Al Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam PDF

Title Al Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam
Author Dewi Ariyanti
Pages 3
File Size 84.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 112
Total Views 338

Summary

Al-Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam Dewi Ariyanti (10) Mahasiswa IAIN Metro e-mail: [email protected] Sudah sering terdengar di telinga masyarakat Indonesia mendengarkan kata-kata Al-Sunnah. Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan Al-Sunnah? Para ulama hadis sependapat bahwa “Hadis adala...


Description

Al-Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam Dewi Ariyanti (10) Mahasiswa IAIN Metro e-mail: [email protected] Sudah sering terdengar di telinga masyarakat Indonesia mendengarkan kata-kata Al-Sunnah. Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan Al-Sunnah? Para ulama hadis sependapat bahwa “Hadis adalah merupakan sumber berita yang datang dari Nabi SAW dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan”.1 Jadi, Al-Sunnah ini bisa disebut juga dengan Al-Hadits, yaitu segala bentuk perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, yang mana hal tersebut dapat dijadikan suri tauladan bagi umat Islam diseluruh muka bumi. Kata Al-Hadits secara etimologi berarti “komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual. 2 Dapat dipahami bahwasannya Al-Sunnah atau Al-Hadits adalah sebuah percakapan serta kejadian atau peristiwa. Secara etimologis, Sunnah berasal dari kata kerja sanna yang berarti membentuk, menentukan, atau melembagakan.3 Jadi, Al-Sunnah diartikan sebagai proses pembentukkan suatu kebiasaan, lalu ditiru oleh generasi selanjutnya. Secara terminologis, kata hadìth berarti segala sabda, perbuatan, taqrìr dan hal-ihwal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad.4 Jadi, hadits atau Al-Sunnah adalah segala perbuatan dan ketetapan dari Nabi SAW. Sunnah menurut pemknaan terminologis para muhadditsin, sunnah adalah sabda, perbuatan, ketetapan, sifat (watak budi atau jasmani) baik sbelum menjadi Rasulullah SAW. maupun sesudahnya.5 Jadi, sunnah adalah segala perbuatan serta perkataan Nabi Muhammad SAW, dari sebelum hingga sesudah menjadi Nabi. Al-Hadits mepunyai tiga bentuk. Pertama, al-Hadits qauliyah yaitu yang beriisikan ucapan dan pernyataan Nabi Muhammad SAW. Kedua, al-Hadits fi’liyah yaitu yang berisi tidakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga, al-Hadits taqririyah yaitu yang merupakan persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi.6 Sunnah qauliyah yaitu Rasulallah menympaikan kepada sahabat, dan setelah itu sahabat menyampaikan perkataan Rasul kepada para sahabat yang lain. Sunnah fi’liyah yaitu Rasulallah mempraktikan secara langsung mengenai suatu gerakan atau prbuatan yang harus dilakukan oleh umat Islam, cntohnya seperti gerakan shalat. Di dalam AlQur’an hanya disbutkan perintah bahwa sebagai umat Islam wajib untuk melaksnakan shalat, akan tetapi tidak diberikan penjelasan bagaimana gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan dalam shalat. Sehingga Rasulallah memberi tahu bacaan dan gerrakan shalat yang benar. Sunnah taqririyah yaitu Rasulallah membrikan sebuah ketetapan pada para sahabat pada saat para sahabat melakukan ssuatu perbuatan, atau bahkan menanyakan sesuatu. Jika Nabi diam, itu artinya Nabi berkta iya. Akan tetapi, jika perbuatan sahabat tidak ssuai syari’at, maka Nabi akan mencegah perbuatan tersebut. Kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ottoritatif ajaran Islam yang kedua, telah ditrima oleh hampir seluruh ulama dan umat Islam, tidak saja dikalangan Sunni tapi juga di kalangan Syi’ah dan Amrul Choiri dan Bambang Setiaji, “Al-Quran dan al-Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam (Kajian Kritis Pemahaman Minardi Mursyid di Solo Raya),” SUHUF 26 (Nopember 2014): 91. 2 Muhammad Akmansyah, “Al-Qur’an dan Al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam,” Ijtimaiyya 8, no. 2 (Agustus 2015): 131. 3 Alamsyah Alamsyah, “Dinamika Otoritas Sunnah Nabi Sebagai Sumber Hukum Islam,” Al-’Adalah 12, no. 3 (Juni 2015): 480. 4 Abdul Haris, “Hadith Nabi Sebagai Sumber Ajaran Islam: Dari Makna Lokal-Temporal Menuju Makna Universal,” Istinbath, Jurnal Hukum Islam 12, no. 1 (Juni 2013): 3. 5 Umma Farida, “Diskursus Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam: Perspektif Ushuliyyin dan Muhadditsin,” YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 6, no. 1 (Juni 2015): 238. 6 Akmansyah, “Al-Qur’an dan Al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam,” 132. 1

aliran Islam lainya.7 Jadi, Al-Sunnah sudah diterima dan diiyakini sebagai sumber ajaran Islam yang kdua oleh seluruh kalanngan masyarakat muslim. Seluruh umat Islam sepakatt, bahwa Al-Qur’an adalah sumber hukum utama dan sunnah adalah sumbr hukum kedua.8 Dari penjelasan di atas dpat dipahami bahwasanya sumber hukum atau sumber ajran bagi umat Islam bukkan hanya ada satu saja, akan tettapi ada lebih dari satu. AlQur’an mrupakan sumber hukum yang pertma dan paling utama, lalu Al-Sunnah atau Al-Hadits ini dijadiikan sbagai sumber hukum yang kedua, yaittu sumber hukum stelah Al-Qur’an. Allah brfirman: “QS. Ali-Imron: 32, yang artinya Kataknlah: “Ta’atilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.9 AlQur’an dan Al-Sunnah memang sngat berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Karena di dlam setiap hukum-hkum atau ajaran yang ditetapkan di dalam Al-Qur’an belum semuannya secara rinci dalam penyampaiannya. Maka dari itu, Al-Sunnah lah yang berfunngsi memberi penjelasan secara rinci dari hukum yang terdpat dalam Al-Qur’an. Jumhur Ulama mnyepakati bahwa Hadis merupakan sumber ajaran Islam kdua.10 Jadi, seluruh jumhur ulama sudah spakat bahwa Al-Sunnah merupakn sumber hukum atau sumber ajaran Islam yaang kedua. Berdsarkan hukum yang trkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Sunah, memposissikan Sunah sebagai konfirmator hukum Al-Qur’an, inttrepretator hukum Al-Qur’an, argumentator eksistenssi naskh (pnghapusan ayat Al-Qur’an atau hadis dngan ayat Al-Qur’an atau hadis lainya), dan produsen hukum yang tidak dtemukan dalam Al-Qur’an.11 Jadi, posisi Al-Sunnah di dalam hukum syarriat Islam sangat pentig. Karena Al-Sunnah diposisikan sebagai sesuatu yang dijdikan sebagai penjlasan sebuah hukum yang sukar di dalam Al-Qur’an. Berdsarkan petunjuk Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW. adalah sumber ajaran Islam kedua, setlah Al-Qur’an. Itu bearti, untuk mngetahui ajaran Islam yang benar, slain diperlukn petnjuk AlQur’an, juga diperlukan petunjuk Sunnah Nabi SAW.12 Al-Sunnah memng sudah diyakini sebaggai sumber hukum atau sumberr ajaran Islam yang kdua. Sebagi umat Islam, jika ingin mempelajari atau mengtahui sesuatu, tidak hnya terpaku kepda Al-Qur’an saja, akan tetapi bisa melihat dari ajaran-ajaran yang sudah ditettapkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadits-hadtsnya. Secra historis, sejak zaman Nabi, umat muslim sepakat untk menjadikan sunnah (hadith) sebgai salah satu sumber ajaran Islam, di smping Al-Qur’an. Belum atau tidak ada bukti hstoris yang dapat menjlaskan adanya sikkap dari kalangan kaum muslim pada saat itu yang menolak sunnah (hadith) sbagai salah satu sumber ajran Islam.13 sejak zaman dahulu, memang sudah diyakini olh umat Islam bahwa Al-Sunnah dijadikan sumber ajaran kedua setlah Al-Qur’an. Parra ulama telah sepakat bahwa Hadits atau Al-Sunnah al-Nabawiyah wajb ditaati sebgaimana posisi Al-Qur’an di dlam pengambilan suatu hukum syariiat (itsbat al-Hukum), AlSunnah adalah smber kedua dalam Syariat Islam.14 Dapat diphami bahwasannya Al-sunnah sudah dispakati sebagai sumber ajaran Islam kdua setelah Al-Qur’an. Terdpat empat fungsi Al-Sunnah sebagai sumbr ajaran Islam yang kedua. Pertama, Bayan atTaqrir. Maksud dari bayan at-Taqrir adlah menetapkan dan memperkuat apa yang tlah diteragkan Tasbih Tasbih, “Kedudukan dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam,” AL-Fikr 14, no. 3 (2010): 332. Choiri dan Setiaji, “Al-Quran dan al-Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam (Kajian Kritis Pemahaman Minardi Mursyid di Solo Raya),” 92. 9 Choiri dan Setiaji, 92. 10 Sulidar Sulidar, “Urgensi Kedudukan Hadis Terhadap Al-Quran dan Kehujjahannya dalam Ajaran Islam,” Journal Analytica Islamica 2, no. 2 (2013): 335. 11 Amrulloh Amrulloh, “Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam (Studi Metode Komparasi-Konfrontatif Hadis-AlQur’an Perspektif Muhammad Al-Ghazali dan Yusuf al-Qaradawi),” Ahkam: Jurnal Hukum Islam 3, no. 2 (November 2015): 289. 12 Sulidar, “Urgensi Kedudukan Hadis Terhadap Al-Quran dan Kehujjahannya dalam Ajaran Islam,” 335. 13 Haris, “Hadith Nabi Sebagai Sumber Ajaran Islam: Dari Makna Lokal-Temporal Menuju Makna Universal,” 9. 14 Husin Abdul Wahab, “Telaah Terhadap Hadits Munqathi’ Sebagai Hujjah Dalam Hukum Islam,” Media Akademika 29, no. 1 (Januari 2014): 137. 7

8

dlam Al-Qur’an.15 Jadi, bayan at-taqrir disni berfungsi sebagai penguat hukum yang terdpat dalam Al-Qur’an. Kedua, Bayan at-Tafsir. Maksdnya adalah penjelasan Sunnah Nabi SAW terhdap ayat-ayat yang memerlukan princian atau penjelasan lebih lanjut, sperti pada ayat-ayat yang mujjmal, mutlaq, dan, am.16 Jadi, Al-Sunnah disni memperjelas hukum yang ada pda Al-Qur’an yang artinya masih bersfat umum dan masih sukar untk dimengerti. Ketiga, Bayan at-Tasyri’. Artinya yaitu pmbuatan, mewujdkan, atau menetapkn aturan atau hukum.17 Jadi, Al-Sunnah menetpkan suatu hukum yng dasarnya diambil dari Al-Qur’an. Keempat, Bayan an-Nasakh. Menurut ulama mutaqaddimin, bahwa yang disebut bayan anNasakh adalah adanya dalil syara’ yang datngnya kemudian.18 Jadi, Al-Sunnah merupakan dalil yang datang setelah Al-Qur’an, dan setiap pengambilan hukum selalu didasari pada Al-Qur’an. Sbagian besar ayat-ayat hukum dalam Al-Qur'an masih dlam bentuk garis besar yang secara amaliiah belum bisa dilaksnakan, maka dalam hal ini pnjelasan hadis dapat dibutuhkan.19 Dapat diipahami bahwasannya Al-Sunnah berfungsi sebagai penjelas hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Sunnah brdiri sebagai penjelas maksud Al-Qur’an, penjamin makna Al-Qur’an dan pelengkap printah-perintah yang ada dalam Al-Qur’an.20 Dalam Al-Qur’an sudah dittapkan segala hukum yang ada di dalam dunia ini, akan tetapi kandunngan Al-Qur’an masih butuh penjelasan. Oleh karna itu, Al-Sunnah menjadi penjlas dari isi kndungan Al-Qur’an. Pusat pembelajarran dan kajian agama langsung dari sumbernya, yakkni mengamalkan dan turut serta menafsirkan Al-Qur’an serta mengmbil hikmah dalam Al-Qur’an dan Hadis.21 Dari penjelasan tersbut, dappat dipahami bahwasannya segala betuk pembelajaran bersumber dari AlQur’an dan Al-Hadits atau Al-Sunnah. Kedudukan Sunnah Nabi adalah sanggat penting, dan yang paling tau tentang isi Al-Qur’an adalah Nabi, maka kita ttidak mungkin memahami isi Al-Quran dan melksanakan secara seksama dan tepat tanpa memperhatikan apapun yang dijelaskann dan dicontohkan oleh Nabi.22 Sudah mnjadi kewajiban umat Islam untuk memperccayai bahwasannya Al-Sunnah adalah sumber hukum atau sumber ajaran bagi umat Islam. Karena, mustahil bahwasnnya sebagai umat Islam mampu memhami isi kandungan dari seluruh ayat-ayat suci Al-Qur’an, tanpa adanya ptunjuk dari Nabi Muhammad SAW.

Sulidar, “Urgensi Kedudukan Hadis Terhadap Al-Quran dan Kehujjahannya dalam Ajaran Islam,” 341. Sulidar, 342. 17 Sulidar, 345. 18 Sulidar, 345. 19 Tasbih, “Kedudukan dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam,” 336. 20 Hairillah Hairillah, “Kedudukan As-sunnah Dan Tantangannya Dalam Hal Aktualisasi Hukum Islam,” Mazahib 14, no. 2 (Desember 2015): 192. 21 Dedi Wahyudi Rahayu Fitri As, “Islam Dan Dialog Antar Kebudayaan (Studi Dinamika Islam Di Dunia Barat),” FIKRI: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 1, no. 2 (Desember 2016): 271. 22 Choiri dan Setiaji, “Al-Quran dan al-Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam (Kajian Kritis Pemahaman Minardi Mursyid di Solo Raya),” 92. 15

16...


Similar Free PDFs