Tugas MID metodologi penelitian PDF

Title Tugas MID metodologi penelitian
Pages 30
File Size 2.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 118
Total Views 216

Summary

Tugas MID METODOLOGI DAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH OLEH: HARYUDIN JURUSAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 1. RASIO KEPADATAN PENDUDUK Rasio Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dan luas daerah yang didiami. Kepad...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Tugas MID metodologi penelitian Iyoeth Dudy

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Laporan Minapolit an Kab. Konawe Selat an, Sulawesi Tenggara Marzuki Sableng LAPORAN AKHIR.pdf rio firdaus Laporan Fakt a Analisa BWP Widang.pdf Irma Wandari

Tugas MID

METODOLOGI DAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH

OLEH: HARYUDIN

JURUSAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

1.

RASIO KEPADATAN PENDUDUK Rasio Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dan luas daerah yang didiami. Kepadatan penduduk sangat erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya. Kepadatan penduduk mempengaruhi kondisi sosial budaya suatu daerah. Semakin padat penduduk suatu daerah maka akan semakin banyak fasilitas umum yang diperlukan, seperti perumahan, drainase, jalan, sanitasi, sekolah, dan masih banyak fasilitas lainnya. Kepadatan penduduk baik yang semakin padat ataupun semakin jarang penduduk selalu memiliki dampak positif dan negatif. Kepadatan adalah hasil bagi jumlah suatu objek terhadap luas daerah. Adapun Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu daerah dan biasanya secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut dengan bukti surat resmi seperti bukti kewarganegaraan, domisili/KTP, atau bukti resmi lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kepadatan Penduduk adalah jumlah orang yang tinggal per satuan luas pada wilayah suatu daerah. Biasanya satuan untuk kepadatan penduduk adalah jiwa/hektar, orang/hektar, jiwa/km2 , atau orang/km2 . Semakin besar angkanya maka semakin padat kependudukannya. Di Indonesia, angka kepadatan penduduk daerah perkotaan umumnya relatif lebih besar daripada angka kepadatan penduduk daerah pedesaan. Rumus Rasio Kepadatan Penduduk (Density Ratio) :

Dimana : Dt = tingkat kepadatan penduduk pada tahun t Pt = jumlah penduduk pada tahun t O

= Luas wilayah dalam satuan km²

Tabel 1. Jumlah Penduduk, Luas wilayah, dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Muna, 2015 Kecamatan Tongkuno

Luas (km2) 440,98

Jumlah Penduduk 15502

Kepadatan Penduduk 35

Kecamatan Tongkuno Selatan Parigi Bone Marobo Kabawo Kabangka Kontu Kowuna Kontunaga Watopute Katobu Lohia Duruka Batalaiworu Napabalano Lasalepa Towea Wakorumba Selatan Pasir Putih Pasi Kolaga Maligano Batukara Jumlah

Luas (km2) 57,26 123,76 130,09 41,37 204,94 97,62 70,56 50,88 100,12 12,88 49,81 11,52 22,71 105,47 107,92 29,02 95,00 89,53 48,77 98,09 69,39 2057,69

Jumlah Penduduk 5685 11785 5536 6547 13063 9887 4009 8180 12562 30524 14285 12012 13609 11585 10759 5077 4518 4393 4163 5518 2423 211622

Kepadatan Penduduk 99 95 43 158 64 101 57 161 125 2370 287 1043 599 110 100 175 48 49 85 56 35 103

Sumber : Kabupaten Muna Dalam Angka 2016

Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 penduduk di Kabupaten Muna sebanyak 211.622 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Muna tahun 2015 mencapai 103 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 22 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Katobu dengan kepadatan sebesar 2.370 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Batukara dan Kecamatan Tongkuno sebesar 35 jiwa/km2.

2.

RASIO DISTRIBUSI PENDUDUK Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota. Kegunaan Permasalahan

yang

dihadapi

berkaitan

dengan

persebaran

penduduk secara geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulaupulau lain. Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. Rumus Ratio Distribusi Penduduk yaitu:

Dimana : Ppi

= persentase penduduk pada sub wilayah ke I

Pi

= jumlah penduduk pada sub wilayah ke I

Pw

= jumlah penduduk pada wilayah W

Jadi ratio distibusi penduduk Kabupaten Muna yaitu

Rasio Distribusi Penduduk di Kabupaten Muna sebesar 11,81%

3.

RASIO JENIS KELAMIN Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah. Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara umum (tanpa melihat kelompok umur) atau juga dapat didasarkan kelompok umur tertentu. Kriteria sex ratio yaitu jika SR >105 maka sex ratio nya tinggi, SR = 95 -105 sex ratio sedang, dan SR< 95 maka sex ratinya adalah rendah. Rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut ini.

SR = Sex Ratio atau rasio jenis kelamin M = Male atau jumlah penduduk laki-laki F

= Female atau jumlah penduduk perempuan

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Muna, 2015 Kecamatan Tongkuno Tongkuno Selatan Parigi Bone Marobo Kabawo Kabangka Kontu Kowuna Kontunaga Watopute Katobu

Jenis Kelamin (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah 7436 8066 15502 2649 3036 5685 5614 6171 11785 2636 2900 5536 3189 3358 6547 6194 6869 13063 4883 5004 9887 1885 2124 4009 3942 4238 8180 6126 6436 12562 14586 15938 30524

Rasio Jenis Kelamin 92,19 87,25 90,97 90,90 94,97 90,17 97,58 88,75 93,02 95,18 91,52

Kecamatan Lohia Duruka Batalaiworu Napabalano Lasalepa Towea Wakorumba Selatan Pasir Putih Pasi Kolaga Maligano Batukara Jumlah

Jenis Kelamin (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah 6689 7596 14285 5845 6167 12012 6559 7050 13609 5702 5883 11585 5246 5513 10759 2505 2572 5077 2191 2327 4518 2078 2315 4393 1965 2198 4163 2730 2788 5518 1163 1260 2423 101813 109809 211622

Rasio Jenis Kelamin 88,06 94,78 93,04 96,92 95,16 97,40 94,16 89,76 89,40 97,92 92,30 92,72

Sumber : Kabupaten Muna Dalam Angka 2016

Jadi Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Muna yaitu

Kriteria sex ratio di Kabupaten Muna adalah RENDAH.

4.

RASIO KETERGANTUNGAN Rasio

ketergantungan

(depedency

ratio)

atau

angka

beban

ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia nonproduktif. Rasio beban ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang belum produktif (usia < 14 tahun) dan tidak produktif (usia > 64 tahun) dengan jumlah penduduk produktif (usia 14 - 64 tahun).

Rasio beban ketergantungan dapat dirumuskan berikut ini.

Makin besar rasio ketergantungan berarti makin besar beban tanggungan bagi kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan tiga golongan, yaitu angka ketergantungan rendah bila kurang dari 30, angka ketergantungan sedang bila 30 - 40, dan angka ketergantungan tinggi bila lebih dari 41. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kab. Muna, 2015 Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 + Jumlah

Laki-laki 13570 13707 12854 10690 6712 6531 6064 6490 6105 5111 4130 3304 2341 4204 101813

Jenis Kelamin (jiwa) Perempuan 12795 12930 11869 10309 7524 7746 7623 7552 6749 5840 4970 3947 2958 6997 109809

Jumlah 26365 26637 24723 20999 14236 14277 13687 14042 12854 10951 9100 7251 5299 11201 211622

Sumber : Kabupaten Muna Dalam Angka 2016

Rasio beban ketergantungan di Kabupaten Muna yaitu:

Berdasarkan perhitungan diatas maka rasio beban ketergantungan bagi kelompok usia produktif di Kabupaten Muna adalah angka ketergantungan tinggi.

5.

RASIO PARTISIPASI ANGKATAN KERJA Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun keatas menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang lalu dan Jenis Kelamin di Kab. Muna, 2015 Kegiatan Utara

Angkata Kerja Bekerja Pengangguran terbuka Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah tangga Lainnya Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran

Jenis Kelamin (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah 69088 60680 129768 66351 56840 123191 2737 3840 6577 15958 10047 2783 3128 85046 81,24 3,96

37772 10525 24423 2824 98452 61,63 6,33

53730 20572 27206 5952 183498 70,72 5,07

Sumber : Kabupaten Muna Dalam Angka 2016

Beberapa indikator yang dapat mengambarkan partisipasi angkatan kerja yaitu: a.

General Economic Activity Ratio (Rasio Aktifitas Ekonomi Umum), rasio ini khusus untuk penduduk usia kerja, atau biasa disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah indikator yang biasa digunakan untuk menganalisa partisipasi angkatan kerja. Rumus:

b.

Age-Sex-Specific Activity Ratio adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk per kelompok umur dan jenis kelamin (age-sex group).

Rumus:

Rasio ini menggambarkan partisipasi angkatan kerja pada tiap kelompok umur dan jenis kelamin. TPAK menurut kelompok umur biasanya memiliki pola huruf ”U” terbalik. Pada kelompok umur muda (15-24) tahun, TPAK cenderung rendah, karena pada usia ini mereka lebih banyak masuk kategori bukan angkatan kerja (sekolah). Begitu juga pada kelompok umur tua (diatas 65 tahun), TPAK rendah dikarenakan mereka masuk pada masa purnabakti (pensiun). Jika kita lihat perbandingan antar jenis kelamin, maka TPAK perempuan jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini kemungkinan di Indonesia, tanggung jawab mencari nafkah pada umumnya laki-laki, sehingga perempuan lebih sedikit masuk ke dalam angkatan kerja.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun keatas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kab. Muna, 2015 Jenis Kelamin (jiwa) Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 15 – 24 12323 4532 16855 25 – 30 9639 6939 16578 31 – 34 5808 5900 11708 35 – 44 16184 15674 31858 45 – 54 12248 12917 25165 55 – 59 3921 3963 7884 60 – 64 2483 2899 5382 65 + 3745 4016 7761 Jumlah 66351 56840 123191 Sumber : Kabupaten Muna Dalam Angka 2016

Kelompok Umur 15 – 24 tahun untuk Laki-Laki

6.

INDIKATOR TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang – undang RI No. 20 Tahun 2003, mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas: 1)

Pendidikan persekolahan / formal (pasal 14) jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

2)

Pendidikan luar sekolah: a) pasal 26 ayat 2 Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi

peserta

didik

dengan

penekanan

pada

penguasaan

pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. b) pasal 27 ayat 1 Kegiatan pendidikan informal yang di lakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sedangkan pendidikan formal menurut Ahmadi dan Ubbiyati (2000:15) adalah pendidikan yang berlangsung teratur, bertingkat dan mengikuti syarat – syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung disekolah. Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah menurut Gunawan (2001:63) adalah semua

usaha

sadar

yang

dilakukan

untuk

membantu

pekembangan

kepribadian serta kemampuan anak dan orang dewasa di luar sistem persekolahan melalui pengaruh yang sengaja dilakukan melalui beberapa sistem dan metode penyampaian seperti kursus, bahan bacaan, radio, televisi, penyuluhan dan media komunikasi sebelumnya. Ratio pendaftaran sekolah (Enrolment Ratio) Yaitu proporsi anak usia sekolah yang benar-benar sudah terdaftar di sekolah menurut jenjangnya masingmasing. Enrolmen ratio (ER) terbagi kedalam tiga kategori yaitu: ER untuk SD untuk penduduk usia 7-12 tahun ER untuk SLTP bagi penduduk usia 13 – 15 tahun ER untuk SLTA bagi penduduk usia 16 – 18 tahun

Tabel ...... Jumlah penduduk Kabupaten Muna menurut usianya pada tahun 2015 Tingkatan umur Jumlah yang sekolah No Jumlah (jiwa) (tahun) (jiwa) 1 7-12 26637 34220 2 13-15 24723 15375 3 16-18 20999 13762 Sumber :

ER untuk masing-masing kategori tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Dimana: ERi

= Enrolment ratio untuk kategori ke i

Xsi

= Jumlah penduduk usia i yang bersekolah

Xi

= Jumlah penduduk usia k

Makin tinggi ER untuk setiap kategori umur semakin baik tingkat pendidikan masyarakat pada wilayah bersangkutan. ER untuk tingkatan umur 7 – 12 tahun di Kabupaten Muna adalah:

ER untuk tingkatan umur 13 - 15 tahun di Kabupaten Muna adalah:

ER untuk tingkatan umur 16 - 18 tahun di Kabupaten Muna adalah:

7.

INDEKS SENTRALITAS TERBOBOT (SKALOGRAM) Matriks indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang

sering

disebut

dengan

analisis

fungsi

yang

merupakan analisis

terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya

dengan

berbagai

aktivitas

penduduk/masyarakat,

untuk

memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut (Riyadi, 2003:110). Indeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah permukiman (Riyadi, 2003:118). Frekuensi keberadaan fungsi menunjukkan jumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar di wilayah tertentu, sedangkan frekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu fungsi tertentu di wilayah tertentu.

Hitung bobot dari setiap fungsi berdasarkan rumus:

Dimana: C

= bobot fungsi,

t

= Nilai sentralitas total = 100, dan

T

= jumlah total fungsi dalam wilayah yang dianalisis

Dari data diatas didapatkan bobot fungsi yaitu:

Untuk mendapatkan nilai C dilakukan perhitungan tiap fungsi untuk mendapatkan bobot masing-masing fungsi.

Matriks Skalogram Fungsi Wilayah dengan Indeks Sentralitas Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara PENDIDIKAN

Kecamatan

JENIS FUNGSI KESEHATAN Posyand Puskes RSUD u mas 0 1 1 0 1 1

TK

SD

SMP

SMA

Tongkuno Tongkuno Selatan

1 0

1 1

1 1

1 1

Parigi

0

1

1

1

Bone Marobo

1 0

1 1

1 1

1 1

0 0

Kabawo Kabangka

0 1

1 1

1 1

1 1

Kontu Kowuna Kontunaga

1 0

1

1

Watopute

1

1 1

Katobu Lohia Duruka

1 0 0

Batalaiworu

Peribadatan

Pemerintahan Kantor Kantor Kec. Pos 1 1 1 0

Total

Masjid

Gereja

1 1

1 1

1

1

0

1

1

8

1 1

1 1

1 1

0 1

1 1

0 0

8 8

0 0

1 1

1 1

1 1

0 1

1 1

1 0

8 9

1

0

1

1

0

1

0

8

1 1

1 1

0 0

1 1

1 1

1 1 1

0 0

1 1

0 1

7 9

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 0 0

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 0 0

1 1 1

1 1 0

10 8 7

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

0

9

Napabalano Lasalepa

1 1

1 1

1 1

1 1

0 0

1 1

1 1

1 1

0 1

1 1

1 0

9 9

Towea Wakorumba Selatan Pasir Putih

0 1 0

1 1 1

1 1 1

1 1 1

0 0 0

1 1 1

1 1 1

1 1 1

0 0 0

1 1 1

0 1 0

7 9 7

Pasi Kolaga Maligano Batukara

1 0 1

1 1 1 22

1 1 1 22

1 1 1 22

1 1 1 22

22

0 1 0 8

1 1 1 22

0 1 0 9

8 9 8 183

8,33

4,55

4,55

4,55

0 0 0 1 100

1 1 1

12

1 1 1 22

4,55

4,55

4,55

12,50

4,55

12,50

Jumlah Fungsi Bobot

0

1

10 8

Analisis Fungsi Wilayah dengan Indeks Sentralitas Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara PENDIDIKAN

Kecamatan Tongkuno Tongkuno Selatan Parigi Bone Marobo Kabawo Kabangka Kontu Kowuna Kontunaga Watopute Katobu Lohia Duruka Batalaiworu Napabalano Lasalepa Towea Wakorumba Selatan Pasir Putih Pasi Kolaga Maligano Batukara

TK

SD

SMP

SMA

8,33

4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55

4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55


Similar Free PDFs