AL – QUR'AN SEBAGAI SUMBER HUKUM PDF

Title AL – QUR'AN SEBAGAI SUMBER HUKUM
Author Zulham Syarzain
Pages 17
File Size 202.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 199
Total Views 942

Summary

MAKALAH AL – QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM DiajukanuntukmemenuhitugasMetodologiStudi Islam Dosen : Dra.Misrah, M.A Kelompok 3 Kelas :SistemInformasi 1 DisusunOleh : 1. EuisDesiKhairiyati 2. Heni Pertiwi 3. Muhammad RisyadFarhan 4. Muhammad ZulfikarLubis 5. ZulhamSyarzain UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMAT...


Description

MAKALAH

AL – QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM DiajukanuntukmemenuhitugasMetodologiStudi Islam

Dosen : Dra.Misrah, M.A

Kelompok 3 Kelas :SistemInformasi 1 DisusunOleh : 1. EuisDesiKhairiyati 2. Heni Pertiwi 3. Muhammad RisyadFarhan 4. Muhammad ZulfikarLubis 5. ZulhamSyarzain

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA SAINS DAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI 2017/201 1

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Al-Qur’an sebagai sumber hukum. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 21 Oktober 2016

Penulis

2i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 2 1.3.Manfaat dan Tujuan ............................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3 2.1.Pengertian Al-Qur’an ............................................................................. 3 2.2.Unsur – Unsur Al-Qur’an ....................................................................... 4 2.3.Pokok – pokok Isi Al-Qur’an ................................................................. 5 2.4.Bukti Kehujjahan Al-Qur’an .................................................................. 5 2.5.Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Qur’an ................................................. 7 2.6.Penjelasan Al-Quran Terhadap Hukum .................................................. 8 2.7.Hukum Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an .......................................... 8 BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

ii3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya, sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Untuk itu, yang disebut sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, pedoman, atau acuan dalam syariat islam. 1 Untuk itu, seluruh aktivitas manusia diatur dari sumber hukum pokok islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun, ketentuan para ulama dalam mengeluarkan dalail-dalil hukum dari nas tidaklah sama, melainkan masingmasing ulama memiliki cara yang berbeda. Karena perbedaan itu, sistem untuk mengeluarkan dalil-dalil hukum dari nas tersebut di lingkungan ulama sendiri, terdapat kesepakatan untuk satu hal dan tidak sepakat dalam hal lain. 2 Menurut Abdul Wahab Khallaf, kata adillah syar’iyyah (sumber hukum Islam), bersinonim dengan istilah adillah al-ahkam, ushul al-ahkam, almashadir al-tasyri’iyyah lil-al-ahkam.3 Para ulama’ membagi dalil hukum syara’ menjadi dua, 1) dalil yang disepakati (muttafaq), dan 2) dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf). Dalil yang disepakati dibagi menjadi 4, Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Mareka juga menyepakati bahwa keempatnya harus digunakan secara berurutan dan tidak melompat-lompat. Jika terjadi suatu peristiwa, maka dilihat lebih dulu hukumnya dalam al-Qur’an, jika tidak ditemukan dilihat hukumnya di dalam hadits, jika di dalam hadits belum juga ditemukan atau kurang jelas, maka mencari hukumnya dalam ijma’, jika belum ditemukan juga di dalam ijma’, maka berijtihad untuk mendapatkan hukumnya dengan menggunakan qiyas. 4 Allah SWT berfirman:

1

Drs. Abd. Rochim, M.Ag, Fiqih 3 (Semarang, Aneka Ilmu:2006), 55 M. Rizal Qosim, Pengamalan Fikih 3 (Solo, AQILA:2013), 33 3 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir, Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah),20. 4 Ibid, hlm. 21. 2

4

‫لى ه‬

‫أ لي اأم م م فإن ت ا عتم في شيء ف د‬ ‫أحسن ت يا‬

‫لك خي‬

‫يا أي ا الذين آم وا أطيعوا ه أطيعوا ال سو‬ ‫ال سو ن ك تم ت م ون باه اليوم اآخ‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa/4:59). Selanjutnya dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf), menurut Wahbah Zuhaili dibagi menjadi tujuh, yaitu istihsan, maslahah mursalah (istislah), istishab, urf, mazhab sahabi, syar’u man qoblana, dan saddu al-zariah[3]. Tetapi,

menurut Abdul Wahab Khallaf hanya ada enam,

dengan

menghilangkan saddu al-zariah, maka menurutnya keseluruhan adillah syar’iyyah berjumlah 10 macam. 5 Sebagai dalil muttafaq, al-Qur’an menempati urutan yang utama karena merupakan kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafazh yang berbahasa Arab dan makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi Rasul atas pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undangundang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi qurbah di mana mereka beribadah dengan membacanya. 6 1.2. Rumusan Masalah a. Apa itu Al-Qur’an ? b. Apa saja hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur’an?

1.3. Manfaat dan Tujuan Mengetahui apa itu Al-Quran dan membahas sumber-sumber hukum yang terdapat di Al-Quran.

5 6

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir, Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah),22. Abdul wahhab Khallaf, terj., Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang, Dina Utama Semarang, 1994) 18.

5

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Al-Qur’an Lafadz al-Qur’an dalam bahasa Arab diambil dari kata Qara’a (‫ )ق أ‬seperti lafadz Al-ghufran yang diambil dari kataghafara ( ‫)غف‬. Dikatakan qira’a, yaqra’u, qira’atan dan qur’anan ( ‫ ق أة‬- ‫ يق‬-‫ق أ‬-)7, seperti terdapat dalam surat AL_Qiyamah (75):17-18: “sesungguhnya atas tanggungan kami-lah menguumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai)membacanya,maka ikutilah. Apabial kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya itu.” Secara terminologi, ada beberapa definisi dari pengertian al-Qur’an, antara lain : 2.1.1. Menurut ahli Ushul, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang ditulis dalam mushaf yang berbahasa Arab, telah dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas, yang kita beribadah dengan membacanya. 2.1.2. Ali Ash-Shabuni, membatasi pengertian al-Qur’an sebagai berikut: “al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul-Nya yang penghabisan dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis pada mushaf-mushaf, dinukilkan kepada kita secaramutawatir, membacanya adalah ibadah, dimulai dengan Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surahan-Nas.8 2.1.3. Menurut Abdul Wahab Khallaf, al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril dengan lafadz berbahasa Arab dangan makna yang benar sebagai hujjah bagi Rasul, sebagai pedoman hidup, dianggap ibadah

7

Drs. Totok Jumantoro, M.A., Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag., Kamus Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Penerbit Amzah 2009) 6. 8 Ibid, hlm. 7.

6

membacanya dan urutannya dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri oleh surat an-Nas serta dijamin keasliannya. 9 Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan sebagai mukjizat atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw.10 2.2. Unsur-unsur Al-Qur’an a. Al-Qur’an adalah kalam ilahi b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW jadi bukan karena beliau c. Mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw sebagai kebenaran Al-Qur’an dan kebenaran kenabian atau kerasulan Nabi Muhammad SAW d. Penurunan AL-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, secara mutawatir. e. Al-Qur’an itu merupakan bacaan mulia, membacanya merupakan ibadah. f. Tertulis dalam mushaf-mushaf, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas. g. Lafaz Al-Qur’an berbahasa Arab h. Al-Qur’an senantiasa terpelihara dri berbagai bentu kesalahan dan pemalsuan. i. Tidak ada seorangpun yang akan mampu membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, bahkan kalau sekiranya jin dan manusia bergabung bantumembantu bekerja sama membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, maka mereka tidak akan mungkin dapat membuatnya, walau hanya satu surah. j. Al-Qur’an mengandung kebenaran ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Al-Qur’an adalah wahyu ilahi dan menjadi mukjizat Nabi Muhammad Saw. Bukan buatan ataupun karangan beliau. Orang-orang kafir menuduh AlQur’an adalah karangan Nabi Muhammad Saw. untuk menjawab tuduhan itu, Allah merintahkan kepada beliau menantang orang-orang kafir dan mereka yang masih ragu-ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, walau hanya satu surah. Tantangan itu dikemukakan Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 23 : 9

Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Mesir: Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah) 23. H. M. Asrorun Ni’an Sholeh, MA, Al-Qur’an Hadis X (Sidogiri, Pena Nusantara:2006), 3-4

10

7

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal Al-Qur’an itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” Disebutkan pula dalam Surah Al-Isra ayat 88 : “Katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan AL-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”11 2.3. Pokok – pokok Isi Al-Qur’an Isi pokok Al-Qur’an terdiri dari : a. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap keesaan Allah Swt dan semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya. b. Ibadah, yaitu perbuatan atau amaliyah sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid dan yang menghidupkan jiwa tauhid. c. Akhlak, yaitu tentang perbuatan-perbuatan yang terpuji dan tercela. d. Janji dan ancaman, yaitu janji pahala/ ganjaran bagi siapa saja yang percaya, menerima dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an serta ancaman/ siksaan bagi yang mengingkarinya. e. Kisah-kisah umat terdahulu, yaitu seperti kisah para rasul, para nabi maupun orang-orang saleh serta kisah umat yang mengingkari ajaran Allah untuk dijadikan pelajaran dan teladan bagi kita.12

2.4. Bukti Kehujjahan Al-Qur’an Abdul Wahhab Khallaf mengemukakan tentang kehujjahan al-Qur’an sebagai berikut: “Bukti bahwa al-Qur’an menjadi hujjah atas manusia yang hukum-hukumnya merupakan aturan-aturan yang wajib bagi manusia untuk mengikutinya, ialah karena al-Qur’an datang dari Allah swt. dan dibawa kepada manusia dengan jalan yang pasti yang tidak diragukan kebenarannya. Departemen Agama RI, Qur’an Hadis Kelas 1 (Jakarta, Departemen Agama Ri:2002), 6-7 Dr. H. Mundzier Suparta, MA, Pendidikan Agama Islam Fikih (Semarang, PT Karya Toha Putra:2008), 19 11

12

8

Sedang bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt adalah bahwa alQur’an membuat orang-orang tidak mampu membuat atau mendatangkan sesuatu seperti al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an).13 Bukti dari kemukjizatan al-Qur’an tidak dilihat dari segi lafadznya saja, tetapi juga makna dan isinya. Di dalamnya berisi rahasia-rahasia alam yang hingga kini masih banyak yang belum terungkap. Ayat-ayat di dalamnya merupakan kalam Allah yang indah yang tak dapat ditandingi oleh siapapun (lihat QS (2):23, (28):49-50 ). I’jaz, maksudnya menetapkan ketidakmampuan orang lain, tidak akan terealisir kecuali apabila tiga hal terpenuhi : a. Adanya

tantangan,

maksudnya

permintaan

untuk

beradu,

saling

menjatuhkan, dan berlawanan. b. Adanya motivasi yang mendorong kepada penantang untuk mengajukan tantangan dan perlawanan. c. Tidak ada penghalang yang menghalanginya dari perlawanan ini. 14 Al-Qur’an telah lengkap dalam melakukan tantangan, dan terdapat pula motivasi bagi orang yang menantangnya untuk melawan, dan tidak suatu penghalang bagi mereka. Kendati demikian, mereka tidak sanggup melawannya dan juga mendatangkan yang semisal al-Qur’an. Aspek kemukjizatan al-Qur’an yang dapat dicapai oleh akal, antara lain: a. Keharmonisan struktur redaksinya, maknanya, hukum-hukumnya, dan teori-teorinya (Q.S, an-Nisa’: 82). b. Persesuaian ayat al-Qur’an dengan teori ilmiah yang dikemukakan ilmu pengetahuan (Q.S, Fushshilat: 52-53). c. Pemberitahuan al-Qur’an terhadap berbagai peristiwa yang hanya diketahui oleh Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang gaib (Q.S, Hud : 49). d. Kefasihan lafadz al-Qur’an, kepetahan redaksinya, dan kuatnya pengaruhnya. 15

13

Drs. Muin Umar, Dkk., Ushul Fiqh I (Jakarta: Departemen Agama RI, 1986) 70. Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994) 21 15 Ibid, hlm. 26-33 14

9

2.5. Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Qur’an Menurut pendapat yang paling kuat,seperti yang dikemukakkan oleh subhi shalih, Al-Qur’an berarti bacaan.ia merupakan kata turunan(mashdar) dari kata qara’a(fi’il madhi) dengan arti ism al-maful ,yaitu maqru’ yang artinya dibaca (Al-Qur’an dan terjemahnya, 1990:15).pengertian ini merujuk pada sifat Al-Qur’an (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).dalam ayat tersebut,allah berfirman : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpullkannya (didadamu) dan (membuat kamu pandai) membacanya.Apabila kami telah selesai membacakannya,maka ikutilah bacaan itu.” (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).16 Berikut fungsi dan tujuan turunnya Al-Qur’an : a. Sebangai hudan atau petunjuk bagi kehidupan umat. b. Sebagai rahmat atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih sayang. c. Sebagai furqan yaitu pembeda antara baik dangan yang buruk, yang halal,dengan yang haram. Yang salah dengan yang benar, yang indah dengan yang jelek, yang dapat dilakukan dan yang terlarang umtuk dilakukan. d. Sebagai mau’izhah atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing umat dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. e. Sebagai busyara’ yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbut baik kepada Allah dan sesama manusia. f. Sebagi tibyan atau mubinyang berati penjelasan atau menjelaskan terhadap segala sesuai yang disampaikan Allah. g. Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kiatab yang datang sebelumnya. h. Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam menempuh jalan menuju keselamtan. i.

Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan dikehendaki Allah.

j. 16

Sebagai syifau al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit.

Abd Hakim Atang,2015, Metodologi Studi Islam (Bandung : Rosda) 69-70

10

k. Sebagai hakim yaitu sumber kebijaksaan. 17 2.6. Penjelasan Al-Qur’an Terhadap Hukum Dari segi penjelsanya terhadap hukum, ada beberapa cara yang digunakan Al-Quran yaitu : a. Secara juz’i(terperinci).maksudnya, Al-Quran menjelaskan secara terperinci. Allah dalam al-Quran memberikan penjelasan secara lengkap ,sehingga dapat dilaksanakan menurut apa adanya, mesikpun tidak dijelaskan Nabi dengan sunahnya. Contohnya ayat-ayat tetangg kewarisan yang terdapat dalam surat an-Nisa (4):4.tentang sanksi terhadap kejahata zina dalam surat al-Nur(24):4. b. Secara kulli (global). Maksudnya, penjelasan Al-Quran terhadap hukum berlaku secara garis besar, sehingga masih memerlukan penjelasan dalam pelaksanannya. Yang paling berwenang memberi pennjelasan terhadap maksud ayat yang berbentuk garis besar itu adalah Nabi Muhammad dengan sunnah-nya. c. Secara Isyarah Al-Quran memberikan penjelasan terhapad apa yang secara lahir desebutkan dalam bentuk penjelasan secara ibarat. Salah satu ayat AlQuran yang memberikan beberapa maksud. Firman Allah dalam surat alBaqrah (2):233: “ dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan secara makruf.”(Al-Baqarah(2):233).18 2.7. Hukum yang terkandung dalam Al-Quran 2.7.1. Hukum – hukum I’tiqadiyah, yang berkaitan dengan hal-hal yang harus dipercaya oleh setiap mukallaf, yaitu mempercayai Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari akhir. 2.7.2. Hukum moralitas, yang berhubungan dengan sesuatu yang harus dijadikan perhiasan oleh setiap mukallaf, berupa hal-hal keutamaan dan menghindarkan diri dari hal yang hina.

17 18

Amir Syarifuddin 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group. Amir Syarifuddin 2008,ushul fiqih Jakarta,kencana prenada media group.

11

2.7.3. Hukum amaliyyah yang bersangkut paut dengan sesuatu yang timbul dari mukallaf, baik berupa perbuatan, perkataan, perjanjian hukum, dan pembelanjaan. Macam yang ketiga ini adalah fiqh al-Qur’an. Dan inilah yang dimaksud dengan sampai kepadanya dengan ilmu ushul fiqh. Hukum-hukum amaliyyah di dalam al-Qur’an terdiri dari dua macam, yaitu; a. Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah, dan ibadah-ibadah lainnya yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (habluminallah). b. Hukum muamalat, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, pidana, dan lainnya yang bukan ibadah dan dimaksudkan untuk mengatur hubungan antar sesama mukallaf, baik sebagai individu, bangsa, atau kelompok (habluminannas). Menurut istilah modern, hukum muamalat telah dibagi menurut sesuatu yang berkaitan dengannya dan maksud yang dikehendakinya menjadi beberapa macam; a. Hukum keluarga, yaitu hukum yang berhubungan dengan keluarga, mulai dari pembentukannya, dan ia dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara suami istri dan kerabat satu sama lain. b. Hukum perdata, yaitu hukum yang bertalian dengan perhubungan hukum antara individu-individu dan pertukaran mereka, baik berupa jual-beli, penggadaian, jaminan, persekutuan, utang piutang, dan memenuhi janji dengan disiplin. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan harta kekayaan individu dan memelihara hak masing-masing yang berhak. c. Hukum pidana, yaitu hukum yang berkenaan dengan tindak criminal yang timbul dari seorang mukallaf dan hukuman yang dijatuhkan atas pelakunya. Hukum ini dimaksudkan untuk memelihara kehidupan manusia, harta mereka, kehormatan mereka, dan hak-hak mereka, serta menentukan hubungan antara pelakunya, korban tindak kriminal, dan umat.

12

d. Hukum acara, yaitu hukum yang berkaitan dengan pengadilan, kesaksian, dan sumpah. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur usaha-usaha untuk mewujudkan keadilan di antara manusia. e. Hukum perundang-undangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan pengaturan

pemerintahan

dan

pokok-pokoknya.

Hukum

ini

dimaksudkan untuk menentukan hubungan penguasa dan rakyat...


Similar Free PDFs