Title | ANALISIS SWOT TERHADAP PENGARUH TRANSFORMASI TEKNOLOGI DIGITAL PADA PERAN DAN FUNGSI BAGI ORGANISASI HMI |
---|---|
Author | Winda Septiana |
Pages | 13 |
File Size | 340.3 KB |
File Type | |
Total Downloads | 34 |
Total Views | 900 |
ANALISIS SWOT TERHADAP PENGARUH TRANSFORMASI TEKNOLOGI DIGITAL PADA PERAN DAN FUNGSI BAGI ORGANISASI HMI Oleh Winda Septiana HMI Cabang Bandar Lampung Badko Sumatera Bagian Selatan. ABSTRAK Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi yang menghimpun diri para mahasiswa islam merupakan hasil pergolak...
Accelerat ing t he world's research.
ANALISIS SWOT TERHADAP PENGARUH TRANSFORMASI TEKNOLOGI DIGITAL PADA PERAN DAN FUNGSI BAGI ORGANISASI HMI Winda Septiana Septiana
Cite this paper
Downloaded from Academia.edu
Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles
Related papers
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers
T OR HmI PEDOMAN PERKADERAN kafa agat ha
DRAFT PEDOMAN PERKADERAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM HASIL KONGRES XXV MAKASSAR indri t omy Peran Kader HMI dalam mendukung perkembangan Cit izen Journalism di Indonesia sebagai penyeimb… Muslimin Harist Prat ama
ANALISIS SWOT TERHADAP PENGARUH TRANSFORMASI TEKNOLOGI DIGITAL PADA PERAN DAN FUNGSI BAGI ORGANISASI HMI
Oleh Winda Septiana HMI Cabang Bandar Lampung Badko Sumatera Bagian Selatan.
ABSTRAK Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi yang menghimpun diri para mahasiswa islam merupakan hasil pergolakan revolusi fisik bangsa yang didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam berbagai aspek keindonesiaan. Beriringan dengan perputaran waktu, HMI yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai dalam bingkai kaderisasi yang disiapkan untuk mampu memperjuangkan setiap usaha-usaha mencapai tujuan yang didasari pada sifat independensi. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang melakukan investasi terbesar di titik digitalisasi yang terasa membawa manusia pada kondisi tercerahkan, kemudian dimana letak pengaruh tersebut bagi HMI terkhusus pada peran dan fungsi bagi organisasi guna melihat bagaimana peluang serta tantangan yang harus dihadapi. Transformasi teknologi digital turut mempengarusi mayoritas kader HMI yang merupakan pengguna sedang amanah konstitusi
seharusnya
menjadi
pelopor
perkembangan
tesebut.
Namun,
transformasi teknologi digital turut membantu proses perkaderan HMI yang mendukung proses pembentukan dan pengembangan diri. Menyesuaikan kutipan pesan dari Cak Nur bahwa modernisasi (transformasi teknologi digital) adalah suatu kaharusan bahkan kewajiban yang mutlak. Sehingga, hadirnya transformasi teknologi digital harus mampu mengefisiensikan peran dan fungsi organisasi HMI dalam bentuk perjuangan dengan upaya kaderisasi guna menghasilkan muslim intelegensia.
PENDAHULUAN Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi yang menghimpun diri para mahasiswa islam merupakan generasi dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi memiliki kewajiban mengabdikan diri dalam upaya mengatur kehidupan umat manusia menuju masyarakat adil makmur dalam bingkai keseimbangan antara individu-sosial, iman-ilmu-amal, juga duniawi-ukhrawi yang tentu diridhoi Allah SWT. Lahir di Yogyakarta, pada tahun 1947 M, Himpunan Mahasiswa Islam merupakan hasil pergolakan revolusi fisik bangsa yang didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam berbagai aspek keindonesiaan. Menghitung usia HMI kini menginjak angka 72 dalam satuan tahun telah mengalami beberapa masa salah satunya pada proses internalisasi dalam diri sendiri yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika yang didasari pada rasionalisasi atas subyek juga waktu. Beriringan dengan perputaran waktu ternyata seimbang pula dengan kreatifitas intelektual para kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan dan proses transformasi orientasi aktifitas sebagai penjabaran dari tujuan organisasi atas penganjuran suatu bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman termasuk era digitalisasi yang terjadi saat ini. Islam sebagai suatu ajaran yang haq lagi sempurna memberikan sebuah energi perubahan yang mengharuskan para penganutnya untuk terus melakukan inovasi, internalisasi, eksternalisasi hingga obyektifikasi. Suatu perubahan adalah keharusan di diri HMI agar suatu proses peningkatan kualitas personal juga sosial mampu mencapai kondisi idealisme keislaman juga keindonesiaan guna mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transendental, humanis dan inklusif. Arah tersebutlah yang kemudian memberanikan para kader untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki. Dalam totalitas berkehidupan, maka HMI yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai dalam memotivasi juga menginspirasi para mahasiswa untuk bisa berproses
dalam bingkai kaderisasi yang disiapkan untuk mampu memperjuangkan setiap usaha-usaha mencapai tujuan yang didasari pada sifat independensi. Pemantapan bingkai kaderisasi inilah yang kemudian menjadi arah keseimbangan dalam mewujudkan lima kualitas insan cita HMI, dengan demikian upaya menciptakan kehidupan yang adil dan makmur dapat diwujudkan melalui pelaksanaan nilainilai dasar perjuangan. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang justru membutuhkan investasi berupa manusia yang dalam hal ini sumber kehidupan sejahtera di sisi material, spiritual, adil dan makmur serta kemunculan suatu kondisi kebahagiaan duniawi juga ukhrawi. Pada kenyataannya, hari ini investasi terbesar justru ada di titik digitalisasi atau jelasnya adalah sebuah proses transformasi teknologi digital yang terasa membawa manusia itu sendiri pada kondisi tercerahkan atas hadirnya perkembangan teknologi. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Respiratory Saddam Al Jihad mengenai suatu persoalan tentang “benarkah bahwa manusia modern hari ini jauh lebih tercerahkan dan sejahtera akibat dari perkembangan teknologi yang mempermudah segala urusan juga kebutuhan?”, kemudian dimana letak pengaruh tersebut bagi Himpunan Mahasiswa Islam yang disingkat HMI. Melihat kondisi tersebut dapat kita fikirkan bahwa seharusnya kecanggihan teknologi justru memudahkan para kader khususnya dalam berperan dan berfungsi sebagaimanamestinya, namun pada sampai titik ini ternyata era digitalisasi tersebut semakin berkembang sangat pesat dan persoalan kaderisasi juga perjuangan HMI justru menurun pula dengan begitu menarik. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah observasi untuk melihat titik pengaruh transformasi teknologi digital pada peran dan fungsi bagi organisasi HMI guna melihat bagaimana peluang serta tantangan yang harus dihadapi.
BAHAN DAN METODE Pada observasi ini, penulis menggunakan sebuah metode survei melalui pemanfaatan teknologi yang dihadirkan oleh Goggle dalam bentuk Form yang
akan diisi oleh beberapa panelis terdiri dari 20 anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dari hasil survei tersebut, penulis akan mengukur seberapa besar pengaruh variabel teknologi terhadap peran dan fungsi HMI sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan. Tahapan yang akan dilakukan dalan observasi ini adalah membuat form yang berisi beberapa pertanyaan, kemudian menyebarkannya kepada anggota biasa untuk bisa dijawab dan selanjutnya diolah menggunakan metode pengukuran deskriptif melalui analisis SWOT.
HASIL Berdasarkan hasil survei (terlampir) yang dilakukan dengan menggunakan Form dari Google ada beberapa hasil yang terinci sebagai berikut; Nama – Asal
Peran HMI
Fungsi HMI
Pengaruh Teknologi
Cabang
Positif
Negatif
Arini- Cab.
Pejuang
Ruang bagi calon
Mempermudah
Pribadi
Serang
kebenaran
pemimpin
komunikasi
individualis
Firman- Cab.
Melawan
Ruang regenerasi
Alat sosial
Keterbukaan
Sumenep
pembodohan
media
informasi
Aprizal- Cab.
Perannya cukup
Tepat bagi
Media informasi
Pemalas
Padang
besar sejak lahir
organisasi
Sidempuan
hingga sekarang
Fauzan- Cab.
Wadah
Mempermudah
Penyalahgunaan
Yogyakarta
perjuangan
Nurdin- Cab.
Untuk umat dan
Bandar
bangsa
Ruang berbagi
akses Sumber kekuatan
Mematikan
akses dan
pengguna
komunikasi
Lampung Fubi- Cab.
Mempermudah
Perjuangan
Kab. Bandung
Kawah
Mempercepat
candradimuka
komunikasi
Tantangan baru
Wildan- Cab.
Perjuangan bagi
Aktivitas
Peradaban lebih
Penyalahgunaan
Kab. Bandung
umat dan bangsa
perkaderan
baik
atas akses terlarang
Dedi- Cab.
Tepat
Tepat
Medan
Mempermudah
Meruntuhkan
akses informasi
kebiasaan
Arah Perjuangan
Kaderisasi
Silahturahmi
Penyebaran hoax
Hamid- Cab.
Menyesuaikan
Menyesuaikan
Mempercepat
Post truth
Bogor
konstitusi
konstitusi
arus informasi
Aru- Cab.
Seharusnya
Semestinya kader
Mempermudah
Terbiasa
Kota Bogor
berjuang
akses cabang
dimudahkan
Fajrian- Cab.
Kontributor bagi
Wadah
Penunjang
Keterbukaan
Cirebon
bangsa
pengembangan diri
aktivitas
informasi
Penyebaran hoax
Aris- Cab. Jakarta Selatan
kader Miftahul- Cab.
Menjaga
Pencipta kader
Alat sosial
Bengkulu
eksistensi
berkualitas
media
Irso- Cab.
Agen perubahan
Pembentuk muslim
Membantu kerja
Penurunan
intelektual
organisasi
budaya literasi
Malang Nanda- Cab.
Menegakkan
Pertanggungjawban
Alat media
Menghabiskan
Surabaya
nilai-nilai
individu dan sosial
sosial
waktu
Regenerasi
Alat
Penyalahgunaan
pemimpin
berkomunikasi
dan penyebaran
pancasila dan Islam Fajar- Cab.
Berjuang
Surakarta
hoax Safar- Cab.
Memperjuangkan
Bandar
kebenaran
Membina kader
Penyebaran
Menyita waktu
informasi
Lampung Zaky- Cab.
Berjuang
Kaderisasi
Penyalahgunaan
kerja organisasi
Banda Aceh Hamid- Cab.
Memudahkan
Absurb
Absurb
Kab. Bandung
Memperluas
Mengurangi
jaringan
budaya literasi
Harry- Cab.
Perjuang hak
Organisasi
Alat publikasi
Boros dan buang
Bulaksumur
umat dan bangsa
perkaderan
dan komunikasi
waktu
Dari hasil diatas, penulis kemudian melakukan analisis SWOT atas pengaruh hadirnya era digitalisasi terhadap organisasi HMI sehingga diperoleh hasil sebagai berikut;
S
W
1. Teknologi sebagai alat
1. Adanya teknologi menyita
pendukung setiap
waktu para kader sehingga
perjuangan juga proses
menurunnya budaya literasi. 2. Adanya teknologi juga merubah
kaderisasi di HMI.
pola kebiasaan kader sehingga terpaku pada aktivitas menggunakannya berakibat pada watak pribadi yang individualis. 3. Banyaknya tindakan menyimpang yang merupakan efek samping dari penggunaan teknologi. O
T
1. Penyebaran informasi yang mudah cepat membantu
1. Penyebaran informasi yang begitu cepat tanpa penyaringan.
kader dalam melanjutkan
2. Indikasi beberapa aktivitas
jenjang perkaderan juga
terdisrupsi begitu cepat.
memperjuangkan hak sosial. 2. Keterbukaan informasi
3. Penyalahgunaannya berakibat, misal post-truth.
mengurangi biaya kader dalam meningkatkan kapasitas diri. 3. Hadirnya teknologi bisa mempererat hubungan sesama manusia.
PEMBAHASAN Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI yang dipelopori oleh Prof. Drs. H. Lafran Pane yang menghimpun para mahasiswa Islam dalam mengisi
kemerdekaan Indonesia dengan tujuan, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab aras terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.” HMI menegaskan komitmennya terhadap keislaman dan keindonesiaan yang terkenal dengan slogan keummatan dan kebangsaan. Sehingga, dalam tafsiran perjuangan pada peran HMI dijabarkan dalam Nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) dan Basic demand Indonesia (BDI) sedangkan fungsinya sebagai organisasi kader dijabarkan dalam Pedoman perkaderan. NDP yang dikompilasi oleh Nurcholis Madjid, Endang Syaifuddin Anshari dan Sakib Mahmud yang terusun rapih dalam 8 bab yang terinci pada dasar-dasar kepercayaan, pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan, kemerdekaan manusia dan keharusan universal, ketuhanan yang maha esa dan perikemanusiaan, individu dan masyarakat, keadilan sosial dan keadilan ekonomi, kemanusiaan dan ilmu pengetahuan, serta kesimpulan dan penutup. Sedang, dalam BDI terbagi pada 3 masa yakni periode penjajahan, periode revolusi dan periode membangun. Demikianlah
kemudian
HMI
hadir
membawakan
suatu
niat
upaya
mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dalam perjuangan yang integral guna mewujudkan tujuannya. HMI sebagai ruang berhimpun kader umat dan kader bangsa diharuskan turut bertanggungjawab atas masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT sehingga kader tidak seharusnya terjebak pada permasalahan yang justru tidak strategis, tidak produktif, bahkan cenderung destruktif yang semakin kompleks dan terakumulasi begitu baik. Dengan hadirnya teknologi hari ini, telah menipu para kader atas kemampuan yang seharusya dimiliki untuk bisa mengidentifikasi dan merumuskan berbagai jawaban atas tantangan yang ada dengan berorientasi pada jangka panjang guna meningkatkan kualitas SDM sehingga peran sebagai organisasi perjuangan bukan hanya sebuah kalimat yang terukir pada Pasal 9 AD HMI. Kader HMI diharapkan memiliki wawasan yang luas, kemampuan dan kecakapan dalam penguasaan IPTEK hingga mampu menjawab tantangan zaman. Namun, berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa mayoritas kader HMI merupakan pengguna sedang amanah konstitusi seharusnya kita terbina sebagai
kader yang mampu menjadi pelopor perkembangan tesebut. Maka, pertanyaan yang hadir seharusnya adalah bagaimana fungsi kaderisasi di HMI saat ini? HMI yang menghimpun para mahasiswa yang tentu orang-orang yang basisnya di kampus seharusnya mampu melakukan proses perkaderan yang telah disusun dalam suatu pedoman. Pedoman perkaderan HMI hadir dengan landasan yang begitu kuat yakni landasan teologis, landasa ideologis, landasan sosio-historis, dan landasan konstitusi. Peran kaderisasi HMI ini yang kemudian mengharuskan terbinanya kader yang berkualitas lima insan cita dengan tujuh belas indikator turunan dari setiap jenis kualitasnya.
Sehingga,
HMI
hadir
sebagai
alat
perjuangan
dalam
mentransformasikan gagasan dan aksi dalam mewujudkan tujuannya. Dalam pedoman perkaderan sudah sangat jelas tersusun agar dapat terlaksana dengan baik dan mampu menyediakan sumberdaya manusia yang akan berperan aktif dalam kehidupan umat dan bangsa. Penyediaan tersebut dapat tercapai apabila serangkaian sistem perkaderan terjalankan dengan usaha yang sistematis, terarah dan utuh hingga menyeluruh. Upaya mempermudah itulah kemudian seharusya kader begitu memahami pedoman perkaderan yang menjadi tugas pokok bagi pemegang amanah dalam melakukan pembinaan, penelitian dan pengembangan anggota yang dibantu oleh badan pengelola latihan sebagai pelaksana training di HMI sebab arah perkaderan sudah begitu komprehensif yang terinci pada landasan, prinsip, ruang lingkup, pola, pengelolaan, dan monitoring evaluasi. Pola perkaderan yang dijalani oleh HMI seharusnya diawali dengan proses pengenalan yang dikemas dalam kegiatan Masa Perkenalan Calon Anggota atau Maperca kemudian dilanjutkan proses pembentukan dan pengembangan yang dimulai dengan kegiatan Latihan Kader 1. Pembentukan inilah yang merupakan serangkaian aktivitas yang integratif upaya penanaman nilai, ilmu pengetahuan dan keahlian yang sifatnya mendasar. Sehingga dari hasil pembentukan itulah yang kemudian dilanjutkan proses pengembangan sebagai suatu proses berlatih menganalisa,
merancang,
memformulasikan,
mentransformasikan,
dan
mengimplementasikan sebuah perubahan sosial yang dilandasi nilai-nilai guna terwujudnya peradaban yang ideal membentuk muslim intelegensia.
Upaya memudahkan proses pembentukan dan pengembangan tersebut, HMI menyediakan perkaderan formal dan informal guna pengabdian mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Perkaderan formal HMI sebagai bentuk kegiatan kaderisasi yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan gradual dalam bentuk training formal, non-formal juga training lainnya yang turut mendukung pembentukan dan pengembangan kader HMI. Jika training formal merupakan kegiatan berjenjang yang terdiri atas Latihan Kader 1, Latihan Kader 2 dan Latihan Kader 3 sedang non-formal sebagai bentuk kegiatan pelatihan yang menyesuaikan keahlian para kader dan training lainnya sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan para kader seperti Kohati memiliki Latihan Khusus Kohati (LKK). Kemudian, perkaderan informal HMI inilah yang kemudian kegiatan yang sulit sekali diketahui jejak keberadaan atas pelaksanaannya sebagai suatu aktivitas yang meliputi Follow Up, Up Grading dan juga kegiatan lainnya yang dibutuhkan. Hadirnya teknologi, tidak hanya memberikan dampak negatif namun turut membantu proses perkaderan HMI dalam bentuk penyebaran informasi yang begitu cepat dan meluas juga sebagai suatu sumber mendapatkan wawasan yang mendukung proses pembentukan dan pengembangan diri. HMI yang memiliki ratusan cabang di setiap titik kota di Indonesia justru membutuhkan kecanggihan teknologi sebagai alat pendukung penyebaran informasi baik mengenai jadwal training formal, training non-formal hingga training lainnya juga turut membantu para kader dalam upaya menciptakan ukhuwah islamiyah antar sesama umat islam sebagai salah satu usaha yang tercantum di Pasal 5 AD HMI. Mengutip sebuah tanggapan dari Cak Nur tentang modernisasi sebagai sebuah rasionalisasi yang ditopang oleh nilai-nilai moral dengan berpijak kepada iman. Bagi Cak Nur, modernisasi merupakan suatu proses perombakan pola pikir dan tata kerja yang diperbaharui dengan lebih rasional guna lebih efisiensi secara maksimal. Proses inilah yang kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai temuan manusia atas hukum-hukum obyektif yang mengatur alam semesta dan penerapannya bersifat ilmiah serta rasional, maka Cak Nur berpesan bahwa modernisasi adalah suatu kaharusan bahkan kewajiban yang
mutlak. Sehingga, hadirnya transformasi teknologi digital harus mampu mengefisiensikan peran dan fungsi organisasi HMI dalam bentuk perjuangan dengan upaya kaderisasi g...