Uji Hipotesis PDF

Title Uji Hipotesis
Pages 36
File Size 2.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 13
Total Views 898

Summary

TUGAS MAKALAH Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan matakuliah Statistik Lanjutan. Dosen Pengampu : Dr. Suparman, S.E., M.Si MENGUJI HIPOTESIS IWAN WAHYUDDIN SAFRILLAH (C203 20 006) PROGRAM STUDI DOKTORAL ILMU EKONOMI PASCASARJANA UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2020 BAB I PENDAHULUAN...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Uji Hipotesis Iwan Wahyuddin Safrillah

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Makalah St at ist ik Inferensial Abdul Rais

T ype t he document t it le] [Year] DIST RIBUSI SAMPLING RATA-RATA DAN PROPORSI Alan Alan MODUL STAT IST IKA II LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKT IKUM STAT IST IKA II SEMEST ER GANJIL … dedi manaloe

TUGAS MAKALAH Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan matakuliah Statistik Lanjutan. Dosen Pengampu : Dr. Suparman, S.E., M.Si MENGUJI HIPOTESIS

IWAN WAHYUDDIN SAFRILLAH (C203 20 006)

PROGRAM STUDI DOKTORAL ILMU EKONOMI PASCASARJANA UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2020

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengujian hipotesis merupakan aspek penting dari proses pengambilan keputusan(Kim, 2020). Menurut Sugiyono (2010) perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis, tidak jarang seorang peneliti memaksakan penelitiannya memiliki hipotesis dengan harapan bobot penelitiannya menjadi lebih ilmiah. hipotesis atau jawaban sementara sebaiknya digunakan hanya untuk penelitian yang menggunakan alat analisis statistik inferensial (Gani & Amalia, 2015). Penelitian bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis (Azwar, 2005). Prosedur penarikan hipotesis juga memiliki aturan dan dilakukan secara cermat dan hati-hati hipotesis. dibuat dengan landasan teori atau hasil kajian empiris penelitian sebelumnya dan bukan prediksi tanpa dasar (Gani & Amalia, 2015). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan penelitian. Rumusan-rumusan hipotesis penelitian, pada gilirannya sewaktu akan diuji dengan menggunakan metode statistika, perlu diterjemahkan dalam bentuk pernyataan simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalarn rumusan hipotesis statistika adalah simbol-simbol parameter. Parameter adalah besaran-besaran yang ada pada populasi. Hipotesis merupakan suatu pernyataan bahwa dugaan terhadap sesuatu adalah benar. Misalkan anda diundang menghadiri suatu pesta ulang tahun dari seseorang yang belum anda kenal. Teman anda menyatakan bahwa “kita akan bersenangsenang di pesta itu”. Anda dapat saja berpendapat bahwa “pesta itu akan membosankan”. Kedua pernyataan tersebut merupakan hipotesis(Enos Lolang, 2015). Uji hipotesis adalah suatu proses yang dilakukan dalam rangka mengambil keputusan dari dua hipotesis yang berlawanan. Kedua hipotesis tersebut

dirumuskan sedemikian rupa sehingga masing-masing hipotesis merupakan negasi dari hipotesis yang lainnya. Dengan kata lain, rumusan hipotesis mengakibatkan salah satu akan selalu bernilai benar dan hipotesis lainnya akan selalu bernilai salah. Kedua hipotesis tersebut dinamakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, merupakan langkah yang sangat penting. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan hipotesis ? 2. Apa saja jenis-jenis hipotesis ? 3. Apa saja karakteristik hipotesis ? 4. Bagaimana cara menguji hipotesis?

C. Tujuan Makalah Tujuan makalah ini adalah 1. Mengetahui definisi uji hipotesis dan jenis-jenis hipotesis. 2. Mengetahui alat uji hipotesis

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hipotesis Hipotesis (hipotesa) berasal dari bahasa Yunani. Dari arti katanya, hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” artinya sementara dan “thesis” artinya kesimpulan. Dengan demikian, hipotesis berarti dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan penelitian(Haris & Martawijaya, 2015). Untuk itu, diperlukan data atau fakta untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis. Hipotesis dibuat berdasarkan pemikiran teoritis atau dari penelitian terdahulu (Timotius, 2017). Menurut Frankel dan Wallen (1990) dalam (Arifin, 2012) menyatakan bahwa kata dugaan, prediksi, dan sementara menunjukan bahwa suatu hipotesis harus dibuktikan kebenarannya, apakah dapat diterima menjadi suatu pernyataan yang permanen atau tidak. Hipotesis pada dasarnya merupakan pernyataan prediktif yang menghubungkan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Dengan demikian rumusan hipotesis itu mengandung lebih dari satu variabel. Sebuah hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif yang polanya bervariatif (Didin Fatihudin, 2015). Sebagai Contoh, Sebagai contoh, hipotesis penelitian yang menyatakan mengenai perbedaan Tingkat Agresivitas antara siswa Sekolah I dan siswa Sekolah II mengandung arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata Tingkat Aresivitas antara siswa dari kedua sekolah tersebut. Dalam statistika, rata-rata berarti mean yang mempunyai simbol X sedangkan parameter mean bagi populasi adalah j.l (Azwar, 2005). Oleh karena itu, simbolisasi hipotesis tersebut adalah: Ha : μ ≠ μ0 untuk hipotesis- dua arah, atau Ha : μ > μ0 untuk hipotesis- satu arah.

B. Menyusun Hipotesis Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan yang pertama secara deduktif dan yang kedua secara induktif (Gulo, 2002). Penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. suatu teori terdiri atas proposisi-proposisi, sedangkan proposisi

menunjukkan hubungan antara dua konsep. Proposisi ini merupakan postulatpostulat yang daripadanya disusun hipotesis. Penyusunan hipotesis secara induktif dari pengamatan empiris. Pada model Wallace tentang proses penelitian ilmiah dalam Bab II penelitian sebagai proses ilmiah telah dijelaskan penjabaran hipotesis dari teori dengan metode deduksi logis. Teori terdiri atas seperangkat proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan di antara dua konsep. Misalnya Teori A terdiri atas proposisi-proposisi X-Y, Y-X, dan X-Z, dari ketiga proporsisi itu dipilih proposisi yang diminati dan relevan dengan peristiwa pengamatan, misalnya proposisi X-Y. Bertitik tolak dari proposisi itu diturunkan hipotesa secara deduksi (Gulo W, 2002). Konsep-konsep yang terdapat dalam proposisi diturunkan dalam pengamatan menjadi variabel-variabel sebagaimana ditunjukkan pada skema dan contoh digambar berikut :

Sumber: (Gulo W, 2002)

Contoh proposisi : Makin cepat perkembangan komunikasi, makin tinggi kecerdasan penduduk. Dalam proposisi tersebut ada 2 konsep, yaitu X= komunikasi dan Y= kecerdasan. Kemudian kita lihat di suatu permukiman penduduk (X) terdapat alat komunikasi apa saja dan bagaimana tingkat pemakaiannya. Misalnya, alat komunikasi yang ditemukan adalah surat kabar (X1), pesawat radio (X2) dan pesawat TV (X3). Pemanfaatan alat-alat komunikasi ini berbeda pada setiap penduduk karena itu disebut variabel (bervariasi atau beragam) yaitu variabel (x). Kemudian kita mengamati tingkat pengetahuan umum mereka misalnya dalam bidang politik, hukum, dan ekonomi variabel ini kita namakan (Y), karena berbedabeda pada setiap penduduk. Karena X beragam dan Y juga beragam maka hipotesis

dapat disusun ada hubungan positif antara X dan Y karena disusun secara deduktif maka hipotesis seperti ini disebut hipotesis deduktif(Gulo W, 2002). Hipotesis dapat juga disusun secara induktif, dari pengalaman kita di masa lampau kita mengetahui bahwa kecelakan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh pengemudi yang menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Berdasarkan dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis ada hubungan positif antara kecepatan Laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas(Gulo W, 2002).

C. Prosedur Pengajuan Hipotesis Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk menentukan apakah pernyataan atau klaim tentang suatu populasi atau proses adalah benar atau salah. Pernyataan ini dapat menyangkut satu atau lebih parameter populasi, atau distribusi probabilitas atau kepadatan populasi atau prosesnya. Penilaian pernyataan didasarkan pada data sampel, dan memberikan indikasi tentang seberapa besar kemungkinan atau tidak mungkin pernyataan tersebut benar atau salah (Goos & Meintrup, 2016). Prosedur Pengujian Hipotesis merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan Hasil pengujian. Prosedur ini secara terperinci dimulai dari penentuan pernyataan hipotesis, penentuan taraf signifikansi, penentuan statistik uji, penentuan kriteria pengujian hipotesi,s melakukan perhitungan berdasarkan statistik uji yang sesuai, dan terakhir mengambil keputusan berdasarkan nilai statistik uji yang didasarkan pada kriteria pengujian hipotesis. (Mufarrikoh, 2019). secara visual prosedur pengujian kertas dapat dilihat pada gambar berikut.

Rumusan Hipotesis Ho dan H1

Tentukan Tingkat Signifikansi (a)

Tentukan Uji Statistik

Tentukan Daerah Penolakan

Nilai Statistik Uji ada di daerah Penolakan H0?

Tidak

Ya Tolak H0

Gagal Menolak Ho

1. Merumuskan Hipotesa Dalam bahasa statistika, hipotesis yang menyatakan atau digambarkan dikenal sebagai hipotesis nol (null hyputhesis) yang dilambangkan dengan simbol (H0), hipotesis nol biasanya dilawankan pengujiannya terhadap hipotesis alternatif atau (alternatif hipotesis) yang dilambangkan dengan (H1) (Gujarati & Porter, 2013). Hipotesis alternati (H1) digunakan untuk mententukan arah pengujian sehingga bisa berbentuk hipotesis dua arah atau satu arah. 1) Ketika harga parameter lebih besar dari harga yang dihipotesiskan. pengujian ini merupakan pengujian satu arah atau sisi kanan 2) Harga parameter lebih kecil dari harga yang dihipotesiskan pengujian ini merupakan pengujian dari arah atau sisi kiri.

3) Harga parameter tidak sama dengan harga yang dihipotesiskan pengujian ini merupakan pengujian dari dua arah atau dua sisi H0 dan Ha dapat diinformasikan dalam bentuk : H0 : μ = μ0

Ha : μ < μ0

Ha : μ > μ0

Ha : μ ≠ μ0

2. Tentukan Tingkat Singnifikansi Signifikansi atau taraf nyata disimbolkan yaitu alpha (α). Taraf nyata α biasanya ditentukan sebelum pengujian dilakukan nilai-nilai, α yang sering dipakai 0,10 0,05 dan 0,01 namun yang paling sering digunakan adalah 0,05 (Kim, 2016) dibanding kedokteran atau farmakologi taraf nyata yang digunakan dapat bernilai 0,005 dan atau 0,001, untuk mengurangi resiko akibat percobaan yang dilakukan. 3. Menentukan Statistik Uji Setelah pernyataan hipotesis dan taraf signifikan ditentukan, tahapan selanjutnya adalah menentukan statistik uji yang tepat untuk digunakan. Pembahasan terkait statistik uji akan diuraikan pada subtema selanjutnya, karena masing-masing jenis uji hipotesis memiliki statistik uji yang berbeda. 4. Menentukan daerah penolakan Apabila statistik uji telah dipilih, tahapan berikutnya menentukan kriteria pengujian hipotesis kriteria pengujian diperoleh melalui pendekatan klasik atau pendekatan probabilistik. Apabila menggunakan pendekatan klasik, kriteria pengujian diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai statistik uji yang diperoleh dengan nilai pada tabel distribusi statistik uji. Sedangkan penggunaan pendekatan probabilistik didasarkan pada nilai perbandingan nilai P-value terhadap taraf signifikansi (α). Menurut (Arieska, 2018) P-value merupakan nilai kesalahan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil perhitungan statistik dihitung dengan cara mencari peluang dari nilai statistik uji seperti halnya nilai peluang pada umumnya, nilai value berada di antara 0 hingga 1. 5. Nilai Statistik Uji ada di daerah Penolakan H0 atau tidak Tahapan berikutnya dalam melakukan perhitungan statistik uji berdasarkan data sampel yang telah diperoleh perhitungan ini dapat menggunakan metode manual atau menggunakan bantuan software seperti Microsoft Excel atau SPSS

apabila hasil perhitungan telah diperoleh lakukanlah analisis berdasarkan kriteria pengujian hipotesis sehingga diperoleh suatu kesimpulan pengujian. Pembuatan kesimpulan

merupakan penetapan keputusan dalam

hal

penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho) yang sesuai dengan kriteria pengujiaanya. Pembuatan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji statistik dengan nilai α tabel atau nilai kritis. a. Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya. b. Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di dalam nilai

D. Karakteristik Hipotesis Yang Baik Hipotesis dibuat karena dua alasan (Arikunto, 2010) ; (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu. (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Kegunaan hipotesis adalah (1) hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang; (2) hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian; (3) hipotesis memberikan arah kepada penelitian; (4) hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan (Sudaryono, 2016). Harga terakhir suatu hipotesis tidak dapat dinilai sebelum dilakukan pengujian empiris, namun ada beberapa kriteria tertentu yang dapat memberikan ciri hipotesis yang baik, yaitu; (1) hipotesis harus mempunyai daya penjelas; (2) hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel; (3) hipotesis harus dapat diuji; (4) hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada; (5) hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin. E. BENTUK RUMUSAN HIPOTESIS Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif

(perbandingan), dan asosiasi (hubungan) Oleh karena itu bentuk hipotesis ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif (Sudaryono, 2016). 1. Deskriptif Hipotesis deskriftif merupakan hipotesis yang menggambarkan atau menjelaskan suatu keadaan. pada suatu sampel atau variabel mandiri tidak dibandingkan dan dihubungkan (Sugiyono, 2013). Contoh: Anda meneliti apakah sebuah merk minuman soda mengandung alkohol. Maka anda membuat rumusan masalah: apakah benar sebuah merk minuman soda mengandung alkohol? Maka hipotesis penelitian adalah (Hidayat, 2017): Ho: sebuah merk minuman soda mengandung alkohol. H1: sebuah merk minuman soda tidak mengandung alkohol 2. Hipotesis komporatif Hipotesis komporatif merupakan hipotesis yang menunjukan perbedaan dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Sebagai contoh rumusan hipotesis komparatif: 

Apakah ada perbedaan produktifitas gillnet di Situbondo dan di Probolinggo?



Apakah ada perbedaan efektivitas trawl dan cantrang?

Rumusan hipotesis: 

Tidak terdapat perpedaan produktivitas padi di Situbondo dan Probolinggo. Ho: μ1 = μ2,



Ha: μ1 ≠ μ2

Efektivitas trawl tidak berbeda dibandingkan cantrang Ho: μ1 = μ2

Ha: μ1 ≠ μ2.

3. Hipotesis asosiatif Hipotesis asosiatif, yaitu hipotesis yang menunjukkan hubungan (korelasi) antar dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Sebagai contoh rumusan hipotesis asosiatif: 

Apakah ada hubungan antara jumlah fitoplankton dengan hasil tangkapan?



Apakah ada pengaruh penambahan jumlah ABK terhadap kuantitas hasil angkapan?

Rumusan hipotesis: 

Tidak ada hubungan antara jumlah fitoplankton dengan hasil tangkapan. Ho: p = 0,



Ha: p ≠ 0

Tidak ada pengaruh penambahan jumlah ABK terhadap kuantitas hasil tangkapan. Ho: p = 0,

Ha: p ≠ 0

F. TARAF KESALAHAN Seperti telah dikemukakan, pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu a point estimate dan interval estimate. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Adapun interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel. Saya berhipotesis (menaksir) bahwa daya tahan kerja orang Indonesia itu 10 jam/hari, hipotesis ini disebut point estimate, karena daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir melalui suatu nilai yaitu 10 jam/hari, bila hipotesisnya berbunyi daya tahan kerja orang Indonesia antara 8 sampai dengan 12 jam/hari, maka hal ini disebut interval estimate. Nilai intervalnya adalah 8 sampai dengan 12 jam. Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan interval estimate. Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia 10 jam/hari akan mempunyai kesalahan yang lebih besar bila dibandingkan dengan taksiran antara 8 sampai dengan 12 jam. Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia 6 sampai 14 jam/hari akan mempunyai kesalahan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan interval taksiran 8 sampai dengan 12 jam. Untuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang yang berbentuk prosentase. Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia dengan interval antara 6 sampai dengan 14 jam/hari akan mempunyai persentase kesalahan yang lebih kecil bila

digunakan interval taksiran 8 sampai dengan 12 jam/hari. Biasanya dalam penelitian kesalahan taksiran tetapkan terlebih dahulu yang digunakan adalah 5% dan 1% daerah taksiran dan kesalahan dapat digambarkan seperti gambar berikut. Daerah Taksiran dan Besarnya Kesalahan

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir 10 jam/hari. Hipotesis ini bersifat poin estimate, tidak mempunyai daerah taksiran, kemungkinan kesalahannya tinggi, misalnya 100%. b. Daya tahan kerja orang Indonesia 8 sampai dengan 12 jam/hari. Terdapat daerah taksiran. c. Daya tahan kerja orang Indonesia antara 6 sampai dengan 14 jam/hari daerah taksiran lebih dari poin b, sehingga kemungkinan kesalahan juga lebih kecil daripada poin b. d. Jadi makin kecil taraf kesalahan yang ditetapkan, maka interval estimate-nya semakin lebar sehingga tingkat ketelitian taksiran semakin rendah.

G. KEMUNGKINAN KESALAHAN PADA PENGUJIAN HIPOTESIS Karena pada pengujian hipotesis ini kita menggunakan data sampel untuk menerangkan keadaan populasi, maka ada kemungkinan kesalahan dari setiap kesimpulan yang dibuat (Siagian, 2000), tipe kesalahan tersebut adalah sebagai berikut (Nugroho, 2008): 1. Kesalahan Tipe I adalah Keputusan untuk menolak H0 apabila secara realita hipotesis H0 benar (seharusnya diterima). Secara singkat ditulis dengan menolak H0 yang benar.

2. Kesalahan Tipe II adalah Keputusan untuk menerima H0 apabila secara realita H0 salah (seharusnya ditolak). Secara singkat ditulis dengan menerima H0 yang salah. Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau tidak menolak hipotesis dapat ditebelkan sebagai berikut: Hubungan Antara Keputusan Menolak Atau Menerima Hipotesis Keputusan

Keadaan sebenarnya Hipotesis benar

Hipotesis salah

Terima Hipotesis

Tidak membuat kesalahan

Kesalahan Tipe II (β)

Menolak Hipotesis

Kesalahan Tipe I (α)

Tidak Membuat Kesalahan

Sumber :(Goos & Meintrup, 2016) Peluang dari kedua tipe kesalahan ini penting diketahui karena akan menentukan sensitifitas dan kekuatan pengujian dalam membedakan antara hipotesis yang benar dan hipotesis yang salah. Bila nilai statistik data sampel yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval parameter populasi maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima. jadi tidak terdapat kesalahan Tetapi bila nilai statistik di luar nilai parameter populasi Akan terdapat kesalahan(Sudaryono, 201...


Similar Free PDFs