BIMBINGAN KONSELING PDF

Title BIMBINGAN KONSELING
Author Nur Hasanah
Pages 33
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 66
Total Views 140

Summary

LANGKAH-LANGKAH DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Eko Setiawan, S. Pd. I., M. Pd. Disusun Oleh : Nadya Shilfi Hanifa 1152020158 Nina Syahira 1152020166 Nur Ali 1152020172 Nurhasanah 1152020176 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TA...


Description

Accelerat ing t he world's research.

BIMBINGAN KONSELING nur hasanah

Related papers Pengembangan Pribadi Konselor Indah Haqqun

Teori konseling PSIKOANALISA Haidar Rochma T EKNIK-T EKNIK DALAM KONSELING ferry t uasalamony

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LANGKAH-LANGKAH DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Eko Setiawan, S. Pd. I., M. Pd.

Disusun Oleh : Nadya Shilfi Hanifa

1152020158

Nina Syahira

1152020166

Nur Ali

1152020172

Nurhasanah

1152020176

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 1438 H / 2017 M

KATA PENGANTAR Pertama-tama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada dzat yang menciptakan dualisme dunia yang mana tidak akan berdiri satu kalau tidak ada dua sehingga terciptalah langit dan bumi , bulan dan bintang , daratan dan lautan, kaya dan miskin serta si cantik dan si buruk rupa. Selanjutnya shalawat yang berbingkaikan salam semoga tercurahkan kepada habib tertinggi, jaksa termulya yakni habibana wa nabiyana Muhammad SAW, yang senantiasa menjadi panutan rekontruksi kebaikan bagi para pengikutnya hingga akhir zaman. Syukur Alhamdulillah, makalah tentang bimbingan dan konseling dengan judul “Langkah-Langkah dan Teknik-Teknik Bimbingan Konseling” ini dapat kami selesaikan dengan baik. Selesainya makalah ini tidak lain karena berkat rahmat Allah Swt dan beberapa sumber yang kami pakai. Terimakasih kami haturkan pada semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama untuk para penulis buku bimbingan dan konseling yang bukunya kami pakai sebagai rujukan dan beberapa sumber yang berasal daripada jurnal. Berkat bantuan mereka, makalah ini dapat terwujud yang saat ini ada ditangan pembaca. Kami menyadari makalah ini belum sempurna, untuk itu kami berharap kritik, saran , dan permohonan maaf kepada para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dalam rangka meningkatkan kinerja, kompetensi, dan hasil yang maksimal dalam layanan bimbingan dan konseling. Aamiin.

Bandung, 20 April 2017

Penyusun.

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3 2.1 Menciptakan Hubungan Terapeutik dengan Konseli ................................. 3 2.1.1. Proses Pendekatan Terapeutik ........................................................ 3 2.1.2. Teknik-Teknik dan Prosedur - Prosedur Terapeutik ....................... 5 2.2 Komunikasi dan Jenis Komunikasi Nonverbal .......................................... 8 2.2.1 Pengertian Komunikasi ................................................................... 8 2.2.2 Bentuk komunikasi ......................................................................... 9 2.2.3 Teknik Komunikasi Nonverbal ....................................................... 10 2.3 Penampilan Konselor ................................................................................. 13 2.4 Senyum dan Empati .................................................................................. 17 2.4.1 Peranan Senyuman dalam Konseling .............................................. 17 2.4.2 Komunikasi Empati......................................................................... 18 2.5 Keberhasilan Konseling ............................................................................. 19 2.5.1 Kriteria Keberhasilan Siswa ............................................................ 20 2.5.2 Kriteria Keberhasilan Guru ............................................................. 21 2.5.3 Bagi Perkembangan Sekolah........................................................... 22 2.5.4 Kriteria Keberhasilan Bagi Orang Tua dan Masyarakat ................. 22 2.6 Teknik Teknik Bimbingan ........................................................................ 22 2.7 Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling .......................................... 24 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 27 3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 27 3.2 Kritik Dan Saran ........................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28 iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah “...... dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan yang berbekas pada jiwa mereka.” (Q.S An-Nisa [4] : 63) 1 Berangkat dari pernyataan tersebut, manusia memiliki fitrah yang dinamakan dengan seni mendengar dan seni berbicara. Ada saatnya manusia harus mendengar liku kehidupan manusia lain dan ada saatnya manusia berbicara tentang kehidupannya. Itulah kehidupan , dimana ada stimulus dan respon yang merupakan output dari sebuah acuan yang dinamakan dengan dinamika bimbingan dan konseling. Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Karenanya ada yang berkedudukan sebagai orang yang membimbing (konselor) dan ada yang orang yang dibimbing (konseli). Perlu kita sadari bahwa dalam dinamika konseling, berbagai macam manusia (klien/konseli) yang akan dihadapi oleh seorang konselor memiliki karakteristik yang berbeda, kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan yang berbeda-beda satu sama lain. Oleh karena itu, sebagai seorang konselor harus mengetahui dan memahami akan langkah dan teknik dalam menangani heterogenitas masalah yang dimiliki oleh setiap konseli sehingga mampu untuk memberikan bantuan kepada konseli seoptimal mungkin dengan langkah dan teknik yang baik dan benar. Oleh karenanya, berangkat dari wacana tersebut , kami telah menyelesaikan makalah ini agar mampu membantu dan menjawab segenap persoalan yang terjadi ketika menghadapi konseli dengan heterogenitas masalah yang beragam jenisnya.

1

Al-Qur’anulkarim, Terjemah Tafsir Per Kata. Cetakan ke-1. (Bandung, Sygma Publishing. 2010), hlm 88.

1

1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini kami menyusun rumusan masalah sebagai titik pijak agar pembahasan makalah ini lebih terfokus. Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut: 1. Apa saja langkah dan teknik dalam konseling? 2. Bagaimana menciptakan hubungan terapeutik dengan konseli? 3. Bagaimanakah penampilan yang seharusnya bagi seorang konselor? 4. Senyum dan empati adalah bagian daripada teknik dan langkah yang ditempuh bagi seorang konselor, bagaimanakah pelaksanaannya? 5. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan jenis komunikasi nonverbal dalam konseling? 6. Bagaimanakah tolak ukur keberhasilan konseling? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini disusun berdasarkan segenap persoalan yang dipaparkan pada tema yang kami bahas. Tujuan penulisannya mengacu pada setiap pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah yang tertera, yaitu : 1. Untuk mengetahui lebih dalam langkah dan teknik yang digunakan dalam konseling 2. Agar memahami tentang cara menciptakan hubungan terapeutik dengan konseli 3. Agar mengetahui bagaimanakah penampilan yang ideal bagi seorang konselor 4. Untuk mengetahui bagaimana cara menempatkan sikap untuk tersenyum dan rasa empati seorang konselor kepada konseli 5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi dan komunikasi verbal yang dilakukan dalam konseling 6. Untuk mengetahui bagaimanakah konseling dapat dikatakan berhasil dari berbagai macam perspektif.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Menciptakan Hubungan Terapeutik Dengan Konseli Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, serta komunikasi yang dilaksanakan secara sadar dan bertujuan juga kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. 2.1.1. Proses Pendekatan Terapeutik a.

Tujuan-Tujuan Terapeutik Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter

individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari oleh klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkontruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran mengkontruksi kepribadian. Tetapi psikoanalitik menekankan dimensi efektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.2 b. Fungsi dan Peran Terapis Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam menganalisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran , kefektifan dalam melakukan hungan personal , dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsife dan irasional. Analis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Analisis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien. Salah satu fungsi utama analis adalah mengajarkan arti proses-proses ini kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman

2

Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung, PT Refika Aditama, 2013) hlm.38.

3

terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas caracara untuk berubah. Dengan demikian,memperoleh kendali yang lebih.3 c. Pengalaman Klien dalam Terapi Klien harus bersedia melibatkan diri ke dalam proses terapi yang intensif dan berjangka panjang. Biasanya klien mendatangi terapi beberapa kali seminggu dalam masa tiga sampai lima tahun. Pertemuan terapi biasanya berlangsung satu jam. Setelah beberapa kali pertemuan tatap muka dengan analis, klien kemudian diminta berbaring melakukan asosiasi bebas, yakni mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Proses asosiasi bebas ini diketahui sebagai "aturan yang fundamental " pada saat berbaring, klien melaporkan perasaan, Pengalamanpengalaman , asosiasi-asosiasi ingatan-ingatan, dan fantasi-fantasinya berbaring diatas balai-balai memaksimalkan kondisi-kondisi bagi refleksi-refleksi yang mendalam dari klien dan mengurangi stimulus yang bisa menghambat klien dalam memperoleh hubungan dengan konflik-konflik dan produksi-produksi internalnya. Klien mencapai kesepakatan dengan analis dengan pembayaran biaya terapi, mendatangi terapi pada waktu tertentu, dan tersedia terlibat dalam proses intensif. Klien sepakat untuk berbicara karena produksi-produksi verbal klien merupakan esensi terapi psikoanalitik. Klien secara khusus diminta untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama periode analisis. Selama terapi klien bergerak melalui tahap-tahap tertentu : mengembangkan hubungan dengan analis, mengalami krisis treatment, memperoleh pemahaman atas masa lampau yang tidak disadari, mengembangkan resistansi-resistansi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri, mengembangkan suatu hubungan transferensi dengan analis memperdalam terapi, menangani resistansi-resistansi dan masalah yang tersingkap, dan mengakhiri terapi.4 d. Hubungan antara Terapis dan Klien Yang menjadi inti pendekatan psikoanalitik. Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada analis "urusan yang tak selesai", yang terdapat dalam 3 4

Gerald Corey, hlm.38. Gerald Corey, hlm.39

4

hubungan klien dimasa lampau dengan orang yang berpengaruh. Proses pemberian treatment mencakup rekonstruksi klien dan menghidupkan kembali pengalamanpengalaman masa lampaunya. Setelah terapi berjalan dengan baik, perasaanperasaan dan konflik-konflik masa kanak-kanak klien mulai muncul kepermukaan dari ketaksadarannya. Pendek kata, analis menjadi pengganti orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupan klien. Pendekatan psikonalitik berasumsi bahwa kesadaran diri ini bisa secara otomatis mengarah pada perubahan kondisi klien.5 2.1.2. Penerapan : Teknik-Teknik dan Prosedur - prosedur Terapeutik Teknik-teknik pada terapi psikoanalitik disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku klien, dan untuk memahami makna sebagai gejala. Kemajuan terapeutik berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis, kepada pemahaman, kepada penggarapan bahan yang tak disadari ke arah tujuan-tujuan pemahaman dan pendidikan ulang intelektual dan emosional, yang mengarah pada perbaikan kepribadian. Kelima teknik dasar terapi psikoanalitik adalah a) Asosiasi bebas; b) Penafsiran; c) Analisis mimpi; d) Analisis atas resistensi; e) Analisis atas transferensi. a) Asosiasi Bebas Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalamanpengalaman masa lampau dan pelepasan-pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lampau, yang dikenal dengan katarsis. Katarsis hanya menghasilkan peredaan sementara atas pengalamanpengalaman menyakitkan yang dialami klien, tidak memainkan peran utama dalam proses treatment psikoanalitik kontemporer; katarsis mendorong klien untuk menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, dan karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pemahaman. Guna membantu klien dalam memperoleh pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna

5

Gerald Corey, hlm.40-42.

5

asosiasi bebas ini selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan di kurung didalam ketaksadaran.6 b) Penafsiran Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas,

mimpi-mimpi,

resistensi-resistensi,

dan

transferensi-transferensi.

Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran itu sendiri adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Dengan perkataan lain, analis harus harus menafsirkan bahan yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan sebagai miliknya.7 c)

Analis Mimpi Analis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan

yang tidak di sadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifest.isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar merupakan isi laten ditransformasikan kedalam isi manifest yang lebih dapat diterima yakni impian sebagaimana yang tampil pada simimpi. Proses transformasi isi laten mimpi kedalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol yang terdapat isi manifes mimpi . Selama jam analitik analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas

6 7

Gerald Corey, hlm.42 Gerald Corey, hlm.44.

6

sejumlah aspek isis manifes impian guna menyikap makna-makna yang terselubung.8 d) Analisa dan Penafsiran Resistensi Resistensi, sebuah konsep yang fundamental dalam praktek terapi psikoanalitik, adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Selama asosiasi bebas atau asosiasi kepada

mimpi-mimpi,

pasien

bisa

menunjukan

ketidaksediaan

untuk

menghubungkan pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, dan pengalamanpengalaman tertentu. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu. Resistensi ditujukan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis. Penafsiran analis atas resistensi ditunjukkan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari pendekatan-pendekatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya , resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan, tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan. 9 e)

Analisis dan Penafsiran Transferensi Sama halnya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari psikoanalitik.

Transperensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tak selesai” di masa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya. Sekarang dalam hubungannya 8

9

Gerald Corey, hlm.45. Gerald Corey, hlm.45-46.

7

dengan analis, klien mengalami kembali perasaan-perasaan menolak dan membenci sebagaimana yang dulu dirasakannya terhadap orang tuanya. Sebagaimana besar terapis

psikoanalitik

menekankan

bahwa

pada

akhirnya

klien

harus

mengembangkan “neurosistransferensi” itu, sebab neurosis yang dialami klien bersumber pada lima tahun pertama kehidupannya, dan sekarang dia secara tidak semestinya membawa neurosis itu kemasa dewasa sebagai kerangka kehidupannya. Analisis membangkitkan neurosistransferensi dengan kenetralan, keobjektifan, keanoniman, dan kepasifannya yang relatif. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis , sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Singkatnya efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis. 10 2.2 Komunikasi Dan Jenis Komunikasi Nonverbal 2.2.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi dalam kehidupan menjadi jembatan untuk mengantar kita pada berbagai kebutuhan, karena itu komunikasi merupakan bagian dari kehidupan. Dalam keseharian, kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi hampir di semua aspek kehidupan. Lebih dari itu ada yang mengatakan, “Humans Are Talked Into Humanity”, yang berarti bahwa kita memperoleh identitias pribadi selama kita berkomunikasi dengan orang lain. 11 Komunikasi yang dipraktikkan dan dipahami selama ini, awal mulanya bersumber dari bahasa latin communicatio dan diartikan “hubungan”, selanjutnya dalam bahasa indonesia disebut dengan istilah komunikasi. 12 Makna hakiki communicatio (latin) adalah communis yang berarti sama, atau adanya kesamaan arti, dengan begitu makna asal komunikasi adalah terjadinya kesamaan arti, dengan begitu makna asal komunikasi adalah terjadinya kesamaan 10

Gerald C...


Similar Free PDFs