang sudah ditegaskan sebelumnya, tidak ada ajaran Tritheistik dalam Kekristenan yang ortodoks. Tidak ada orang Kristen ortodoks yang percaya bahwa mereka percaya akan Tiga Allah, yakni: Bapa, Yesus, dan Maria. Dan kedua, lebih absurd lagi, Kekristenan ortodoks sama sekali tidak pernah percaya adanya hubungan seksual antara Allah Bapa dan Maria lalu lahirlah Yesus. Dengan kata lain, golongan (entah siapa!) yang dituding oleh Qur’an sebagai golongan yang percaya akan Tiga Allah yakni Allah, Yesus, dan Maria, bukanlah Kekristenan. Namun, Qur’an percaya bahwa inilah yang dipercaya oleh orang-orang Kristen – sebuah misrepresentasi yang sampai sekarang dibunyikan oleh para teolog Muslim mengenai doktrin Trinitas. Termasuk, sampai sekarang, ketika Muslims mendengar orang-orang Kristen bicara tentang Yesus sebagai Anak Allah, di otak dan telinga mereka terngiang ajaran Qur’an bahwa orang-orang Kristen percaya bahwa Yesus merupakan hasil hubungan biologis antara Allah Bapa dan Maria. Absurd!

2

George menulis, Bagaimanapun, hal yang ditolak di dalam Qur’an itu sendiri bukanlah doktrin Trinitas Kristen yang sebenarnya melainkan lebih merupakan sebuah kepercayaan heretik (sesat) akan tiga Allah. (p. 59). Masalahnya adalah “kepercayaan heretik” yang sebenarnya ditolak mentah-mentah oleh Kekristenan itu, justru dianggap oleh Qur’an sebagai doktrin Kristen (yang pada kenyataannya bukan sama sekali). Dan karena itu pula, penulis Qur’an lebih daripada layak untuk mendapat label straw man – sebuah sesat pikir (logical fallacy) ketika itu menyangkut keyakinannya akan keyakinan Kristen mengenai Trinitas dan status ke-Anakan Yesus (the Sonship of Jesus). ALLAH YANG SAMA? Pertanyaan pada judul buku ini merupakan sebuah spesifikasi dari sebuah pertanyaan yang lebih luas: Apakah Kekristenan dan Islam menyembah Allah yang sama? George menjawab “ya dan tidak” untuk pertanyaan ini. Dalam pengertian luasnya, jika Monotheisme Kristen itu benar, maka Allah Tritunggal tentu saja adalah Allahnya semua orang, termasuk Muhammad. Namun, isu yang diusung dalam pertanyaan di atas lebih mengarah kepada: Apakah Alkitab dan Qur’an mengajarkan tentang Allah yang sama? George menjawab tidak untuk pertanyaan ini, dengan menulis, Tetapi jawaban untuk pertanyaan ‘Apakah Bapanya Yesus adalah Allah Muhammad?’ juga tidak, karena teologi Islam menolak Ke-Bapaan Allah, Ke-Tuhanan Yesus Kristus, dan Pribadi Roh Kudus – yang merupakan komponen esensial dalam pemahaman Kristen mengenai Allah. Tak ada Muslim yang saleh yang dapat memanggil Allah Muhammad dengan sebutan “Bapa,” karena ini, dalam pemikiran Islamik, merupakan tindakan mengkompromikan transendensi ilahi. Namun tak ada orang Kristen yang beriman teguh yang menolak untuk mengaku dengan sukacita dan penuh keyakinan, “Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang Mahatinggi!’ Terlepas dari pewahyuan mengenai Trinitas dan Inkarnasi, adalah mungkin untuk mengetahui bahwa Allah itu ada, namun tidak mungkin [ada pengenalan akan] siapa Allah sebenarnya. (p. 69-70). Saya menjawab ya untuk jawaban tidaknya George di atas!

3...


Similar Free PDFs