ANALISIS EFISENSI USAHATANI BAWANG DAUN DI KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RC RATIO PDF

Title ANALISIS EFISENSI USAHATANI BAWANG DAUN DI KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RC RATIO
Author Meitri Sundari
Pages 10
File Size 297.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 13
Total Views 49

Summary

ANALISIS EFISENSI USAHATANI BAWANG DAUN DI KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN R/C RATIO Mei Tri Sundari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta ABSTRACT The objective of this research is to know the revenue, cost and income in scallion farm. It wants to know the efficiency of scallion fa...


Description

Accelerat ing t he world's research.

ANALISIS EFISENSI USAHATANI BAWANG DAUN DI KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RC RATIO Meitri Sundari

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

SRAT EGI BISNIS sunggul sit anggang FAKT OR PENENT U PRODUKSI SAYURAN DAERAH DATARAN T INGGI DI KECAMATAN SUKAPURA KABUP… Agriekonomika (Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pert anian) T GS BUDIDAYA BAWAN MERAH Et inus w

ANALISIS EFISENSI USAHATANI BAWANG DAUN DI KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN R/C RATIO

Mei Tri Sundari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta

ABSTRACT

The objective of this research is to know the revenue, cost and income in scallion farm. It wants to know the efficiency of scallion farm in Karanganyar Regency. The method used in this research was analytical descriptive with survey in implementation. The location was selected purposively and it was Kalisoro village, Tawangmangu Subdistrict, Karanganyar Regency. Snowball sampling method is used to choose the sample. The data used in this research was primary data. By using R/C ratio we find that the value is 3,91 per Ha. This value shows us that scallion farm in Karanganyar had efficien because the value more than one. The average revenue of the farmer was 16.900.625 per Ha and the cost was Rp. 4.326.300 per Ha, so the farmer get income Rp. 12.574.325 from their scallion farm Keyword : revenue, cost, R/C ratio, scallion farm

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan, biaya dan pendapatan usahatani bawang daun serta mengetahui efisiensi usahatani bawang daun di Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan survei dalam pelaksanaannya. Lokasi tersebut dipilih secara purposive/sengaja yaitu Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Pemilihan sampel dengan menggunakan tehnik Snowball sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil perhitungan menunjukkan nilai R / C ratio adalah 3,91 per Ha. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani bawang daun di

Kabupaten Karanganyar telah efisien karena bernilai lebih dari satu.

Penerimaan petani adalah 16.900.625 per Ha dan biaya sebesar Rp. 4.326.300 per Ha, sehingga petani memperoleh

pendapatan Rp. 12.574.325 dari usahatani bawang

daunnya.

1

Kata kunci: pendapatan, biaya, R / C rasio, usahatani, bawang daun

Pendahuluan Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan yang dikonsumsi, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman biofarmaka) merupakan sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani skala kecil, menengah dan besar dengan keunggulan berupa nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura diantaranya rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit dan belum efisien. Bawang daun atau sering disebut dengan ”loncang” merupakan salah satu produk hortikultura unggulan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Bawang daun (Allium fistulosum) adalah salah satu jenis tanaman yang digolongkan ke dalam jenis sayuran daun karena berbentuk rumput dengan struktur tubuh yang terdiri dari akar, batang semu dan daun. Tanaman ini termasuk tanaman setahun atau semusim dengan bagian yang terpenting adalah daun-daun yang masih muda berwarna hijau dan batang semu yang berwarna putih. Pada umumnya bawang daun sering digunakan sebagai bahan pelezat pada berbagai masakan. Selain rasanya yang lezat, bawang daun

2

juga mempunyai banyak keunggulan diantaranya tingginya komposisi dan kandungan gizi bawang daun serta berguna untuk kesehatan tubuh manusia bahkan bawang daun ini memiliki cara budidaya yang cukup mudah. Oleh karena itu seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sayuran sebagai sumber vitamin termasuk bawang daun yang memiliki beberapa keistimewaan, maka sayuran perlu terus dikembangkan guna memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat. Oleh karena itu, sayuran khususnya bawang daun banyak dikembangkan dan dihasilkan di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Dalam usaha tani bawang daun, pada umumnya petani menggunakan faktor produksi secara berlebihan dengan harapan akan memperoleh hasil yang maksimal. Padahal penggunaan faktor produksi yang berlebihan akan meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan usaha tani jika tambahan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada tambahan penerimaan karena didalam pertanian dikenal dengan hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang (The Law of Deminishing Return). Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan usaha tani bawang daun dan untuk menganalisis apakah usaha tani yang dilakukan petani sudah efisien. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual dengan cara data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994) Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian dengan teknik survey yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Efendi, 1995) Pengambilan daerah sampel penelitian dipilih secara sengaja yaitu pengambilan sampel didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya sesuai dengan kepentingan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar dengan pertimbangan bahwa kondisi di daerah ini yang merupakan wilayah dataran tinggi, sangat mendukung budidaya tanaman bawang daun dan bahkan bawang daun merupakan produk unggulan di Kecamatan Tawangmangu. Penentuan sampel dipilih dengan menggunakan teknik snowball

3

sampling yaitu dengan memilih dan mencari petani yang menanam bawang daun kemudian mencari informasi petani lain yang juga menanam bawang daun dari petani tersebut secara berantai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner pada petani sampel dan data sekunder diperoleh dari dinas/instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti BPS dan Dipertan. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan usaha tani bawang daun adalah : a. Menghitung Biaya Usahatani Untuk menghitung biaya usaha tani yaitu dengan menghitung jumlah total biaya usaha tani atau TC usahatani dalam satu musim tanam b. Menghitung Penerimaan Usahatani Untuk menghitung penerimaan usahatani yaitu dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga jual per satuan kg, yang dirumuskan

TR = P X Q Keterangan : TR

= Penerimaan usaha tani bawang daun (Rp)

P

= Harga produksi bawang daun (Rp/kg)

Q

= Hasil produksi bawang daun (kg)

c. Menghitung Pendapatan Usahatani Untuk menghitung pendapatan usaha tani yaitu dengan menghitung selisih penerimaan dan biaya usaha tani yang dirumuskan : ∏ = TR – TC Keterangan : ∏

= Pendapatan usaha tani (Rp)

TR

= Penerimaan usaha tani bawang daun (Rp)

TC

= Total Biaya usaha tani (Rp)

Efisiensi usaha tani bawang daun dihitung dengan menggunakan rumus : R/C Ratio = Penerimaan

4

Biaya Dari rumus diatas dapat diketahui kriteria dari R/C Ratio sebagai berikut : Apabila R/C Ratio > 1 maka usahatani dikatakan efisien Apabila R/C Ratio = 1 maka usaha tani mengalami BEP (Impas) Apabila R/C Ratio < 1 maka usaha tani dikatakan tidak efisien. Hasil dan Pembahasan Identitas Petani Responden Identitas petani sampel memberikan gambaran tentang keadaan petani sebagai salah satu faktor penting dalam usahatani. Petani dalam suatu usahatani adalah sebagai pengelola yang merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Identitas petani sampel dalam penelitian ini meliputi rata-rata umur petani sampel, tingkat pendidikan petani sampel, pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga petani sampel, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani bawang daun dan rata-rata luas lahan garapan. Identitas petani responden dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang petani kaitannya dengan pengusahaan budidaya tanaman bawang daun di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu,

Kabupaten

Karanganyar. Identitas petani responden dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Identitas Petani Responden di Desa Kalisoro No Keterangan 1 Umur petani (th) 2 Pendidikan (th) 3 Pengalaman menanam (th) 4 Jumlah anggota keluarga (org) 5 Jml anggota keluarga yg aktif dlm UT (org) 6 Luas lahan (Ha) Sumber : Analisis Data Primer

Rata-rata 48 13 18 5 3 0,305

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani bawang daun di Desa Kalisoro

adalah 48 tahun dengan luas lahan rata-rata sekitar 0,305 Ha. Hal ini

menunjukkan bahwa petani yang membudidayakan bawang daun

termasuk usia

produktif dan mereka cukup berpengalaman dalam mengusahakan tanaman bawang daun, meskipun tingkat pendidikan formal mereka hanya di tingkat Sekolah Dasar. Pengalaman yang cukup lama ini mempengaruhi sikap petani dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan inovasi baru karena untuk bisa menerapkan inovasi baru dibutuhkan keberanian menanggung resiko. Pengalaman juga akan memberi

5

kesempatan para petani untuk dapat menyesuaikan diri pada keadaan ekonomi yang berubah-ubah dan dapat menerapkan cara-cara budidaya yang paling efisien. Status petani adalah pemilik penggarap, peralatan yang dimiliki oleh petani berupa cangkul, sabit, semprot/sprayer dan cara bercocok tanamnya masih dengan tehnik konvensional. Jumlah anggota keluarga yang aktif di usaha tani ini hanya 3 orang dari rata- rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang karena sebagian besar anggota keluarga petani enggan mengerjakan usaha tani, mereka lebih suka merantau menjadi pekerja atau karyawan di pabrik. Biaya Usaha Tani Bawang Daun Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomis yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Mardiasmo, 1994). Menurut Soekartawi (1994), biaya produksi dalam usaha tani dalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan serta pajak dan tenaga kerja dari luar keluarga. Biaya yang dikeluarkan pada usaha tani bawang daun selama satu musim tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Biaya Usaha Tani Bawang Daun di Desa Kalisoro No. Uraian 1 Saprodi a. Bibit b. Pupuk c. Pestisida 2 Tenaga Kerja Luar 3 Pajak Jumlah Sumber : Analisis Data Primer

Per Hektar Rp 890.250 1.362.300 1.057.750 312.000 702.000 4.324.300

% 20,59 31,50 24,46 7,22 16,23 100,00

Biaya yang terbesar yang dikeluarkan petani dalam usaha tani bawang daun adalah biaya pupuk yaitu sebesar Rp. 1.362.300 atau 31,5 % dari biaya keseluruhan. Pupuk yang digunakan petani dalam usaha tani ini meliputi pupuk kandang, urea, SP 36 dan NPK. Pupuk urea merupakan pupuk yang menyediakan unsur nitrogen untuk pertumbuhan daun, sedangkan pupuk SP 36 merupakan pupuk yang menyediakan unsur phospat untuk pertumbuhan bunga dan biji. Biaya yang terkecil adalah biaya tenaga kerja luar yang hanya sebesar Rp. 312.000 per Ha. Pemakaian tenaga kerja dari

6

luar keluarga ini hanya sedikit karena dalam pengelolaannya masih banyak dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga. Besarnya pajak tanah yang dibayarkan petani rata-rata sebesar Rp. 702.000, nilai pajak yang dibayarkan ini tergantung dari lokasi tanah itu berada, tingkat kesuburan tanah dan topografinya. Jika lokasi lahan yang ditanami bawang daun itu dekat dengan pusat perekonomian seperti pasar ataupun dekat dengan jalan besar maka nilai pajak tanah tersebut akan semakin tinggi Nilai pajak pada tanah di pegunungan yang berbukit lebih rendah jika dibandingkan dengan tanah yang datar karena pengelolaan usahatani di lahan datar lebih mudah dilakukan misalnya pada saat penolahan tanah dengan menggunakan traktor. Pestisida yang digunakan petani ada beberapa jenis yaitu Focker, plakat dan score. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian pestisida ini sebesar Rp. 1.057.750 per Ha. Besarnya dosis pestisida

ini disesuaikan dengan

kebutuhan tanaman. Budidaya tanaman bawang daun meliputi pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan penanganan pasca panen.

Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Bawang daun Penerimaan hasil usaha tani dapat dihitung dengan mengalikan hasil produksi (kg) dengan harga bawang daun per kg yang berlaku di pasaran. Sedangkan pendapatan usaha tani diperoleh dari seluruh penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pada penelitian ini, biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani (biaya ekplisit) karena konsep yang digunakan adalah perhitungan pendapatan. Sebuah perusahan dikatakan memaksimalkan laba totalnya dalam jangka pendek jika selisih (positif) antara penerimaan total (Total Revenue, TR) dengan biaya totalnya (Total Cost, TC) paling besar. TR sama dengan harga kali kuantitas (Salvatore, 2004) Besar kecilnya penerimaan usaha tani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan harga produk. Tinggi rendahnya harga produk dalam hal ini adalah bawang daun dipengaruhi oleh kualitas produk yang dihasilkan dan banyaknya bawang daun yang tersedia di pasar. Suplai bawang daun yang ada juga turut mempengaruhi harga, saat suplai banyak sementara permintaan sedikit akan menyebabkan harga turun

7

begitu pula sebaliknya saat suplai sedikit dan permintaan banyak maka akan menyebabkan kenaikan harga. Besarnya produksi, penerimaan, biaya dan pendapatan usaha tani bawang daun para petani di Desa Kalisoro dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usaha Tani Bawang Daun No Uraian

Per Hektar

1 Produksi (kg) 2 Penerimaan (Rp)

4.828,75 16.900.625

3 Biaya (Rp) 4 Pendapatan (Rp)

4.324.300 12.576.325

5 R/C Ratio

3,91

Sumber : Analisis Data Primer Produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa diubah menjadi barang dan jasa yang mempunyai nilai kegunaan yang lebih tinggi. Hasil dari proses tersebut dinamakan produk (Bishop dan Toussaint, 1979). Produksi bawang daun di Desa Kalisoro ini sebesar 4.828,75 kg/ha. Hal ini disebabkan karena perawatan yang kurang insentif, penggunaan bibit yang tidak unggul dan strategi yang kurang dalam pengendalian hama. Dari produksi tersebut petani memperoleh penerimaan sebesar Rp. 16.900.625 per Ha. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan (usaha tani) dari aktivitasnya. Kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa kepada konsumen. Pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar terhadap produk. Pendapatan petani yang diperoleh dari hasil penjualan bawang daun ini adalah sebesar Rp. 12.576.325 per Ha. Tingkat Penerimaan maksimal hanya dapat dicapai apabila resiko usaha dapat dikendalikan dan faktor-faktor penghambat tidak terlalu mempengaruhi proses produksi. Ukuran ekonomi yang umum digunakan untuk menggambarkan kinerja sector dan komoditas agrobisnis adalah rasio R/C (revenue and cost ratio) yang menunjukkan perbandingan antara penerimaan dan biaya usaha tani (Soeharjo, 1996) Dari besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan petani dapat dihitung besarnya R/C ratio yang menunjukkan efisiensi usaha tani bawang daun. R/C ratio bawang daun di Desa Kalisoro ini sebesar 3,91 per Ha. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,91 . Nilai R/C

8

ratio yang lebih besar daripada satu ini memberikan informasi bahwa usaha tani bawang daun yang dilakukan petani di Desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sudah efisien

Kesimpulan Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh petani di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam usaha tani bawang daun adalah sebesar Rp. 16.900.625 per Ha. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.324.300 per Ha sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 12.576.325 per Ha. Perhitungan R/C ratio sebesar 3,91 menunjukkan bahwa usaha tani yang dilakukan petani sudah efisien, meskipun demikian perlu dilakukan usaha-usaha untuk terus meningkatkan produksinya dengan perawatan yang lebih intensif, pemilihan bibit unggul dan pengendalian hama terpadu sehingga pendapatan yang diperoleh petani akan meningkat.

Daftar Pustaka

Bishop, C. E. dan Toussaint, W.D. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Mutiara. Jakarta. Mardiasmo, 1994. Akuntansi Biaya. Andi Off Set Yogyakarta. Salvatore, E. D. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Singarimbun M dan S. Efendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Soehardjo.1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi, 1994. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Surakhmad W, 1994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung.

9...


Similar Free PDFs