7. D4 [FOOD Weighing&FOOD Record] PDF

Title 7. D4 [FOOD Weighing&FOOD Record]
Author andhini siti
Course Penilaian Asupan Gizi
Institution Universitas Diponegoro
Pages 26
File Size 709.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 94
Total Views 612

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN ASUPAN GIZI PRAKTIKUM FOOD WEIGHING DAN FOOD RECORD Dosen Pengampu : Hartanti Sandi Wijayanti, S, M Choirun Nissa, S. Gz, M. Gizi Deny Yudi Fitranti, S, M Disusun oleh: Kelompok 4 Kloter D Kelas Ganjil 1. Ainan Viha Tusamma S 22030117130075 2. Cindy Desy Ariyani 220301171...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN ASUPAN GIZI PRAKTIKUM FOOD WEIGHING DAN FOOD RECORD Dosen Pengampu : Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Choirun Nissa, S. Gz, M. Gizi Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si

Disusun oleh: Kelompok 4 Kloter D Kelas Ganjil 1.

Ainan Viha Tusamma S

22030117130075

2.

Cindy Desy Ariyani

22030117120041

3.

Maulida Nur Firdausya

22030117130057

4.

Siti Andhini Mattarahmawati

22030117130091

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Pada praktikum yang dilaksanakan hari Senin, 29 Oktober 2018 dilakukan praktikum mengenai metode pengukuran asupan dengan food weighing dan food record. B. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran weighed food record (food weighing) dengan benar 2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran estimated food record (food record) dengan benar. 3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengukuran weighed food record dengan estimated food record. C. Tinjauan Pustaka 1. Survey konsumsi pangan1 Pengertian survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan menggunakan metode pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara penilaian status gizi secara tidak langsung. Pemerintah telah menetapkan

peraturan

terkait

dengan

gerakan

percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal melalui

peraturan

menteri

pertanian

nomor

43/Permentan.OT.140/10/2009. Penganekaragaman konsumsi pangan adalah ditujukan untuk memenuhi konsumsi gizi seimbang. Gizi seimbang adalah syarat untuk dapat bekerja secara aktif dan produktif. Alasan pemerintah menetapkan konsep penganekaragaman pangan adalah dominasi beras sebagai sumber makanan pokok bagi seluruh penduduk Indonesia. Dominasi beras adalah sangat besar menyebabkan ketergantungan pada komoditas padi juga tinggi.

Konsumsi beras yang tinggi tidak disertai dengan produksi yang cukup. Kesenjangan antara kebutuhan beras dan produksi padi dalam negeri menjadi tidak seimbang. Pemerintah mengantisipasinya dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah aneka ragam konsumsi pangan termasuk pangan non beras. Survei konsumsi pangan penduduk menjadi salah satu alasan penting dalam menelaah dinamika konsumsi pangan serta dampak penyerta bagi gizi dan kesehatan. Pengukuran konsumsi pangan adalah beragaman sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengukuran konsumsi pangan dibedakan salah satunya menurut individu, keluarga dan kelompok. Pengukuran konsumsi individu adalah pengukuran konsumsi makanan hanya pada satu orang. Hasil pengukuran konsumsi makanan individu juga digunakan untuk menilai asupan zat gizi secara individu. Hasil ini hanya dapat dijadikan acuan untuk memberikan nasehat gizi kepada subjek yang diukur, karena berkesuaian dengan kondisi fisiologi, psikologi sosial dan budayanya sendiri. Pengukuran konsumsi makanan keluarga adalah gabungan dari pengukuran konsumsi makanan individu dalam satu keluarga. Satu keluarga dalam pandangan ini adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah tangga. Hal ini tidak menganut definisi keluarga sebagai garis keturunan, karena keluarga dalam satu garis keturunan dapat saja tidak tinggal serumah. Tinggal serumah dalam konsep ini adalah berkesesuaian dengan konsep unit analisis konsumsi. Unit analisis konsumsi keluarga adalah satu rumah tangga. Pengukuran konsumsi makanan kelompok berbeda dengan konsumsi keluarga, meskipun keluarga adalah juga anggota kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu institusi penyelenggara makanan. Kelompok penghuni asrama, kelompok pasien, kelompok atlet, kelompok remaja. Kelompok harus dibatasi pada kesamaan karakter dalam umur, jenis kelamin ataupun dalam kasus. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang langsung berhubungan dengan variabel

penentuan kebutuhan gizi individu. Individu yang tergolong dalam satu karakter kebutuhan dianggap sebagai satu kesatuan sehingga untuk kepentingan analisis perencanaan, monitoring dan evaluasi gizi selalu menggunakan unit analisis kelompok. 2. Tujuan survey konsumsi pangan1 a. Tujuan Umum Tujuan umum survei konsumsi pangan adalah untuk mengetahui gambaran umum konsumsi pangan individu, kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dalam rangka menilai status gizi secara tidak langsung. b. Tujuan Khusus a) Mengetahui asupan zat gizi individu baik mikro maupun makro untuk keperluan terapi gizi. b) Mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi individu pada periode waktu tertentu. c) Mengetahui kebiasaan makan individu. d) Mengetahui kekerapan konsumsi bahan makanan tertentu sebagai risiko timbulnya masalah gizi. e) Mengetahui jumlah zat gizi sebagai fortifikan dan jenis bahan makanan pembawa vehicle untuk mengatasi defisiensi zat gizi. f) Mengetahui kualitas dan kuantitas asupan gizi keluarga. g) Mengetahui besarnya risiko kerawanan pangan dan cara intervensi dalam rangka ketahanan pangan wilayah. 3. Metode survey konsumsi pangan a. Metode Survei Konsumsi Individu Metode SKP individu adalah metode recall konsumsi 24 jam (Food Recall 24 Hours), penimbangan makanan (Food Weighing), pencatatan makanan (food record), dan Riwayat Makanan (Dietary History).

b. Metode Survei Konsumsi Pangan Kelompok

Metode SKP yang digolongkan ke dalam metode kelompok adalah metode frekuensi makan (Food Frequency Questionnaire), Pencacatan Jumlah Makanan (Food Account) dan Neraca Bahan Makanan (Food Balance Sheet). 4. Food weighing2 Food weighing adalah salah satu metode penimbangan makanan. Pada metode penimbangan makanan ini responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Food weighing mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibanding metode-metode lain karena banyaknya makanan yang dikonsumsi sehari-hari diketahui dengan cara menimbang. Proses food weighing ini, semua makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan ditimbang dalam keadaan mentah. Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap santap serta makanan pemberian. Selain itu dilakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula, garam, merica, kopi, dan sebagainya pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan malam atau keesokan harinya. Setiap selesai makan ditimbang semua makanan yang tidak dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan pada orang lain. Makanan yang dibawa ke luar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung konsumsi aktual. Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan: 1) Petugas/responden

menimbang

dan

mencatat

bahan

makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram. Jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan). 2) Membandingkan

hasilnya

dengan

Kecukupan

Gizi

yang

Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi3. Kelebihan metode penimbangan:1 1) Metode penimbangan merupakan metode yang dapat dijadikan gold standar dalam survei konsumsi pangan. 2) Hasil dari metode penimbangan paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya. 3) Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan ingatan responden karena metode ini tidak tergantung kepada daya ingat responden. 4) Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan responden dalam menjelaskan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi. 5) Dapat mengurangi bias yang berasal dari keterbatasan pewawancara atau pengumpul data dalam melakukan estimasi ukuran porsi yang dikonsumsi oleh responden. 6) Dapat mengurangi bias yang disebabkan perbedaan persepsi antara responden dengan pewawancara atau pengumpul data. Kekurangan metode penimbangan:1 1) Memerlukan waktu untuk pengumpulan data yang lebih lama, karena semua makanan yang dikonsumsi oleh responden dan makanan sisa yang tidak dikonsumsi oleh responden harus dilakukan penimbangan sesaat sebelum dikonsumsi dan sesaat sesudah responden mengkonsumsi makanannya. 2) Memerlukan tenaga yang lebih banyak untuk melakukan metode ini karena harus melakukan penimbangan makanan responden.

3) Memerlukan alat khusus yang harus disediakan oleh peneliti atau pengumpul

data

seperti

timbangan

makanan,

formulir

penimbangan, alat tulis dan beberapa peralatan lainnya. 4) Responden dapat merubah kebiasaan makan sehari-hari, terutama pada penimbangan yang dilakukan selama beberapa hari. 5) Kurang cocok diterapkan pada masyarakat luas. 5. Food Record Food record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya 1 sampai 7 hari

dan dapat dikuantifikasikan dengan estimasi

menggunakan ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food record)4. Estimated food record adalah metode yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumdi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat gram dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termaksud cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut5. 6. Alat Untuk Menimbang Pangan a. Timbangan bahan makanan

Timbangan makanan ada dua jenis, yaitu timbangan manual atau jarum dan timbangan digital. Disarankan menggunakan timbangan digital menimbang bahan pangan ini karena berat makanan yang ditimbang tidak terlalu besar. Ketelitian timbangan digital yang digunakan bisa 1 gram atau 0,1 gram. b. Alat ukur makanan

Alat ukur makanan yang digunakan antara lain sendok ukur, yaitu sendok dalam berbagai ukuran dan gelas ukur yang mempunyai garis-garis untuk menunjukkan ukuran cairan dalam mililiter (ml). Yang termasuk alat ukur makanan adalah sendok ukur, gelas ukur, alat makan (sendok makan dan sendok teh), sendok

nasi, sendok sayur, gelas dan cangkir, piring makan, pisau, talenan, formulir penimbangan, daftar analisis zat gizi dan daftar penukar, kalkulator dan alat tulis1.

BAB II METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan 2. Bahan

1. Alat a) Timbangan makanan

a) Menu makanan kuah

b) Piring

i. Bakso

c) Mangkok

ii. Mie kuning

d) Gelas

iii. Siomai

e) Gelas ukur

iv. Kuah

f) Sendok

berbagai

ukuran g) Formulir weighed food record dan estimated food record h) Alat tulis i) Buku foto makanan

v. Lontong nasi vi. Es teh manis b) Menu makanan tanpa kuah i. Nasi ii. Tumis kangkong iii. Telur ceplok balado iv. Teh Kotak

B. Cara Kerja 1.

Praktikum dibagi menjadi 3 sesi sebagai berikut: a. Sesi 1 Ø Mahasiswa X1 mengkonsumsi menu tanpa kuah, didampingi mahasiswa X2. Ø Kelompok Y menimbang makanan dan minuman sebelum dikonsumsi dan setelah konsumsi (sisa setelah konsumsi). Weighed food record dilakukan oleh kelompok Y. Ø Setelah mahasiswa X1 selesai mengkonsumsi menu tanpa kuah, mahasiswa X1 dan X2 melakukan pencatatan makanan dan minuman yang sudah dikonsumsi mahasiswa X1. Estimated food record dilakukan oleh kelompok X. b. Sesi 2 Ø Mahasiswa Y1 mengkonsumsi menu kuah, didampingi mahasiswa Y2. Ø Kelompok Y menimbang makanan dan minuman sebelum dikonsumsi dan setelah konsumsi (sisa setelah konsumsi). Weighed food record dilakukan oleh kelompok X. Ø Setelah mahasiswa Y1 selesai mengkonsumsi menu kuah, mahasiswa Y1 dan Y2 melakukan pencatatan makanan dan minuman yang sudah dikonsumsi mahasiswa Y1. Estimated food record dilakukan oleh kelompok Y. c. Sesi 3 Ø Membandingkan berat dari menu tanpa kuah yang dikonsumsi, antara hasil pengukuran weighed food record oleh kelompok Y dan estimated food record oleh kelompok X. Ø Membandingkan berat dari menu kuah yang dikonsumsi antara hasil pengukuran weighed food record oleh kelompok X dan estimated food record oleh kelompok Y.

2.

Prosedur melakukan weighed food record a.

Menyiapkan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.

b. Pengukur menyiapkan form food record, alat tulis, dan kamera untuk mendokumentasikan penimbangan c.

Sebelum menimbang, pengukur mengisi waktu makan, nama masakan, teknik pengolahan, dan bahan makanan

d. Pengukur menimbang semua makanan dan minuman yang telah disiapkan oleh subjek dan mendokumentasikannya dalam bentuk foto. e.

Penimbangan dilakukan per masing-masing bahan makanan sehingga dapat diketahui berat per masing-masing bahan makanan, lalu mencatat pada form.

f.

Melakukan penimbangan di atas piring/ mangkok/ gelas sebagai alat makan/ minum, dengan memastikan berat awal 0 gr dengan cara mentara timbangan.

g. Melakukan penimbangan makanan campuran dengan menggunakan satu piring/mangkok untuk menimbang semua bahan makanan. 1) Memasukkan dan menimbang bahan makanan yg pertama. Sebelum menimbang, memastikan angka pada timbangan menunjukkan berat 0 gr. 2) Mencatat berat bahan makanan pertama pada form. 3) Mentara timbangan menjadi 0 gr, lalu memasukan bahan makanan kedua, tanpa memindahkan bahan makanan yang pertama. Berat yang tercatat pada timbangan sudah menunjukkan berat bahan makanan kedua. Mencatat berat bahan makanan kedua pada form. 4) Mengulangi prosedur 3), hingga semua bahan makanan selesai ditimbang. 5) Menimbang dan mencatat berat kuah (untuk makanan berkuah)

h. Mempersilahkan subjek untuk mengkonsumsi makanan. i.

Menimbang semua sisa makanan per masing-masing bahan makanan, serupa dengan prosedur c-e, lalu mencatat hasilnya.

j.

Pada kolom keterangan, menuliskan informasi apakah makanan/ minuman diperoleh dengan membuat sendiri atau dibeli. Jika membeli, menuliskan tempat membeli makanan tersebut. Jika yang dikonsumsi adalah makanan/minuman kemasan, menuliskan merk makanan/minuman tersebut.

k. Menghitung berat konsumsi dengan cara mengurangi berat awal dikurangi berat sisa. l.

Pada makanan gorengan dan yang menggunakan minyak, menghitung

berat

minyak

dengan

menggunakan

konversi

penyerapan minyak. Menambahkan item minyak pada kolom bahan makanan dan menulis beratnya. m. Menghitung berat mentah bahan makanan dengan menggunakan rumus konversi mentah matang. 3. Prosedur melakukan estimated food record a.

Menyiapkan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.

b.

Subjek mengonsumsi makanan dan minuman

c.

Setelah selesai mengonsumsi, subjek dan pendamping mencatat makanan dan minuman yang telah dikonsumsi ke dalam form

d.

Mengisi nomor

e.

Mengisi waktu makan/ minum

f.

Mengisi nama masakan/ minuman

g.

Mengisi teknik pengolahan

h.

Mengisi semua komposisi bahan makanan/ minuman

i.

Menuliskan URT per bahan makanan, bisa dalam bentuk sendok, mangkok, piring, gelas, dsb

j.

Pada kolom keterangan, menuliskan informasi apakah makanan/ minuman diperoleh dengan membuat sendiri atau dibeli. Jika membeli, menliskan tempat membeli makanan tersebut. Jika yang

dikonsumsi adalah makanan/minuman kemasan, menuliskan merk makanan/minuman tersebut. k.

Mengkonversi URT ke dalam berat matang dalam gram dengan menggunakan alat bantu, misalnya buku foto makanan

l.

Pada makanan gorengan dan yang menggunakan minyak, menghitung

berat

minyak

dengan

menggunakan

konversi

penyerapan minyak. Tambahkan item minyak pada kolom bahan makanan dan menulis beratnya. m. Menghitung berat mentah bahan makanan dengan menggunakan rumus konversi mentah matang.

BAB III HASIL PRAKTIKUM

Formulir Estimated Food Record Nama Subjek

: Maulida Nur Firdausya

Nama Pendamping

: Siti Andhini Mattarahmawati

Tanggal Pelaksanaan

: 29 Oktober 2018

No (a) 1

Waktu Makan

Nama Masakan

(b) 13.27 WIB

(c) Nasi Telur ceplok balado Tumis kangkung

2

13.27 WIB

Teh manis

*Perhitungan: 1. Jumlah minyak pada telur

Teknik Pengolahan

Bahan Makanan

(d) Rebus Kukus Goreng

(e) Beras Telur Minyak Kangkung Minyak Teh Gula

Tumis -

= 45 x

! "##

= 3,6 gram

Jumlah Konsumsi URT

Berat matang

(f) 5 sendok makan ¾ telur

(g) 75 gram

2 sendok makan 1 kemasan

20 gram

45 gram

300 ml 17 gram

2. Jumlah minyak pada kangkung

Berat mentah* (h) 30 gram

Keterangan

40,5 gram 3,6 gram 20 gram 4,26 gram 17 gram

Beli di warmindo

= 20 x

(i) Beli di warmindo

Beli di warmindo Merk : teh kotak

$",& "##

= 4,26 gram

3. Konversi berat mentah matang a. Telur

= 45 gram x 0,9

= 40,5 gram

b. Kangkung

= 20 gram x 1,0

= 20 gram

c. Nasi

= 75 gram x 0,4

= 30 gram

Formulir Estimated Food Record Nama Subjek

: Ainan Viha Tusamma Salsabila

Nama Pendamping

: Cindy Desy Ariyani

Tanggal Pelaksanaan

: 29 Oktober 2018

No (a) 1

2

Waktu Makan (b) 14.17 WIB

14.17 WIB

Teknik Pengolahan

Bahan Makanan

(c) Bakso - Bakso halus - Bakso urat - Mie kuning - Lontong - Siomay - Kuah

(d)

Teh

Nama Masakan

Jumlah Konsumsi URT

Berat matang

(e)

(f)

(g)

Berat mentah* (h)

Direbus Direbus Direbus Direbus Direbus Direbus

Daging sapi Daging sapi Tepung Beras Tepung Air

5 gram 15 gram 30 gram 80 gram 60 gram -

4,9 gram 14,7 gram 4 gram 16 gram 58,8 gram -

Diseduh

Teh Gula

1 biji 1 biji 3 sdm 8 potong 1 biji ½ mangkok bakso 1 gelas -

195 ml

-

*Perhitungan : 1. Berat mentah matang bakso halus

= 0,98 x 5

= 4,9 gram

2. Berat mentah matang bakso urat

= 0,98 x 15

= 14,7 gram

3. Berat mentah matang mie kuning

= 0,4 x 10

= 4 gram

Keterangan (i) Beli di kantin FPIK

Beli di warmindo

4. Berat mentah matang lontong

= 0,2 x 80

= 16 gram

5. Berat mentah matang siomay

= 0,98 x 60


Similar Free PDFs