vitamin A PDF

Title vitamin A
Author T. Puspita Rini
Pages 12
File Size 305.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 63
Total Views 455

Summary

Vitamin A Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan. Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentuka...


Description

Vit amin A Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan. Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari lemak. Gangguan absorbsi lemak disebabkan oleg gangguan sistem empedu yang kan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin-vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi vitamin ini akan dibawa ke hepardalam bentuk kilomikron dan disimpan dihepar atau dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (spesific Binding Protein), dan karena tidak larut dalam air. Maka ekskresinya lewat empedu. Yang dikeluarkan bersama-sama feses. I. PENGERTIAN Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup (Almatsier, 2003, hlm. 153). Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari luar tubuh berupa makanan yang dikonsumsi ( Hassan, 2002, hlm. 344 ). Vitamin A juga merupakan vitamin yang berfungsi bagi pertumbuhan sel – sel epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata (Notoatmodjo, 2003, hlm. 196). II. PROVITAMIN A Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin). Provitamin A terdiri dari α, , dan - karoten. – karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan. III. STRUKTUR KIMIA VITAMIN A Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde), dan retinoic acid.

1 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

gambar struktur kimia beta karoten Sehingga baik provitamin A merupakan hasil pembentukan dari beta karoten. Sehingga saling terkait antara satu dengan yang lain. Dari hasil gambar struktur kimia diatas, maka bisa dijelaskan lebih lanjut tentang struktur kimia vitamin A dan sifat-sifat vitamin A. Mengenal struktur vitamin A berarti tahu lebih lanjut apa sebenarnya vitamin A ini. Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic acid. Anda bisa melihat gambarnya di bawah ini,

gambar tiga molekul aktif vitamin A Struktur kimia inilah yang dibutuhkan dalam tubuh untuk dapat memenuhi kebutuhan vitamin A baik berupa suplemen ataupun makanan alami dari sayuran dan lauk pauk.

2 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

IV. SIFAT-SIFAT VITAMIN A Tumbuh-tumbuhan tidah mmensistesis vitamin A, akan tetapi manusisa dan hewan mempunyai enzim didalam mukosa usus yang sanggup merubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Dikenal dalam bentuk- bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikena sebagai retinol, bentuk aldehid disebut retinal, dan dalam bentuk asam, yaitu asam retinoat. Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dab apabila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/ minyak yang tengik. Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk ampul, ditempat gelap, pada suhu dibawah nol. Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin dalam bentuk ester aretat atau palminat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid. Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman bisa melindungi vitamin A dalam bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang kedelai dan alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang bisa merusak karoten, xantofil, bahkan vitamin A, malalui tahan-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang kedelai dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim tersebut. Didalam praktik, terutama dalam penyimpanan, vitamin A bersifat tidak stabil. Guna mneciptakan kestabilan, maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara mekanis dengan melapisis tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin, atau lilin, sehingga merupakan butiran-butiran kecil. Melalui tehnik tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung dengan oksigen. V. MANFAAT VITAMIN A A. Penglihatan Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di dalam mata retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual purple), atau rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yang dinamakan rod. Bila cahaya mengenai retina, pigmen visual merah-ungu ini berubah menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada saat itu, terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini, sebagian dari vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol ini diubah kembali menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin lagi untuk membentuk rodopsin. Sebagian kecil retinol hilang selama proses ini dan harus diganti oleh darah. Jumlah retinol yang tersedia di dalam darah menentukan kecepatan pembentukan kembali rodopsin yang

3 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

kemudian bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan dengan cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini selesai. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan, bila kita dari cahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang remangremang cahayanya. Mata membutuhkan waktu untuk dapat melihat. Begitu pula bila pada malam hari bertemu dengan mobil yang memasang lampu yang menyilaukan. Kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin. Tanda pertama kekutangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki, penglihatan yang kurang bila itu disebabkan oleh kekurangan vitamin A. B. Diferensiasi Sel Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dati kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua. Diduga vitamin A, dalam bentuk asam retinoat memegang peranan aktif dalam kegiatan inti sel, dengan demikian dalam pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang berpengaruh terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel terjadi petubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang dapat dikaitkan dengan petubahan perwujudan gen-gen tertentu. Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan mukus atau lendir. Semua permukaan tubuh, di luar dan di dalam dilapisi oleh sel-sel epitel. Jaringan epitel yang menutupi tubuh di luar dinamakan epidermis, sedangkan yang menutupi bagian dalam dinamakan membran mukosa, yaitu yang menutupi permukaan dalam saluran cerna, saluran pernapasan, kantung kemih dan uretra, uterus dan vagina, kelopak mata, saluran sinus, dan sebagainya. Mukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan mikro organisme dan parrikel lain yang berbahaya. Lapisan mukus pada dinding lambung juga melindungi sel-sel lambung dari cairan lambung. Di bagian atas saluran pernapasan selsel epitel secara terus-menerus menyapu mukus ke luar, sehingga benda-benda asing yang mungkin masuk akan terbawa ke luar. Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan mengeluarkan lebih banyak mukus yang akan mempercepat pengeluaran mikroorganisme tersebut. Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi kering dan kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang

4 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

bakteri (infeksi). Keratinisasi konjungtiva mata (selaput yang melapisi kelopak dan bola mata) merupakan salah satu tanda khas kekurangan vitamin A. Peranan vitamin A diduga berkaitan dengan dua hal: (a) peranan vitamin A dalam sintesis glikoprotein khusus yang terlibat dalam pembentukan membran sel yang mengontrol diferensiasi sel dan (b) kompleks vitamin ACRBP masuk ke dalam nukleus sel sehingga mempengaruhi DNA. C. Fungsi Kekebalan Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia dan hewan. Mekanisme sebenarnya belum diketahui seeara pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular). Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A. Dalam kaitan vitamin A dan fungsi kekebalan ditemukan bahwa: (1) ada hubungan kuat antara status vitamin A dan risiko terhadap penyakit infeksi pernapasan; (2) hubungan anrara kekurangan vitamin A dan diare belum begitu jelas; (3) kekurangan vitamin A pada campak cenderung menimbulkan komplikasi yang dapat berakibat kematian. D. Pertumbuhan dan Perkembangan Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan unruk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan benruk tulang tidak normal. Bila hewan percobaan diberi makanan yang tidak mengandung vitamin A, maka pertumbuhan akan terganggu setelah simpanan vitamin A dalam tubuh habis. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat. E. Reproduksi Vitamin A dalam benruk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi pada tikus. Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembenrukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk kebutuhan janin dan persiapan induk untuk menyusui. F. Pencegahan Kanker dan Penyakit ]antung Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh da1am pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru,

5 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

payudara dan kantung kemih. Di samping itu beta-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa vitamin A berperan dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung. Bagaiman mekanismenya belum diketahui dengan pasti. G. Lain-lain Defisiensi vitamin A juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Hal ini mungkin karena perubahan pada jonjot rasa pada lidah. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi. VI. SUMBER VITAMIN A Berikut sumber vitamin A:

6 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

VII. METABOLISME VITAMIN A Vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk eter esensial retinil, bersama karotenoid bersama lipida lain dalam lambung. Dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihiddrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efesien diabsorsi daripada ester retinil. Sebagian karetonoid, terutama beta karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol. Dalam usus halus retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan tempat penyimpanan terbesar vitamin A dalam tubuh. Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBD) yang disentesis oleh hati. Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada resepton permukaan membran yang spesifik oleh RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Celluler Retinol BindingProtein (CRBD) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

7 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

VIII. KEBUTUHAN VITAMIN A Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin Auntuk orang Indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2007) dengan mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh orang Indonesia (Widyakaryanasional, 2007. Kebutuhan Vitamin A bagi Orang )Indonesia. Berikut kebutuhan vitamiin A berdasarkan umur

Selain umur, disajikan pula kebutauhan vitamin A sesuai sumber vitamin A yang dikonsumsi. Yang bertujuan agar tidak berlebihan.

8 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

IX. TANDA DAN GEJALA KEKURANGAN VITAMIN A Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003, hlm. 162). X. AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN A Vitamin A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu menyingkirkan radikal bebas yang terdapat didalam membran lemak menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Penyebab primer adalah kekurangan vitamin A dan pembentukan vitamin A dalam pengaturan makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah terjadinya kegagalan dalam penggunaan vitamin A ( Almatsier, 2003, hlm. 163 ). Berikut skema apabila seseorang kekurangan asupan vitamin A yang semakin la bisa menyebabka kebutaan. Selain itu, penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin A adalah Xeropthalmia yaitu keadaan selaput ikat mata yang kering akibat kekurangan vitamin A (Notoadmojo, 2003, hlm. 201).

9 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

XI. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat orang menjadi kurus juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. penyakit usus yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang berwarna ( Hassan, 2002, hlm. 345 ). Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2000 ). Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu

10 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein kalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A. sehingga perlu diberikan perbaikan gizi. Pencegahan dan pengobatan dari suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU) Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg (setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis 1) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul 2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : - Saat ditemukan segera beri 1 kapsul - Hari berikutnya 1 kapsul - 4 minggu berikutnya 1 kapsul 3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul. b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis : 1). Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul 2). Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : - Saat ditemukan segera beri 1 kapsul - Hari berikutnya 1 kapsul - 4 minggu berikutnya 1 kapsul 3). Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul ( Puspitorini, 2006 ). XII. JADWAL PEMBERIAN DOSIS VITAMIN A Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua anak yang mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang sama telah diberikan pada bulan yang lalu. Dosis tersebut adalah sebagai berikut: 50.000 IU untuk bayi berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi berumur 6 - 12 bulan , dan 200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Jika terdapat tanda klinis dari defisiensi vitamin A (seperti rabun senja, xerosis konjungtiva dengan bitot’s spot, xerosis kornea atau ulceration, atau ketomalasia), maka dosis yang tinggi harus diberikan untuk dua hari pertama, diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2 minggu kemudian (Maryam, 2000)

11 | Nutrisi & Produk Suplemen, Tri Diana Puspita Rini

XIII. EFEK SAMPING dari PENGGUNAAN VITAMIN A Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat : a. Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5 tahun mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1 tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari – 2 hari. 1) Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2 hari. 2) Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan pengobatan simptomatis. b. Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000 IU tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari makanan maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada orang dewasa. XIV.

DAFTAR PUSTAKA  Diana N. D’Ambrosio, Robin D. Clugston, and William S. Blaner. 2011. Vitamin A Metabolism: An Update. Department of Medicine and Institute of Human Nutr...


Similar Free PDFs