Title | BAB 4 BALOK SEDERHANA STATIS TAK TENTU |
---|---|
Author | Jean Liar |
Pages | 26 |
File Size | 1.1 MB |
File Type | |
Total Downloads | 128 |
Total Views | 1,015 |
BAB IV BALOK STATIS TAK TENTU A. Konsep Dasar Struktur statis tertentu terjadi dikarenakan adanya kelebihan jumlah komponen reaksi perletakannya lebih besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertent...
Accelerat ing t he world's research.
BAB 4 BALOK SEDERHANA STATIS TAK TENTU Jean Liar
Related papers
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers
MEKANIKA T EKNIK 0I agung bijaksana
mekanika t eknik 1 dari pak faqih Muhamad Ali Ridwan ANALISA ST RUKT UR II PROGRAM ST UDI T EKNIK SIPIL FAKULTAS T EKNIK UNIVERSITAS HINDU INDONE… Afriandi Habibi
BAB IV BALOK STATIS TAK TENTU A. Konsep Dasar Struktur statis tertentu terjadi dikarenakan adanya kelebihan jumlah komponen reaksi perletakannya lebih besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, yang dianggap sebagai beban momen. Sebagai
contoh
struktur
terkekang
dengan beban merata penuh sebagaimana
q A
B
tergambar pada gambar 4.1a, dapat dirubah
L q
menjadi struktur statis tertentu seperti pada gambar 4.1b. Akibat adanya perubahan tumpuan
B
A
tersebut terdapat beban momen, yang besarnya dengan
momen
primer.
L
RA
RB q
Agar
penyelesaiannya lebih mudah, maka struktur
(b)
MBA
MAB
jepit menjadi sendi atau rol, maka pada tumpuan
sama
(a)
A
B
(c)
yang tergambar pada gambar 4.1b tersebut dapat
sederhana
(simple
beam)
sebagaimana
B
gaya
lintang
maupun
RA
dari 3 (tiga) struktur tersebut. Gambar 4.1.b, merupakan struktur sederhana yang menahan beban merata, momen di A dan momen di B. Sedangkan gambar 4.1c. struktur yang menahan beban merata saja, gambar 4.1d, yang menahan beban momen di A, dan gambar 4.1e, yang menahan momen di B. 51
RB
L
B
A
(e)
MBA
momennya,
kemudian hasil akhir merupakan penjumlahan
(d)
MAB
serta gambar 4.1e. Dalam penyelesaiannya
reaksi,
RB
A
tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d
struktur tersebut dihitung sendiri-sendiri, baik
L
RA
dipisah-pisah lagi menjadi 3 (tiga) struktur
RA
L
RB
Gambar 4,1. Balok Terkekang dengan Beban Merata Penuh
B. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Penuh Struktur terkekang dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a, dapat diselesaikan dengan cara dirubah menjadi struktur statis tertentu, sebagaimana dijelaskan pada sub bab A.
1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar 4.1e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
M AB M BA
q.L2 12
q.L2 12
Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) : RA = RB =
qL 2
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.1d) : RA =
M AB q.L L 12
RB =
M AB q.L L 12
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1e) RA = RB =
M BA q.L L 12
M BA q.L L 12
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA =
qL q.L q.L qL + – = 2 2 12 12
RB =
qL q.L q.L qL – + = 2 2 12 12
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.2a, yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD. 52
2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar 4.1e. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.2a terletak di tengah bentang. qL 2
Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) :
(a)
MA = MB = 0 MT = R A . =
qL 2
L L L – q. . 2 4 2
(b)
qL L qL2 . – 2 2 8 qL2 8
qL2 = 8
(c)
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.2.b. yang berupa diagram momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD.
qL2 12
qL2 12
qL2 (d) 12
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.1c dan gambar 4.1d) dapat dihitung bersamaan dan hasilnya digambarkan pada gambar
2
qL 12
qL2 12
qL2 12
(e)
4.2.c. qL2 12
q.L2 MA = MB = 12
Gambar 4,2. SFD dan BMD
Momen di tengah bentang besarnya sama dengan MA dan MB sehingga didapat : MT =
q.L2 12
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.2.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.2.e, besarnya momen yaitu : MA = MB =
q.L2 12 53
MT = Mmax =
qL2 q.L2 q.L2 = 8 12 24
C. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Sebagian Struktur terkekang dengan beban merata sebagian sebagaimana gambar 4.3a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.3b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.3c, gambar 4.3d dan gambar 4.3e.
1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.3.c, akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat momen dari gambar 4.3e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : M AB
11 2 qL 192
q
5 M BA qL2 192
M
A
B L/2
L/2
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.3c) : B
0
q
M
RB =
B
A
RA L/2
L/2
RB
q
3 qL 8 A
(b)
MBA
MAB
L 3 RA . L – q . . L = 0 2 2
RA =
(a)
A
0
B
RA L/2
1 qL 8
L/2
A
(c)
RB B
(d)
MAB
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.3d) :
RA
11 M qL RA = AB = 192 L
RB
L
B
A
(e)
MBA
54
RA
L
RB
Gambar 4.3. Balok Terkekang dengan Beban Merata Sebagian
RB =
M AB 11 = qL L 192
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e) RA = RB =
M BA 5 = qL L 192
5 M BA = qL 192 L
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA =
3 11 5 13 qL + qL – qL = qL 192 192 32 8
RB =
1 11 5 3 qL – qL + qL = qL 8 192 192 32
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.4a, yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD. 13 qL 32
2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil
(a)
13 x L 32
momen akibat beban merata dari gambar 4.3.c,
3 qL 32
akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat (b)
momen dari gambar 4.3e. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak
5 qL2 65 qL264 1024
pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.4a jarak sebagai berikut :
SFX = 0
13 qL – qx = 0 32
11 2 qL 192
13 x= L 32
Momen akibat beban merata (gambar 4.3c) : MA = MB = 0 MT = R A .
11 2 274 2 8 qL2 qL qL 192 192 6144
11 2 qL 192
7 qL2 41 qL2192 1536
(c)
5 qL2 192
(d) 5 qL2 192
5 qL2 192
(e)
7 41 qL2 qL2 192 1536
L L L – q. . 2 4 2
Gambar 4.4. SFD dan BMD 55
=
L qL2 13 qL . – 8 2 32
=
5 2 qL 64
Mx = RA.
13 13 L L – q. L. 32 32 4
=
13 2 13 13 qL qL . L – 128 32 32
=
65 qL2 1024
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.4b. yang berupa diagram momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.3c dan gambar 4.3d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.4c. MA = MB =
11 2 qL 192 5 qL2 192
5 11 2 L qL qL2 5 192 192 2 MT = qL2 – 192 L
=– =
6 5 1 qL2 qL2 – 192 2 192
8 qL2 192
5 13 11 2 qL qL2 L L 5 192 192 32 MX = – qL2 – 192 L
=–
6 5 13 qL2 1 qL2 – 192 32 192
=–
160 114 qL2 – qL2 6144 6144
=–
274 2 qL 6144
56
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.4.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.4.e, besarnya momen yaitu : MA = MB = MT =
11 2 qL 192
5 qL2 192
5 2 8 7 qL qL2 = qL2 64 192 192
Mmax = =
65 274 2 qL2 – qL 1024 6144
116 41 qL2 = qL2 6144 1536
Contoh 4.1. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban merata sebagian seperti tergambar pada gambar 4.5.a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang sebesar 10 meter. Hitung dan gambarkan gaya lintang dan momennya. 8 kN/m
Penyelesaian : A
1. Reaksi dan Gaya Lintang
B
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
5m
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.5.c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan
Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
M AB
11 11 2 qL = .8.10 2 = – 45,83 192 192
M
B MAB
MBA
RA 5m
5m 8 kN/m
A
kNm 5 5 .8.10 2 = 20,83 kNm qL2 = M BA 192 192
RA 5m
5m
A
(c)
RB B
(d)
45,83
0
RA
RB
L
B
A
RA . 10 – 8.5.(5/2+5) = 0
(b)
RB B
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.5c) : B
5m 8 KN/m
A
akibat momen dari gambar 4.5e. Besarnya Momen
(a)
(e)
20,83
57
RA
L
RB
Gambar 4.5. Balok Terkekang dengan Beban Merata Sebagian
RA =
M
300 = 30 kN 10 A
0
– RB . 10 + 8.5.5/2 = 0 RB =
100 = 10 kN 10
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.5d) : RA =
M AB 45,83 = = 4,58 kN L 10
RB =
45,83 M AB =– = – 4,58 kN L 10
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e) RA = RB =
20,83 M BA = = – 2,08 kN L 10
M BA 20,83 = = 2,08 kN L 10
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 30 + 4,58 – 2,08 = 32,5 kN RB = 10 – 4,58 + 2,08 = 7,5 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.6a, yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.
2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.5c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan akibat momen dari gambar 4.5e. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.6a jarak sebagai berikut : SFX = 0 32,5 – 8 x = 0 x=
32,5 = 4,05 m 8
Momen akibat beban merata (gambar 4.5c) : MA = MB = 0 MT = 30.5 – 8.5.5/2 = 50 kNm 58
Mx = 30.4,05 – 8.4,05.4,05/2 = 55,86 kNm 32,5
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
(a)
x 4,05m
gambar 4.6b. yang berupa diagram momen lentur
7,5
(Bending Momen Diagram), disingkat BMD. Momen akibat beban momen di A dan B
(b)
(gambar 4.5c dan gambar 4.5d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.6c.
55,86
50
MA = – 45,83 kNm MB = – 20,83 kNm MT
45,83 20,835 = – 20,83 –
33,33 45,83 30,98
10
= – 33,33 kNm
MX
45,83 20,834,05 = – 20,83 – 10
45,83
20,83
(c)
20,83
(d)
16,67 24,88
45,83
20,83
= – 30,98 kNm
(e)
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.6d, dan
24,88
16,67
Gambar 4.6. SFD dan BMD
jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.6e, besarnya momen yaitu : MA = – 45,83 kNm MB = – 20,83 kNm MT = 50 – 33,33 = 16,67 kNm Mmax = 55,86 – 30,98 = 24,88 kNm D. Struktur Terkekang dengan Satu Beban Terpusat Struktur terkekang dengan beban terpusat sebagaimana gambar 4.5a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.5b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban terpusat dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.5c, gambar 4.5d dan gambar 4.5e. 59
P
1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
A
B
reaksi perletakan akibat beban terpusat dari gambar
a
4.7c, akibat beban momen dari gambar 4.7d, dan akibat momen dari gambar 4.7e.
b P B
A
2. Momen
(b)
MBA
MAB RA a
b
RB
P
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.7c, akibat beban
(a)
A
momen dari gambar 4.7d, dan akibat momen dari
B
RA a
b
(c)
RB
gambar 4.7e. A
B MAB
Contoh 4.2. Jika struktur seperti tergambar pada RA
gambar 4.7a, diketahui nilai beban terpusat P sebesar 40 kN, jarak a sebesar 2 meter dan b sebesar 6
B
M AB M BA
40.2.4 2 P.a.b 2 = = 20 kNm L2 82
P.a 2 .b 40.2 2.4 = = 10 kNm L2 82
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.7c) : RA =
Pb 40.4 = = 20 kN L 8
RB =
Pa 40.2 = = 10 kN 8 L
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.7d) : RA =
M AB 20 = = 2,25 kN L 8
RB =
20 M AB = = – 2,25 kN L 8 60
(e)
MBA RA
Besarnya momen primer berdasarkan Tabel 3.1, sebesar :
RB
L
A
meter. Hitung dan Gambarkan SFD, dan BMD nya.
Penyelesaian :
(d)
L
RB
Gambar 4.7. Balok Terkekang dengan Beban Terpusat
20
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.7e) RA = RB =
10 M BA = = – 1,25 kN L 8
(a) 10
M BA 10 = = 1,25 kN L 8
(b)
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai 42,5
berikut : RA = 20 + 2,5 – 1,25 = 21,25 kN 20
RB = 20 – 2,5 + 1,25 = 18,75 kN
17,5
10
(c)
10
(d)
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.8a, yang berupa SFD.
20
17,5 20
10
Momen akibat beban terpusat (gambar 4.7c) :
(e)
MA = MB = 0
17,5
Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm
Gambar 4.8. SFD dan BMD
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.8b. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.7c dan gambar 4.7d) dapat digambarkan menjadi seperti pada gambar 4.8c. MA = – 20 kNm MB = – 10 kNm Mmax = –10 –
20 106 8
= – 17,5 KNm
Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.8d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.8e, besarnya momen yaitu : MA = – 20 kNm MB = – 10 kNm Mmax = 42,5 – 17,5 = 25 kNm E. Struktur Terkekang dengan Dua Beban Terpusat
61
Struktur terkekang dengan
dua beban
terpusat sebagaimana gambar 4.9a, merupakan
P
P
A
B
(a)
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat a
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur
P
statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan
P B
A
RAa
a
L-2a
gambar 4.9b. Dengan demikian struktur tersebut
(b)
MBA
MAB
dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada
sudah menjadi struktur statis tertentu dengan dua
a
L-2a
P
RB
P
A
B
(c)
beban terpusat dan beban momen di ujungnya. Untuk
mempermudah
penyelesainnya
RAa
maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi
L-2a
a
A
RB B
struktur sederhana sebagaimana tergambar pada
(d)
MAB
gambar 4.9c, gambar 4.9d dan gambar 4.9e.
RA
RB
L
B
A
(e)
MBA
1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat dua beban terpusat dari gambar 4.9c, akibat beban momen dari gambar
RA
L
RB
Gambar 4.9. Balok Terkekang dengan Dua Beban Terpusat
4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e.
2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.9c, akibat beban momen dari gambar 4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e.
Contoh 4.3. Jika diketahui nilai beban terpusat P sebesar 40 kN, jarak a sebesar 2 mete...