TORTOR DALAM UPACARA ADAT MANDAILING PDF

Title TORTOR DALAM UPACARA ADAT MANDAILING
Author Milan Poeloengan
Pages 61
File Size 2.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 34
Total Views 60

Summary

TORTOR DALAM UPACARA ADAT MANDAILING PENULIS: ROSMILAN PULUNGAN ADRIAL FALAHI DESAIN COVER: AGUS AL ROZI EDITOR: AMANDA SYAHRI NASUTION LISA SEPTIA DEWI BR GINTING PENYUNTING: AULIANA NASUTION FITA FATRIA TIFLATUL HUSNA PUTRI JUWITA PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang te...


Description

Accelerat ing t he world's research.

TORTOR DALAM UPACARA ADAT MANDAILING Milan Poeloengan, Adrial Falahi PUSTAKA DIKSI

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Makalah geo PT.Panji T irt a Buana

REPRESENTASI RELIEF OGUNG (GONG) PADA KUBUR KUNA SIT US SUTAN NASINOK HARAHAP, KECAMA… Berkala Arkeologi Sangkhakala Isbd kelompok bat ak Widya Sirait

TORTOR DALAM UPACARA ADAT MANDAILING

PENULIS: ROSMILAN PULUNGAN ADRIAL FALAHI

DESAIN COVER: AGUS AL ROZI

EDITOR: AMANDA SYAHRI NASUTION LISA SEPTIA DEWI BR GINTING

PENYUNTING: AULIANA NASUTION FITA FATRIA TIFLATUL HUSNA PUTRI JUWITA

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, rahmat, dan hidayahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan buku ini Buku ini penulis beri judul “Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing”. Buku ini di susun dari penelitian yang berjudul“Tortor Dalam Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Mandailing : Suatu Kajian Struktur Dan Makna. Yang disusun guna memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satunya adalah melakukan penelitian sebagai kewajiban dari staf pengajar. Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis mengakui telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa terima kasih penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Mama yang telah mengasuh dan membesarkan penulis dan memberi segenap kasih sayang tulus, sehingga penulis mampu bertahan dalam hidup. 2. Agus Al Rozi suami ku yang baik. Terima kasih sudah memberi banyak pengertian dan kasih sayang selama ini. Semoga kesabaran mu akan terus ada selamanya. Putra ku Hajj Rafa Al Khalifi dan Putri ku Hanara Carisa Al Naira Rozi dukungan mu adalah penyemangat terbesar. 3. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, MA, MSc, Ph.D selaku Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah -1. 4. Bapak H. Hardi Mulyono, S.E,. MAP. Selaku Rektor Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah. 5. Staf LP2M yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini. 6. Seluruh keluarga besar ku, tetap solid selalu dan selalu jadi inspirasi yang terbaik. 7. Akhirnya kepada semua pihak yang tanpa mengurangi hormat penulis, maka tidak dapat saya sebut satu per satu. Semoga Allah yang Maha Kuasa memberikan balasan berlipat ganda atas bantuan-bantuan tersebut. Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2018 Penulis

Rosmilan Pulungan, S.Pd, M.Pd. ii

DAFTAR ISI Kata Pengantari......................................................................................................

i

DAFTARA ISI ...........................................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................................

1

1.1.

Latar Belakang..............................................................................

1

INTERPRESTASI MAKNA.........................................................................

6

2.1. Kompetensi Inti ...............................................................................

6

2.2. Kompetensi Dasar ............................................................................

6

2.3. Indikator...........................................................................................

7

2.4. Alokasi Waktu ..................................................................................

8

2.5. Sumber Belajar.................................................................................

8

BAB II

2.6. Pembelajaran Menginterprestasi sebagai Salah Satu Kegiatan

BAB III

Membaca .........................................................................................

8

2.6.1. Pengertian Menginterprestasi ...................................

8

2.6.2. Langkah-Langkat Menginterprestasi Teks .................

9

SENI TARI................................................................................................

10

3.1. Pengertian Seni Tari .........................................................................

10

3.2. Macam – Macam Jenis Seni Tari......................................................

11

3.3. Konsep Tari ......................................................................................

13

3.4. Unsur Seni Tari.................................................................................

13

3.5. Pola Lantai Seni Tari.........................................................................

14

3.6. Fungsi Seni Tari ................................................................................

15

BONDANG DAN GORDANG ...................................................................

17

4.1. Musik Adat Mandailing....................................................................

17

MARBAGAS (Upacara Adat Mandailing)...............................................

22

5.1. Sebelum Upacara Adat Perkawinan Dilaksanakan ..........................

22

5.2. Horja.................................................................................................

32

5.3. Mata Niorja ......................................................................................

42

FUNGSI MUSIK ADAT .............................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................

52

BAB IV

BAB V

BAB VI

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tari atau Tor-tor di daerah Tapanuli Selatan digunakan dalam acara-acara tertentu misalnya pesta perkawinan, acara penyambutan tamu-tamu terhormat, memasuki rumah baru, atau kelahiran anak (aqiqah). Tor-tor adalah tarian yang gerakannya seirama dengan iringan musik, yang dimainkan dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, dan ogung. Tor-tor biasanya dihadirkan pada saat pesta besar yang biasa disebut dengan horja godang. Sebelum horja godang dilaksanakan, tempat dan lokasi pesta dibersihkan lebih dulu, supaya pelaksanaan horja godang tersebut jauh dari marabahaya. Tor-tor digunakan pada upacara adat perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan, tetapi tidak semua perkawinan yang ada di daerah Tapanuli Selatan menggunakan tor-tor. Tor-tor hanya digunakan pada perkawinan yang besar yang disebut dengan horja godang, dan pada saat itulah margondang dilaksanakan. Margondang adalah sebutan untuk pesta atau pelaksanaan horja godang. Horja godang dan margondang adalah perangkat adat Tapanuli Selatan yang tidak bisa dipisahkan. Jika tidak ada horja godang maka margondang pun tidak akan dilaksanakan. Horja godang dilaksanakan selama satu hari satu malam, tiga hari tiga malam, atau tujuh hari tujuh malam. Saat ini, masyarakat lebih sering melaksanakannya selama satu hari satu malam atau tiga hari tiga malam. Setiap pelaksanaan upacara adat, ada manortor (menari), tetapi dalam manortor tidak terdapat panortor (penari) khusus, dengan demikian adat pada hakekatnya menghendaki agar semua orang yang berhak melakukan tor-tor dalam upacara adat dapat manortor. Dalam upacara adat perkawinan yang disebut horja haroan boru (pesta kedatangan pengantin yang dilaksanakan di tempat laki-laki) manortor boleh ditarikan setelah selesai maralok-alok (penyampaian pidato adat dalam suatu upacara adat). Manortor dalam suatu adat perkawinan tidak boleh dilakukan berpasangan laki-laki dan perempuan, kecuali ketika tor-tor naposo nauli

Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

1

bulung (tor-tor muda-mudi) dengan ketentuan muda-mudi yangmanortor tidak boleh satu marga. Tor-tor pada upacara adat perkawinan Tapanuli Selatan diberi Nama sesuai dengan status adat yang di gunakan pada saat upacara perkawinan tersebut. Oleh karena itu tor-tor dalam upacara perkawinan dikategorikan sebagai berikut: 1. Tor-tor Suhut Bolon 2. Tor-tor Kahanggi 3. Tor-tor Anak Boru 4. Tor-tor Raja-raja Torbing Balok 5. Tor-tor Panusunan Bulung 6. Tor-tor Naposo Nauli Bulung 7. Tor-tor Manora Pule ( pengantin) Seluruh tor-tor tersebut di atas, ditarikan pada hari pertama, kedua dan ketiga. Setiap tor-tor di atas selalu dimulai dari pihak laki-laki sampai selesai, kemudian dilanjutkan oleh pihak perempuan dan begitu seterusnya. Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menjelaskan tor-tor sebagai sebuah bentuk tari pada upacara perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan. Tari tor-tor adalah tarian yang gerakannya seirama dengan iringan musik (Margondang) yang dimainkan dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet dan lain-lain. Tor-tor menjadi perangkat budaya dalam setiap kegiatan adat orang Mandailing. Tarian tor-tor juga di pakai pada pesta pernikahan, bagi suku mandailing tarian tor-tor merupakan tarian yang sangat di jaga sampai sekarang. Banyak orang yang mengenal tarian tor-tor karena tarian tor-tor selalu di gunakan oleh beberapa sanggar tari untuk menjadi salah satu tarian yang di kembangkan dan di jaga. Tarian ini juga sangat di sukai oleh orang yang bukan suku mandailing. Tarian di Indonesia mempunyai ciri khas masing-masing daerah yang menjadi suatu tarian yang di banggakan. Bukan hanya suku mandailing yang menari tor-tor, melainkan suku selain mandailing juga dapat menari tarian tor-tor dengan baik. Tarian ini sangat terkenal sehingga selalu di pakai pada acara-acara. Pakaian yang digunakan pada tarian tortor adalah pakaian ciri khas mandailing dengan memakai ulos. Pakaian yang

Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

2

dikenakan saat menari tarian tor-tor sangat lah bagus karena pakaian pada tarian tor-tor mempunyai ciri khas tersendiri. Maka tarian inilah yang harus kita junjung tinggi dan di lestarikan sampai kapan pun. Dalam kenyataan yang ada sekarang, orang-orang Mandailing memang sebahagian masih menggunakan tutur. Tetapi ada kemungkinan orang-orang yang masih menggunakan tutur Mandailing itu barangkali tidak lagi memahami, menghayati isi dan makna budaya (kultural) yang terkandung lagi memahami dan menghayati makna dan isi tutur yang dipergunakannya. Karena usaha untuk membuat setiap orang Mandailing memahami dan menghayati adat istiadatnnya sendiri boleh dikatakan tidak dilakukan lagi. Sehingga kalau pun masih ada bagianbagian tertentu dari adat istiadat Mandailing diamalkan/dilakukan secara pragmentaris oleh orang-orang Mandailing. Pengamalan/pelaksanaannya itu tanpa disadari oleh pemahaman dan penghayatan sehingga bukan pengamalan atau pelaksanaan olong (rasa kasih sayang) diantara sesama orang Mandailing sebagaimana yang dikehendaki oleh nenek moyang kita yang telah menciptakan adat Mandailing. Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu yang berhubungan satu dengan yang lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas obyektif karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagianbagiannya dan hubungan mereka. Sifat struktur adalah totalitas, transformatif, dan otoregulatif. Struktur ini dapat kita lihat dalam penyajian tortor pada kehidupan masyarakat Mandailingyang terdiri dari makna gerakan, motif gerakan, pola lantai, maupun busana yang dipergunakan. Struktur penyajian tortor ada empat, yaitu: motif dasar gerak, danskrip tortor dalam pesta horja, pola lantai dan busana tortor. Dalam semantik, juga dikenal teori tiga makna. Odgen and Richards (1923) menyebutkan sebagai symbol, reference, dan referent. Morris Morgan (1955) menyebutkan sign, signal, dan symbol. Brodbeck (1963) menyebutnya sebagai (1) makna referensial, makna suatu istilah mengenai obyek, pikiran, ide atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah itu sendiri, (2) makna yang menunjukkan arti suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep lain, dan (3) makna intensional, yakni arti suatu istilah atau lambang tergantung pada apa yang dimaksud oleh si Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

3

pemakai (dalam Kusuma, 2007). Coumming (1999) menyatakan teori makna melalui tiga pendekatan. Ketiga bagian itu yaitu simbol dalam bahasa yang dilihat dari: 1. Perspektif referensial (makna dalam dunia) berarti entitas dalam dunia luar 2. Perspektif psikologi (makna dalam pikiran) berarti referensi dalam pikiran 3. Perspektif sosial (makna dalam tindakan) berarti dilakukan melalui bahasa.

Makna tersebut terlihat dari setiap makna gerak yang terdapat dalam tortor Mandailingyang terdiri dari gerakan kepala, mata, hidung, wajah, kaki, badan dan tangan, semua itu memiliki makna dan aturan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Mandailing. Tari adalah salah satu ekspresi budaya yang sangat kaya, tetapi paling sulit untuk dianalisis dan diinterpretasikan. Mengamati gerak laku sangat mudah, tetapi tidak mengetahui maknanya. Tari dapat diinterpretasikan dalam berbagai tingkat persepsi. Untuk memahami maksud yang hendak dikomunikasikan dari sebuah tarian, orang perlu tahu tentang kapan, kenapa, dan oleh siapa tari dilakukan. Dalam mengukur kedalaman sebuah tarian atau menjelaskan sebuah pertunjukan dari kebudayaan lain, dituntut pemahaman cara dan pandangan hidup masyarakat yang menciptakan dan menerima tarian tersebut (Kuper via Snyder, 1984:5). Selanjutnya dalam pembicaraan tentang estetika atau keindahan tari, jenis-jenis tari yang dilakukan sebagai pelepas kekuatan emosional dan fisik tidak akan dibahas, karena dalam tingkat ini keperluan teknik gerak belum disadari. Keterampilan gerak biasanya dikuasai secara instingtif dan intuituf. Tari sebagai ungkapan seni mulai hadir ketika orang mulai sadar akan pentingnya teknik atau keterampilan gerak, dan ketika itu orang mulai mengatur gerak, artinya mulai ada tuntutan keteraturan atau bentuk. Sejalan dengan pertumbuhan itu mulai tumbuh kepekaan nilai pengalaman dan perasaan yang dihayati secara lebih mendalam. Masalah dasar dalam kesenian adalah pengaturan yang terkendali dari suatu medium dalam rangka mengkomunikasikan imaji-imaji dari pengalaman manusia (Ellfeldt, 1976:160).

Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

4

Pemilihan tari tor tor sebagai bahan kajian dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami struktur dan makna dari tarian tersebut.Kelebihan dari tari tor tor ini adalah merupakan tarian dari suku mandailing yang menjunjung tinggi kesopanan dan adat yang berlaku di masyarakat.Apa bila kita bandingkan dengan tarian- tarian yang ada saat ini lebih kearah tarian barat, sehingga anakanak generasi penerus lebih mengenal tarian dari luar dari pada tarian yang berasal dari daerahnya sendiri.Tari tor tor merupakan tarian yang berasal dari Indonesia dan merupakan jati diri Indonesia, karena itu kita wajib ikut melestarikannya.

Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

5

BAB II INTERPRETASI MAKNA

2.1. Kompetensi Inti Mulyasa (2011: 174) menjelaskan bahwa, Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan dalam aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik umtuk selaku jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Tim Kemendikbud (2013: 44) menjelaskan bahwa, Kompetensi Inti merupakan kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimilliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horizontal berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Berdasarkan hal tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi inti merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu yang mencakup berbagai kemampuan seperti keagamaan, sikap sosial, pengetahuan, dan penerapan pengetahuan. Kompetensi Inti yang akan digunakan untuk penelitian, penulis menggunakan kompetensi inti 4 yaitu menanya, mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif serta mampu

menggunakan

metode

sesuai

dengan

kaidah

keilmuan.

(Tim

Kemendikbud: 2013) 2.2. Kompetensi Dasar Tim Kemendikbud (2013: 45), menjelaskan bahwa, kompetensi dasar merupakan gambaran umum tentang kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran berupa pengetahuan, gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dan tertulis serta manfaatnya dalam berbagai kemampuan. Berdasarkan hal tersebut, kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dikuasai peserta

Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

6

didik dalam setiap mata pelajaran dan dapat dijadikan sebagai acuan oleh guru dalam membuat indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Kompetensi dasar yang akan digunakan penulis untuk penelitian yaitu kompetensi dasar 4.1 Menginterpretasi makna teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, ulasan/revieu film drama. (Tim Kemendikbud: 2013) 2.3. Indikator Menurut Mulyasa (2011: 139) menjelaskan bahwa, indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Dalam merumuskan indikator, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut: wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik. Penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indikator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian. Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: 1) Indikator merupakan penyebaran dari kompetensi dasar yang menunjukan tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilakukan oleh peserta didik. 2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 3) Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional yang dapat di observasi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyususn alat penilaian.

Adapun indicator yang ingin dicapai dalam pembelajaran menginterpretasi makna pada struktur teks ulasan film dengan menggunakan metode sugestopedia, adalah sebagai berikut: 1) Membaca teks ulasan film “Di Balik 98”; 2) Menentukan struktur dan kaidah teks ulasan film “Di Balik 98”; 3) Menafsirkan makna dalam struktur teks ulasan film “Di Balik 98”.

Tortor Dalam Upacara Adat Mandailing

7

2.4. Alokasi Waktu Alokasi waktu pada setiap mata pelajaran tidaklah sama, dalam menentukan alokasi waktu sudah ada ketentuannya dalam kurikulum. Tim kemendikbud (2013: 42) menjelaskan bahwa, penentuan alokasi waktu pada setiap Kompetensi Dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasaan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. A...


Similar Free PDFs