Title | BAHAN AJAR PRINSIP PEKSOS MIKRO |
---|---|
Author | Mulyadi Baso |
Pages | 31 |
File Size | 176 KB |
File Type | DOC |
Total Downloads | 148 |
Total Views | 453 |
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi pekerjaan sosial mengajarkan bahwa terdapat tiga metode utama yang menjadi ciri khas praktik pekerjaan sosial, yaitu: Pekerjaan Sosial Mikro (pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga/ social casework), Pekerjaan Sosial Mezzo (pekerjaan sosial dengan k...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi pekerjaan sosial mengajarkan bahwa terdapat tiga metode utama yang menjadi ciri khas praktik pekerjaan sosial, yaitu: Pekerjaan Sosial Mikro (pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga/ social casework), Pekerjaan Sosial Mezzo (pekerjaan sosial dengan kelompok/ social groupwork), dan Pekerjaan Sosial Makro (pekerjaan sosial dengan masyarakat/ community work). Para praktisi mengetahui bahwa dalam praktiknya ketiga metode tersebut sering digunakan secara simultan, karena setiap pekerja sosial adalah seorang agen perubahan yang bekerja baik dengan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Zastrow (1982: 483), sebagian besar pekerja sosial baik yang bekerja di lembaga pemerintah maupun swasta menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menerapkan metode Pekerjaan Sosial Mikro. Dengan demikian metode ini paling sering diterapkan oleh para pekerja sosial maupun calon pekerja sosial yang berpraktik di berbagai jenis lembaga pelayanan kesejahteraan sosial. Metode pekerjaan sosial mikro adalah serangkaian pendekatan dan teknik pekerjaan sosial yang ditujukan untuk membantu individu-individu yang mengalami masalah secara perseorangan atau berdasarkan relasi satu per satu (one-to-one relation). Beberapa kegiatan yang termasuk dalam metode ini antara lain: 1. Konseling dengan para remaja nakal, orang yang mengalami disfungsi sexual, orang yang menderita penyakit parah (terminal illness), pekerja yang mengalami 'burn out' (kejenuhan) dan stress. 2. Membantu para penganggur memperoleh pelatihan dan pekerjaan. 3. Penempatan anak terlantar ke dalam panti asuhan atau lembaga adopsi. 4. Pemberian pelayanan perlindungan terhadap anak yang mengalami perlakuan salah (child abused). 5. Penempatan rumah perawatan bagi para penderita jantung yang tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit. 6. Membantu para pecandu alkohol dan narkotik dan obat terlarang....