Tinjauan Singkat Bahasa Indonesia Sebagai Perkuliahan Umum Tingkat Universitas PDF

Title Tinjauan Singkat Bahasa Indonesia Sebagai Perkuliahan Umum Tingkat Universitas
Author Yuniarto Hendy
Pages 168
File Size 671.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 390
Total Views 656

Summary

Tinjauan Singkat Bahasa Indonesia Sebagai Perkuliahan Umum Tingkat Universitas Hendy Yuniarto Beijing Foreign Studies University 1 PRAKATA Tidak sedikit materi perkuliahan bahasa Indonesia yang telah diterbitkan dalam bentuk buku sebagai pegangan mahasiswa yang menempuh mata kuliah bahasa Indonesia....


Description

Tinjauan Singkat Bahasa Indonesia Sebagai Perkuliahan Umum Tingkat Universitas

Hendy Yuniarto Beijing Foreign Studies University 1

PRAKATA

Tidak sedikit materi perkuliahan bahasa Indonesia yang telah diterbitkan dalam bentuk buku sebagai pegangan mahasiswa yang menempuh mata kuliah bahasa Indonesia. Buku ini lebih tepat disebut buku ajar untuk memenuhi kebutuhan materi perkuliahan bahasa Indonesia yang lebih ringkas dan mudah dipahami. Penulis ingin memberikan kemudahan yang tidak meninggalkan inti daripada materi yang selama ini diberikan di universitas manapun. Oleh karena itu, buku ini diharapkan memberikan kontribusi yang besar dalam memahami materi perkuliahan bahasa Indonesia. Dalam buku ini disajikan beberapa bab yang memberikan solusi terhadap permasalahan di setiap materi perkuliahan Bahasa Indonesia. Bab pertama yang disajikan membahas mengenai sejarah bahasa Indonesia sebagaimana materi tersebut merupakan dasar untuk memahami asal usul bahasa Indonesia. Bab kedua membahas tentang kata serapan dalam bahasa Indonesia. Kata serapan penting untuk diuraikan di dalam buku ini sebagai pengetahuan yang wajib dalam mempelajari khasanah kosakata bahasa Indonesia. Bab ketiga membahas tentang ragam dan kebakuan dalam bahasa Indonesia. Pedoman umum ejaan dan tanda baca diuraikan dalam bab kelima. Pembahasan mengenai ejaan umum dan tanda baca tidak diuraikan secara detail seperti dalam buku EYD pada umumnya. Bab kelima membahas tentang kata dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Permasalahan struktur bahasa yang baku dan tidak baku dibahas dalam bab tersebut. Jenis-jenis paragraf diuraikan pada bab keenam. Lebih lanjut pada bab tersebut adalah menguraikan jenis2

jenis paragraf beserta contohnya. Penulisan karya ilmiah dibahas pada bab ketujuh. Salah satu syarat kelulusan seorang mahasiswa adalah membuat karya tulis ilmiah yang berupa tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi. Buku ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam memahami materi-materi perkuliahan bahasa Indonesia. Banyak kekurangan dalam penyajian materi dalam buku ajar ini. Oleh karena itu, penyusunan akan terus diperbaharui demi kualitas buku ajar ini selanjutnya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penyusunan buku ajar.

Yogyakarta , 10 Mei 2015

Penulis

3

Daftar Isi

KataPengantar……………………………………….. 2 BAB I Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia…… 5 BAB II Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia………………… 25 BAB III Ragam dan Kebakuan dalam Bahasa Indonesia………. 50 BAB IV Pedoman Umum Ejaan dan Tanda Baca……………… 59 BAB V Pilihan Kata (Diksi)………………………………….. 95 BAB VI Kata dan Kalimat Bahasa Indonesia………………… 105 BAB VII Paragraf dalam Bahasa Indonesia…………………… 131 BAB VIII Penulisan Karya Tulis Ilmiah……………………….

143

BAB IX Tantangan Bahasa Indonesia Masa Mendatang…….

150

Daftar Pustaka……………………………………..

167 4

5

BAB I SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A.

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia termasuk bahasa dalam rumpun bahasa Austonesia. Bahasa Indonesia yang sekarang kita gunakan berkedudukan sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional kita. Asal mula bahasa Indonesia adalah dari bahasa Melayu. Bahasa melayu ternyata telah lama menjadi bahasa penghubung di kepulauan nusantara. Istilah bahasa penghubung disebut juga Lingua Franca. Pembuktian bahasa Melayu sebagai Lingua Franca pada zaman karajaan Sriwijaya dibuktikan oleh beberapa prasasti berbahasa Melayu. Beberapa prasasti tersebut bertanggal sekitar abad 680 M. Prasasti yang cukup terkenal yakni prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 686 M. Selain itu, terdapat juga prasasti yang terletak di antara Jambi dan sungai Musi, yaitu prasasti Karang Brahi yang berangka tahun 688 M (Junus, 1996:52). Kata Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana berkebangsaan Inggris pada tahun 1894, yakni J.R. Logan dalam sebuah karangannya berjudul “Customs Common to the Hill Tribes Bordering on Assam and those of Indiana Archipelago” dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia”. Kata Indonesia digunakan J.R. Logan untuk mengganti istilah Indian Archipelago dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan peristilahan lain merujuk pada kepulauan nusantara seperti Polinesia, Melanesia, dan Micronesia. Selanjutnya, kata Indonesia dipopulerkan oleh

6

Adolf Bastian, seorang sarjana Belanda dalam karangan mereka (Pateda, 1988:30) Salah satu bukti tertulis bahwa bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca menyebar ke nusantara adalah pada inskripsi Gandasuli dengan berangka tahun 832 M. Menurut penelitian Dr. J.G. Casparis disebutkan bahwa prasasti tersebut berbahasa Melayu. Inskripsi tersebut membuktikan bahwa bahasa Melayu telah digunakan di Jawa. Beberapa bukti yang meyakinkan adalah bahwa bahasa Melayu juga digunakan oleh sebagian masyarakat di Jakarta, Manado, Ambon, Larantuka, Kupang, dan daerah-daerah lain. Para ahli bahasa menyebutkan bahwa bahasa-bahasa tersebut merupakan bahasa Melayu yang tersebar sebagaimana digunakan untuk bahasa penghubung perdagangan masa lampau. Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung ditunjukkan dengan penyusunan daftar kata dalam bahasa Melayu oleh Pigafetta, seorang ahli bahasa yang berkebangsaan Portugis tahun 1522 saat mengunjungi Tidore. Pada saat Portugis menjajah Indonesia pada abad ke XVI, bahasa Melayu dipergunakan sebagai bahasa perantara dalam perdagangan maupun pergaulan. Pada masa pemerintahan Belanda, bahasa Melayu juga digunakan untuk bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Perkembangan bahasa Melayu menjadi lebih baik setelah pemerintah kolonial mengeluarkan suatu keputusan: K.B. 1871 No. 104 , yang menyatakan bahwa “pengajaran di sekolah bumi putera diberi dalam bahasa daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu”. Penelitian bahasa Melayu telah dilakukan oleh orang-orang Belanda, seperti tata bahasa Melayu yang dilengkapi dengan daftar kata berjudul A Grammar and Dictionary of the Malay Language yang terbit tahun 1895. Selain itu, juga terdapat buku tata bahasa Melayu yang terbit tahun 1862 oleh J. Pijnappel yang berjudul 7

Maleische Spraakkunst. Selanjutnya, J.J. Hollander yang menyususn buku Handleiding bij de beoefening der Maleische tall en letterkunde yang terbit di Breda negeri Belanda tahun 1874. Tahun 1879, R. Van Eck menyusun Beknopte Spraakkunst yang terbit di Breda. H.C. Klinkert menyusun buku Spraakleer Van het Malesische yang diterbitkan di Leiden pada tahun 1882. Gerth Van Wijk menyusun buku Sraakleer der Maleische Taal yang terbit di Batavia tahun 1890. Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang termasuk salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang telah digunakan sebagai bahasa pengantar (lingua franca) dalam bidang perdagangan di nusantara semenjak awal masehi. Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal daripada bahasa Indonesia diambil dari bahasa Melayu dialek Riau. Bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa yang mudah dimengerti dan sudah familiar digunakan sebagai bahasa pengantar perdagangan di nusantara. Bahasa Melayu yang digunakan sebagai lingua franca sejak awal masehi tersebut adalah bahasa Melayu pasar, atau bahasa Melayu yang digunakan untuk berbicara sehari-hari di kalangan rakyat non bangsawan. Adapun selain bahasa Melayu pasar, terdapat bahasa Melayu Tinggi yang digunakan di kalangan para bangsawan kerajaan. Adanya tingkat tutur serta aturan-aturan yang mengikat sebagaimana bahasa tersebut digunakan, maka agaknya susah untuk dipakai sebagai bahasa pengantar.Selain itu, bahasa Melayu Tinggi digunakan dalam karya satra yang tidak banyak dikuasai oleh rakyat jelata. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku 8

di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (ITsing:183), K‟ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw‟enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun‟lun (Parnikel, 1977:91), K‟un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di kepulauan nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. 9

Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan suatu peristiwa sejarah yang sangat berharga dalam perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia. Pernyataan bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa persatuan bagi bagsa Indonesia secara nyata dan tegas tertera dalam hasil rumusan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda. Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada kertas yang kemudian diberikan kepada Soegondo ketika Sunario sedang berpidato pada sesi terakhir kongres sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin (Tempo, 27 Oktober 2008 “Secarik Kertas Untuk Indonesia). Adapun bunyi dari sumpah pemuda dengan ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut. Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia. Kedua : Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga : Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa penting sebagaimana peristiwa tersebut juga merupakan pergantian secara resmi bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Setelah peristiwa Sumpah 10

Pemuda, bahasa Indonesia mulai digunakan secara meluas. Bahasa Indonesia secara meluas digunakan sebagai bahasa dalam penulisan surat kabar, majalah, maupun karya sastra. Pada peristiwa Kongres Bahasa Indonesia I di Solo pada tanggal 25-28 November 1938 merupakan bukti eksistensi bahasa Indonesia yang semakin lebih baik. Pada Kongres Bahasa Indonesia tersebut, dirumuskan beberapa keputusan, antara lain: 1. Setuju mengambil kata-kata asing untuk ilmu pengetahuan yang diambil dari perbendaharaan umum. 2. Perlu menyusun tata bahasa Indonesia yang baru. 3. Ejaan yang digunakan ialah ejaan van ophuysen 4. Wartawan sebaiknya berupaya mencari jalan-jalan untuk memperbaiki bahasa di dalam persuratkabaran. 5. Bahasa Indonesia supaya dipakai dalam segala badan perwakilan 6. Istilah-istilah internasional diajarkan di sekolah 7. Bahasa Indonesia hendaklah digunakan sebagai bahasa hukum dan sebagai pertukaran pikiran di dalam dewandewan perwakilan 8. Perlu didirikan sebuah lembaga dan sebuah Fakultas untuk mempelajari bahasa Indonesia. Setelah bangsa Indonesia merdeka, bahasa Indonesia mendapat pengakuan secara hukum sebagai bangsa negara, sebagaimana tercatat dalam Bab XV pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Setelah Kongres Bahasa Indonesia pertama, pada tanggal 23 Oktober sampai 2 November 1954 diadakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Salah satu keputusan yang penting dalam Kongres Bahasa Indonesia kedua tersebut adalah mengusulkan 11

kepada pemerintah untuk mengadakan suatu badan yang kompeten dalam menyusun tata bahasa Indonesia yang lengkap serta menyusun suatu ejaan yang praktis untuk keperluan sehari-hari dengna sedapat mungkin mengingat pertimbangan ilmu. Pada Kongres Nasional Kedua di Jakarta tersebut, ditetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional setelah kemerdekaan. Adapun beberapa pertimbangan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Bahasa Melayu telah digunakan luas di nusantara sebagai lingua franca sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan telah tersebar ke seluruh Nusantara. 2. Berdasarkan sistemnya, bahasa Melayu memiliki system fonologi, morfologi, dan sintaksis yang sederhana. 3. Berdasarkan aspek psikologis, pemakai bahasa mayoritas seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa mayoritas lainnya menerima secara sadar bahasa Melayu 4. Bahasa Melayu sanggup untuk menerima pengaruh dari bahassa asing dan bahasa daerah lain di Indonesia untuk pengembangannya. 5. Berdasarkan wilayah pemakaiannya, bahasa Melayu telah dipakai dalam penyebaran agama oleh para pendeta sebagaimana dipakai dalam lembaga pendidikan, perundang-undangan, serta pemerintah oleh Hindia Belanda. 6. Bahasa Melayu tidak hanya digunakan luas di nusantara, melainkan di kawasan Malaysia, Singapura, dan Brunei. 7. Bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa yang demokratis. Salah satu contohnya adalah kata makan yang dapat digunakan untuk siapa saja, termasuk presiden dan raja sekalipun.

12

Kongres Bahasa Indonesia yang ketiga berlangsung di Jakarta pada 28 Oktober sampai 3 November 1978. Dalam kongres tersebut, dibahasa mengenai pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan : a. Kebijaksanaan kebudayaan, keagamaan, politik, dan ketahanan nasional. b. Bidang pendidikan c. Bidang komunikasi d. Bidang kesenian e. Bidang linguistik f. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

sosial

Kesimpulan umum dari pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan kebijaksanaan kebudayaan, keagamaan, sosial, politik, dan ketahanan nasional adalah bahwa bahasa merupakan unsur yang berpadu dengan unsurunsur kebudayaan. Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Selanjutnya, bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memiliki kesanggupan untuk menyatakan dengan tegas, jelas dan eksplisit tentang konsep yang rumit. Bahasa Indonesia dapat dikembangkan dan diperkaya dengan unsur-unsur bahasa daerah,. Apabila perlu, ditambah dengna unsur-unsur bahasa asing. Unsur-unsur serapan itu haruslah terbatas pada unsur-unsur yang sangat diperlukan dan yang padanannya yang tepat tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. (badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Putus anKBI-1-9.pdf) Kongres bahasa Indonesia keempat diadakan di Jakarta pada tahun 1982. Keputusan penting dalam kongres bahsa Indonesia keempat tersebut adalah bahwasanya bahasa Indonesia telah 13

mengalami perubahan dan kemajuan yang sangat pesat dan fungsinya semakin mantap tidak hanya sebagai alat komunikasi sosial dan administrasi, tetapi juga sebagai alat komunikasi ilmu dan agama. Selanjutnya, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat pengungkapan rasa dan ilmu yang tumbuh dan terus berkembang. Bahasa Indonesia tentu saja tidak terhindar dari sentuhan dan pengaruh masyarakat yang memahaminya, baik berupa perubahan nilai dan struktur maupun berupa tingkah laku sosial lainnya. Di satu sisi, hal ini akan menambah kekayaan linguistic bahasa Indonesia. Tetapi, di sisi lain persentuhan ini akan menimbulakan keanekaragaman. Oleh karena itu, tanpa pembinaan yang hati-hati dan seksama, tidak mustahil sebagian ragam-ragam itu menyimpang terlalu jauh dari poros antik bahasa kita. Selaras dengan ragam yang menyimpang itu, terdapatlah cukup banyak pemakai bahasa Indonesia yang belum dapat mempergunakan bahasa itu dengan baik dan benar. Termasuk di antara mereka adalah para mahasiswa dan pengajar di perguruan tinggi, para cendekiawan, dan para pemimpin yang menduduki jabatan yang berpengaruh. Keputusan penting selanjutnya yakni mengenai pengajaran bahasa. Tujuan utama pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan adalah memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Namun, keadaan kebahasaan di Indonesia yang sangat majemuk dengan adanya bahasa-bahasa daerah yang banyak, yang tersebar di seluruh tanah air, belum dimanfaatkan dalam pendidikan dan pengajaran. Begitu pula, dalam pengajaran bahasa Indonesia belum diperhatikan sifat komunikatif bahasa dengan memanfaatkan berbagai komponen komunikasi, baik sebagai bahasa yang dipakai dalam proses pengajaran maupun sebagai hasil pengajaran itu sendiri. Sedangkan pengajaran sastra di sekolah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengajaran bahasa 14

belum mempunyai tujuan yang sesuai dengan fungsinya sebagai pengembang wawasan nilai kehidupan dan kebudayaan. Mengenai pembinaan bahasa, pemakaian bahasa Indonesia di dalam masyarakat khususnya di lembaga-lembaga, badan-badan, dan organisasi-organisasi yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan bangsa dan negara belum menggembirakan. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam ilmu, seperti ilmu hukum dan ilmu administrasi, banyak yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, pemakain bahasa Indonesia melalui media massa, baik secara tertulis maupun secara lisan, masih memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut di antaranya kecenderungan menghilangkan kata-kata dalam media cetak, atau masih ada pemakaian unsur-unsur bahasa daerah atau bahasa asing yang tidak perlu. Begitu pula, kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi sehari hari dengan menggunkan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih perlu mendapat perhatian para pendidik dan pemakai bahasa Indonesia. Dalam penentuan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia terdapat perdebatan kenapa bahasa Jawa yang memiliki jumlah penutur paling banyak di Indonesia tidak digunakan sebagai bahasa Indonesia. Bahasa Jawa dinilai lebih sulit untuk dipelajari karena terdapat aturan tinkat tutur. Adanya tingkat tutur akan membedakan pilihan kata sebagaimana tuturan dipakai untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun kepangkatan. Di sisi lain, bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa pengantar perdagangan di nusantara. Adapun perkembangan fungsi bahasa Melayu/bahasa Indonesia dari abad 7 sampai sekarang adalah sebagai berikut. Perkembangan fungsi Bahasa Melayu/ Bahasa Indonesia a.

Abad ke-7 sampai abad ke-15, berfungsi sebagai : 15

1) 2)

Bahasa perdagangan di nusantara (lingua franca) Bahasa pemerintahan kerajaan

b. 1) 2) 3) 4)

Abad ke-15- awal abad ke-20 (1920), Berfungsi sebagai : Bahasa perhubungan/pergaulan lokal Bahasa perdagangan di nusantara Bahasa kesusastraan Bahasa pemerintahan di kantor-kantor jajahan Belanda

c. 1) 2) 3) 4) 5) 6)

Awal abad ke-20 (1920-1945), Berfungsi sebagai : Lingua franca Bahasa perdagangan Bahasa sastra Bahasa pemerintahan Bahasa surat kabar dan media komunikasi Bahasa kebudayaan

d. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13)

Tahun 1945-sekarang,berfungsi sebagai : Lingua franca Bahasa surat-menyurat (resmi,tak resmi) Bahasa perdagangan Bahasa sastra Bahasa kebudayaan Bah...


Similar Free PDFs